2 - Tebang

444 14 0
                                    

Susan berjalan pulang dari sekolah dengan pikiran penuh rasa khawatir. Sepanjang sekolah Susan sibuk memikirkan bagaimana caranya agar Nayi Dasih mau pindah ke pohon lain atau tempat lain. Mungkin dia bisa mencoba berkomunikasi dengannya. Mengingat Susan pernah berhasil membujuknya untuk tidak mengganggu Dion, dengan susah payah. Tapi ia pesimis karena pohon itu sudah menjadi tempat tinggal  Nyai Dasih selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Dan lagi sifatnya yang keras kepala dan pemarah akan semakin mempersulit Susan.

Di kejauhan Susan melihat Dion bersama teman-temannya sedang berkerumun di pinggir jalan. Ketika ia mendekat, ternyata mereka sedang mengerumuni seekor kucing dan bermain-main dengannya. Rasa khawatir membayangi wajah Susan. Salah satu teman Dion mengumpani kucing itu dengan snack, lalu setelah kucing itu berada di bibir selokan, ia mendorongnya hingga kucing itu tercebur ke dalamnya.

Seketika Susan berteriak, “Kamu jahat sekali! Kucing itu punya Nyai, nanti kalau kamu kenapa-kenapa gimana?” Susan segera memungut kucing itu kembali ke jalan dan melihat sekeliling dengan cemas barangkali Nyai Dasih ada di sekitar tempat itu. Tiba-tiba semua teman-teman Dion meledak tertawa. Mereka tertawa sambil menuding-nuding Susan dan berkata bahwa ia aneh. Mereka saling mencemooh tentang mana ada hantu punya kucing dan marah ketika kucingnya dijahili. Dion hanya menunduk. Susan merasa bersalah, walaupun ia tidak peduli pada rasa malu orang tuanya namun ia sangat sayang kepada Dion. Ia masih kecil dan harus menanggung malu karena kakaknya aneh dan berita tersebut sudah tersebar ke lingkungan rumah mereka. Dan sekarang Susan telah membuktikan bahwa berita itu benar.

Samapi di rumah, petaka yang dikhawatirkan Susan semakin mendekati nyata. Di sana ada Pak Imam, orang dari kampung sebelah perumahan yang biasanya dipanggil para tetangga untuk melakukan pekerjaan-perkerjaan keras sekaligus ayah dari Tuti, teman sekelas Susan. Pak Imam sudah mulai menebang bagian tunggul pohon untuk merobohkan pohon yang di depan rumah. Di sekitarnya berserakan cabang dan ranting-ranting pohon. Susan bergegas memasuki halaman rumah. Ia tidak mengira orang tuanya akan menebang pohon secepat ini. Susan mengira rencana itu akan dieksekusi beberapa hari lagi. Panik, Susan mengedarkan pandangan. Ia mencari-cari keberadaan Nyai Dasih. Mula-mula Susan tidak melihatnya, kemudian ia melihatnya di pojok rumah. Berdiri jangkung hampir mencapai atap, pandangan Nyai Dasih menusuk tajam ke arah Pak Imam. Bukan lagi kemarahan tampak di wajahnya melainkan kemurkaan. Pupus sudah rencana Susan untuk mencoba berkomunikasi dengan Nyai Dasih.

Nyai DasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang