Kosan Bodas, Bandung, 1999
Saat ini Uge benar-benar butuh ketenangan. Kebisingan dari luar kamar terus menghantam gendang telinganya, sehingga tidak satu kalimat pun dari buku yang berhasil masuk ke kepala, padahal ia sudah berjam-jam bersama buku-buku yang beserakan itu.
Uge melirik jam dinding yang menunjukkan waktu pukul sebelas belas malam.
Kenapa enggak sholat malam aja, katanya ustad? Uge membayangkan Bang Ucok muncul melayang di udara menasehatinya.
Udah! Itu juga enggak khusu!
Bang Ucok tersnyum dengan wajah yang sangat bijaksana. Hmm, kenapa enggak tidak tidur aja? Katanya ...
Hus! Uge menyentil Bang ucok hingga lenyap dari bayangannya.
Biasanya Uge bisa melakukan segala aktivitas tanpa merasa terganggu oleh kegaduhan anak-anak kos, bahkan ia sudah mampu mengkonversi suara itu menjadi suara relaksasi kicau burung dan air sungai saat ingin tidur, tetapi kali ini dia justru merasa tempat tidurnya berada di tengah lautan massa pengunjuk rasa.
Ternyata jawabannya ada pada gelas besar di dekatnya. Setelah berkali-kali mengosongkan gelas yang tadinya berisi kopi hitam, kafein memompa jantungnya berdetak lebih cepat, sehingga memaksanya tetap melek dan melakukan aktivitas.
Uge mati gaya, tanpa sadar ia meneguk cepat isi gelas besar itu lagi. Uge pun mendelik sambil membersihkan bibir karena cuma ampas kopi yang mampir ke mulutnya.
Uge memandangi sekeliling kamar untuk mencari kegiatan yang dapat membuatnya mengantuk, pandangannya berhenti pada komputer. Benda ini justru sihir yang selalu membuatnya lupa waktu.
Uge duduk dengan posisi malas di depan komputer dan menyentuh tombol CPU di bawah meja dengan jempol kaki.
Kipas komputer berputar. Desing suaranya bagai pesawat lepas landas. Pantulan wajah Uge di monitor gelap seketika tergantikan cahaya terang berwarna biru, suara pecah synthesizer membuat speaker aktif kecil bergetar.
Komputer telah siap pakai, jari telunjuk Uge telah mengokang pelatuk kiri mouse, tetapi ia malah bingung.
Terus mau ngapain? Andai mesin waktu ada. Uge berharap mampu melompati waktu menuju saat dunia terasa hening dan damai.
Karena bosan menunggu perintah akal yang sedang kosong, jari Uge seolah bergerak sendiri mengetik kalimat pada situs web mesin pencari..
Butuh mesin waktu.
Mesin pencari memberikan hasil penelusuran, Uge membaca salah satu pilihan situs.
http://lintaswaktu.dd
July 10, 1999 -- Relativitas, diskusi lintas waktu. Chat Platform. Wadah berbagi informasi dengan orang di tahun berbeda.
Uge tersenyum geli, tetapi ia malah penasaran mengakses situs web tersebut. Klik!
KAMU SEDANG MEMBACA
Al Kahfi Land 1 - Menyusuri Waktu
RomanceUge, mahasiswa I TB, mengenal Widi, arsitek di Al Kahfi Land, melalui Chatting Lintas Waktu. Awalnya mereka tidak percaya berada di waktu berbeda, karena penasaran Uge mendatangi kantor Widi. Ternyata di sana tidak ada satu pun bangunan, Uge hanya...