1. Keputusan

151 4 0
                                    


"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."

-QS Surah Al-Baqoroh ayat 216-

••••

"Ayla, Abi dan Ummi memutuskan akan memasukkan kamu ke pesantren."

Ingin rasanya aku tenggelam ke dasar bumi. Kata-kata Abi singkat tapi penuh penekanan itu berhasil membuatku ingin kabur saja dari rumah. Dalam otakku tak terbesit sedikitpun ingin pergi ke tempat itu. Bagaimana bisa Abi dan Ummi ingin memasukkan ku ke pesantren. Aku mulai tak habis pikir.

Hidup berlatar belakang keluarga yang taat dengan ajaran agama, membuatku tak bisa untuk menolak permintaan Abiku, 'Bagaimana ini ya Allah, bantulah hambamu ini aku tidak ingin pergi ke sana' batiku dalam hati.

Aku mulai bergelut dengan pikiranku sendiri mendengar kata 'Pesantren' membuatku ingat perkataan abangku yang juga sedang menuntut ilmu di sana. Banyak peraturan yang harus di patuhi, mendapat hukuman jika melanggarnya dan banyak lagi, ah rasanya aku ingin lari dari kenyataan.

Ajaran Ummi dan Abi selama ini sungguh membuatku menjadi anak yang patuh kepada perintah orang tua. Apalagi Abi adalah kepala keluarga keputusannya adalah perintah bagi seluruh anggota keluarga. Abi memang seperti itu keras kepala atas keputusan terhadap anak-anaknya, apalagi menyangkut masa depan anak-anaknya, tapi di balik itu semua aku paham begitulah Abi memberikan kasih sayangnya, Abi juga tak ingin menjadi seorang ayah yang gagal mendidik putra putrinya.

Seolah tak mau pergi, perkataan Abi kembali terngiang di telingaku. Seketika meruntuhkan angan yang aku susun rapi selama ini. Ingin masuk di SMA Negri pilihanku sendiri dan lulus dari sana dengan bangga.

"Ayla, sudah saatnya kamu belajar menjadi anak yang mandiri dan berguna bagi agama nak." Nasihat Ummi sungguh membuatku tak tega untuk menolaknya.

"Tapi Ummi, Ayla juga ingin bersekolah di SMA Negri pilihan Ayla sediri Ummi." Sudah cukup aku bungkam, dan mulai membela diriku sendiri.

"Ayla keputusan ini sudah bulat. Abi akan memasukan kamu di pesantren". Abi tetap kekeuh dengan keputusannya. Tak mau di bantah Abi lalu pergi meninggalkanku di ruang keluarga itu bersama Ummi. Ruang yang penuh kehangatan itu seketika berubah mencekam.

"Umi. Ayolah Mii, bantu Ayla bujuk Abi ya." Bujukku memelas pada umi, mungkin dengan begini setidaknya Umi bisa berbalik mendukungku melawan Abi. Aku tau kalau Umi berbicara pada Abi, mungkin Abi akan mempertimbangkannya lagi.

"Ayla kali ini umi tidak bisa membantumu. Umi setuju pada keputusan Abimu itu, kamu tau sendiri keputusan Abimu tidak bisa di tolak kamu harus mematuhinya". Jawaban Ummi sontak membuatku mencebikkan bibirku.

"Selama ini kurang bagaimana lagi pengorbanan Ayla Mi. Ayla sudah memakai jilbab dari umur 7 tahun. Ayla juga sudah khatam Al-Qur'an sejak kecil. Yah aku akui sih Mi sikapku masih belum sepenuhnya baik tapikan Ayla sudah berusaha. Ayolah bantu Ayla kali ini Mi." Protesku tak terima.

"Ay itu bukan pengorbanan tapi itu sudah kewajibanmu sebagai seorang muslim." Ucapan Ummi barusan berhasil membuatku bungkam.

"Ah Umi." Kataku lalu pergi meninggalkan umi pergi ke lantai atas kamarku, aku berjalan dengan sedikit menghentakkan kakiku tak menghiraukan Umi akan menceramahiku 'Alya kamu anak perempuan jalan yang sopan, bla bla bla' toh aku juga sudah diceramahi tadi.

♡♡♡

Waktu terus berputar, jam terus berdetak, aku menggeliat merasa tak nyaman dengan posisi tidurku, ternyata aku ketiduran. Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi, terakhir kali yang aku ingat, aku menangis dan tak memerdulikan orang rumah meneriakiku untuk keluar kamar.

Jalan Menuju SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang