ثَمَانِيَةَ عَشَر َtsamaaniyata 'asyara

1.5K 118 13
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

18. Bertahan di Pesantren

Langkahnya terasa berat, tangannya ditumpu ke tembok, air matanya tidak bisa dihentikan. Gadis itu hancur sehancur-hancurnya oleh pilihan yang dipilih. Raganya seolah tanpa jiwa. Tubuhnya tak berdaya di lantai dingin yang terciprat air. Haruskah sekarang menyiksa diri? Karena sakit ini membuat raganya mati.

"Semua keputusan ada di kamu. Keluar dari pesantren demi mempertahankan hubungan kita, atau tetap bertahan di sini dengan risiko ...."

"Jika pacaran adalah suatu yang dibenci Allah, tidak ada alasan bagi Veli untuk terus mempertahankannya. Veli, putuskan Kak David lillahi ta'ala."

Saat itu juga dunia kedua insan yang saling mencintai di jalan salah seketika rubuh. David terlihat tegar, meski hatinya terluka hebat. Veli menangis mengumbar kesakitan, padahal dia sendiri yang menaburkan luka pada orang lain.

"Tapi kita masih bisa berkomitmen tanpa status," lanjut Veli. Gadis berurai air mata itu menatap David yang daritadi menatapnya. Sorot mata laki-laki itu penuh luka, ini semua karenanya.

"Zina mata!" Ustadzah Habibah menggebrak meja.

Veli langsung menunduk, tangannya terus diremas kuat-kuat. "Maaf, Kak. Veli nggak mau Allah marah."

Ustadzah Habibah tersenyum bangga atas keputusan yang Veli ambil. Beliau mengenal santriwati itu, perkembangan Veli di pesantren memang sangat baik, berani meninggalkan sesuatu ketika dia tahu bahwa Allah tidak suka.

"Anta jangan ke sini lagi untuk menemui santriwati ana!" tegas Ustadzah Habibah melotot tajam ke arah David. "Mulai hari ini, menyatakan identitas untuk menjenguk santri akan diberlakukan! Dan untuk ukhti Velicia, anti tetap akan mendapat hukuman. Hafalkan dua ratus hadist dan murojaah dua juz setiap harinya selama dua minggu. Pahimna?"

Veli mengangguk kecil ditengah isak tangisnya. Tangan kanan mengusap kasar air mata yang jalan ke pipinya, kemudian bangkit untuk meninggalkan ruang itu.

Apa artinya hubungan satu tahun lebih berakhir perpisahan? Veli mengambil keputusan karena tidak ingin Allah marah padanya, tapi dia tersakiti oleh keputusan itu. Apakah berjalan di jalan Allah harus sesakit ini? Allah, Veli harapkan surga-Mu atas kesakitan ini, jerit hatinya sebelum matanya tertutup.

Di selasar samping asrama yang menghadap taman, gadis itu ambruk tanpa satu orang pun yang tahu. Melihat itu, langit seolah ikut berduka atas kesedihan yang dialami Veli.

[[-_-]]

Matahari tampak malu-malu menunjukkan wujud. Padahal banyak pasang mata yang menunggu sinar dari bola surya itu. Di awali dengan doa baik, para manusia bersiap untuk memulai hari. Santriwati serempak tadarus menunggu matahari naik satu tombak, kemudian dilanjutkan dengan salat dhuha.

Gadis pemilik nama Reni Andryani melipat mukenanya sebelum pergi dari masjid. Kakinya mendapat perintah dari otak untuk melangkah ke ruang kesehatan, menjenguk temannya yang sedang sakit.

Di ruang kesehatan, seorang gadis yang terkapar menggerakkan jari tangannya pelan. Diikuti oleh gerakan bulu mata. Gadis itu membuka matanya perlahan,  pandangannya mengabur beberapa menit. Kepalanya yang berdenyut langsung dipegang, pening masih terasa sampai seseorang mengetuk pintu seraya mengucap salam.

Dinamika Hati [SELESAI ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang