Appa Dan Eomma

1.2K 122 8
                                    

Hari ini Jihyo kembali bersekolah seperti biasanya dengan kaca mata bulat besar dan rambut di kuncir dua, tapi kali ini ia tidak berlari seperti kemarin. Ia lebih memilih menunggu bus.

"Mana sih bus nya gak lewat-lewat, gini nih kalau di tungguin aja gak lewat, pas gak di tungguin lewatnya cepet banget" gerutu Jihyo.

Saat Jihyo sedang lihat-lihat, dia tak sengaja melihat mobil sang Appa. Refleks Jihyo menyembunyikan wajahnya ke belakang, tapi sebelumnya ia sudah mencuri-curi pandang ke mobil appanya itu.

"Appa mau kemana? Kok lewat sini sih? Jangan-jangan appa udah tau kalau gue tinggal di sekitar sini. Gimana nih" panik Jihyo.

Tak menyadari jika sedari tadi bus yang ia tunggu sudah ada di hadapannya.
Ia pun mendengar klakson bus dan segera berlari masuk saat ia sudah sadar.

Skip (sekolah)

Jihyo berjalan masuk melewati gerbang sekolahan, ia pun berjalan menuju kelasnya dengan pandangan kosong. Tak sengaja menabarak seseorang.

Brukh..

"Mm-maaf, gguu-e ggak lihat" ucapnya terbata-bata sebab merasa bersalah. Dan saat ia melihat orang itu ternyata Yoongi.

"Lo punya mata kan, punya mata jangan sok di butain!" bentak Yoongi.

"Emm,, maaf gue gak sengaja" ucap Jihyo lirih karna takut di bentak Yoongi.

Yoongi tidak mau membalas ucapan Jihyo, ia memilih pergi begitu saja namun sebelum melangkah lengannya di genggam oleh Jihyo yang sukses membuat Yoongi menghentikan langkahnya.

"Yoongi, tunggu" ucap Jihyo dan menggenggam lengan Yoongi.

"Apa sih pegang-pegang, lepas!" bentak Yoongi lagi dan menghempas tangan Jihyo. Lalu beralih menatap Jihyo tajam.

"Terimakasih karna sudah menolong ku waktu itu" ucap Jihyo lirih.

Yoongi melihat Jihyo sekilas lalu melanjutkan jalannya tanpa mengindahkan ucapan Jihyo.

Sungguh sangat-sangat berbeda 90℅ sifatnya, uhh!- batin Jihyo yang menatap punggung Yoongi dengan kesal.
.
.
.
.
Jihyo masuk kedalam kelasnya dan duduk di bangkunya lalu tak lama pak lee masuk ke kelas dan memberitahu jika sebentar lagi jam olahraga dan menyuruh murid-murid berganti pakaian.

"Jihyo-ya, yuk ke ruang ganti" ucap Mina mengajak Jihyo dan di jawab anggukan oleh Jihyo.

Mereka pun berjalan ke ruang ganti, tapi saat di jalan Jihyo berpapasan dengan seseorang yang Jihyo kenal yaitu eomma tirinya yang sangat-sangat Jihyo benci.
Ia pun menghentikan langkah kakinya.

"Ada apa ini, kenapa gue harus ketemu dia disini sih." ucap Jihyo panik, sebisa mungkin Jihyo harus pergi dari tempatnya sekarang.

Ia sudah tak memperdulikan pelajarannya dan berbalik lalu berlari menuju balkon. Dengan berusaha menahan tangisannya yang sudah hampir pecah.

Ia berlari sangat kencang dan juga terburu-buru tak mengindahkan tatapan teman-temannya.

Sampai di balkon ia menangis sejadi-jadinya.

"Kenapa hidup gue gini banget sih, gue berusaha ngehindar dari takdir. Tapi takdir juga yang ketemuin gue dengan orang-orang itu hiks" ucapnya terisak.

Sejak kejadian dimana ibunya meninggal appanya jarang berada di rumah, saat itu umur Jihyo masih 10 tahun tapi ia harus kehilangan ibunya. Appanya selalu sibuk dengan bisnisnya, Jihyo kecil sangat kesepian sampai suatu malam appanya pulang dan membawa seorang wanita yang Jihyo kenal wanita itu adalah sahabat eommanya. Pertama Jihyo sangat senang dengan kedatangan Jung Karin sahabat eommanya, Jihyo sudah sering bertemu dengan Karin saat eommanya dulu masih hidup. Entah mungkin perasaan Jihyo atau bukan tapi ia melihat appanya sangat dekat dengan Karin melebihi dekatnya Jihyo dengan appanya sendiri. Ia pun mulai merasa kesal karna appanya selalu membela Karin dan memarahi Jihyo jika ia tidak sengaja melukai Karin. Jujur ia ingin di perhatikan seperti itu, lalu saat usia Jihyo menginjak 14 tahun appanya menikah dengan Karin tanpa seizin Jihyo dan saat acara pernikahan appanya dengan Jung Karin ia malah di kunci di kamarnya. Ia hanya bisa menangis terisak di dalam kamarnya sendirian.

Sudah hampir 2 tahun Jihyo tinggal serumah dengan ibu tirinya itu, semakin hari Jihyo semakin membenci ibu tirinya karna ia semena-mena terhadap Jihyo, Appanya? Appanya bahkan tak pernah membela Jihyo malah selalu menyalahkan Jihyo, hingga pada hari itu tiba hari dimana Jihyo akan di jodohkan oleh ibunya dengan orang yang tak Jihyo kenal.

Jihyo marah, kesal, kecewa dan sangat-sangat benci. Ia pun kabur dari rumah ia sudah tidak perduli lagi dengan appanya karna appanya juga tidak pernah perduli dengannya. Saat itulah Jihyo tidak pernah melihat appanya dan ibu tirinya lagi sampai satu hari ini ia harus bertemu dengan keduanya.

"Apa yang harus gue lakuin sekarang, gue bener-bener nggak bisa gini terus hiks" ucap Jihyo menangis dan panik.

Tanpa sadar ia berjalan mendekat ke ujung balkon, dan terpreset sehingga ia hampir jatuh jika seorang namja tidak menarik tubuhnya.

Jadilah sekarang Jihyo berada di pelukan namja itu. Jihyo kaget dengan kejadian barusan, ia pun menangis sejadinya di pelukan namja tersebut. Rasa sedihnya bercampur denga rasa shocknya, ia hampir mati karna kebodohannya.

"Husstt, menangislah keluarkan semua beban mu" ucap namja tersebut mengelus-elus pucuk kepala Jihyo.

Jihyo pun semakin menangis memdengar ucapan namja itu, tapi ia juga tidak menyangkal jika ia sedikit tenang karena usapan tersebut.

Aduh maaf ya kalo gak ngefell bener-bener gak ada ide😢, makasih buat yang udah mau vote juga baca ya, maaf untuk typonya🙏

Love In BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang