3. sense

11 2 0
                                    

Ketika Zura mulai memasuki pekarangan rumah, ia langsung di sambut hangat oleh Elin ibunda dari Zura. Namun pikiran dan hati Zura tidak sedang baik-baik saja, bahkan Zura tidak merubah raut wajahnya sama sekali di depan bundanya, walaupun segitu Zura tetap bersalaman dengan bunda, namun hanya nampak senyum sekilas terukir dan tidak bertahan lama.


Hal tersebut membuat bunda Zura juga ikut heran dengan Zura yang tidak biasanya seperti ini, tapi bunda Zura tidak membuat pusing hal-hal kecil tersebut, beliau hanya berfikir bahwa Zura sedang tidak enak badan, atau sedang masa siklus yang membuat hati dan perasaannya menjadi labil.



Saat masuk kedalam rumah Zura hanya melihat Ibelia kakak Zura yang tengah asik menonton tv sambil memakan snack kesukaannya, biasanya Zura akan ikut menyerbu snack kak Ibel dan memonton tv bersama-sama, namun kali ini Zura pun tidak perduli, ia hanya ingin segera sampai ke kamarnya dan menenangkan pikiran atas semua yang terjadi hari ini.


Sesampainya di kamar yang letaknya ada di lantai dua Zura langsung mengganti bajunya dengan baju yang biasa Zura pakai, tidak lupa ia membawa tas kecil untuk menyimpa buku diarynya dan membuka pintu kaca yang langsung menghubungkan kamarnya dengan balkon dan pemandangan yang cukup indah walau hanya melihat beberapa pepohonan dan atap-atap rumah tetangga, walaupun sedernaha tapi setidaknya bisa menghilangkan sejenak tentang kritikan yang di lontarkan teman-temannya.





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Zura langsung menikmati pemandangan indah di bawah dan sesekali tersenyum karena merasa sudah lebih tenang dari sebelumnya walaupun Zura membawa buku diary tapi Zura benar-benar sedang tidak mau untuk menulis apa-apa di dalam buku tersebut.


Namun Zura juga tetap memikirkan kritika-kritikan dari teman-temannya, bahkan Zura berbicara dengan hatinya sendiri 'apakah salah ketika aku menyukai sesuatu dan itu adalah hak diriku karena hal tersebut tidak pernah menyinggung pihak manapun termasuk teman-temanku' Zura hanya bisa menghembuskan nafas gusar setelah lelah bercakap dengan hatinya sendiri.


Ada rasa sesak yang kian berubah menjadi sebutir buliran bening yang tidak Zura sadari sedari tadi sudah tidak kuat di tampung lebih banyak lagi, karena sakitnya amat begitu dalam hingga akhirnya pertahanan runtuh dan meluncurkan tetes demi tetes bulir bening yang berasal dari pelupuk matanya.


Sekarang hanya ada pemikiran-pemikiran tentang semua orang yang tidak suka dengannya, sampai ponselnya berbunyi berkali-kali pun Zura tidak perduli akan itu, yang Zura butuhkan sekarang hanyalah ketenangan dan kebebasan untuk beropini apa yang Zura suka dan Zura rasa itu tidak masalah untuk orang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What's wrong?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang