“Apakah di hatimu masih ada ruang? Tolong izinkan aku memasukinya jika masih ada ruang yang kosong disana.”
—Xalova Zafinara Irshadi
—————
“One, Up, Jadi! Down! Back to lot.” Suara sang pelatih Cheerleader terus memenuhi Gor yang sedang ditempati para anggota ekskul Cheerleader untuk latihan.
“Yuk Waterbreak dulu, sekalian pulang aja, tapi jangan lupa pamit.” Perintah pelatih kepada anggotanya.
Xalova yang daritadi kelelahan langsung menyambar air minum yang ada dibotol minumnya hingga habis tak tersisa.
“Gila lo, Va. Kuat amat minumnya,” Ujar Aurel, teman satu ekskulnya.
“Gue capek banget, Hehe.” Jawab Xalova sambil terkekeh.
“Yaudah deh, kalau gitu gue balik duluan ya, Va.”
“Iya hati-hati, Rel.”
Aurel langsung pergi dan berpamitan dengan pelatihnya lalu kakak kelasnya, kemudian keluar dari gor.
Xalova yang melihat Reliana sudah pergi dari gor, langsung memasuki botol minumnya kedalam tas dan langsung berdiri untuk berpamitan dengan pelatih serta kakak kelasnya. Namun saat ia berjalan, tangannya tertahan oleh seseorang. Merasakan itu, Xalova langsung menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang menahan tangannya.
“Mau pulang?” Tanya Devon, kakak kelasnya yang memang ikut ekskul Cheeerleader juga. Pasti semua orang yang tidak tahu menahu tentang Cheerleader akan mengejek Devon karena Devon yang berjenis kelamin laki-laki. Tetapi dari situlah para lelaki yang mengikuti ekskul ini akan menjadi tambah kuat fisiknya serta mentalnya. Sebenarnya tak hanya laki-laki yang akan bertambah kuat fisik dan mental jika mengikuti ini, perempuan pun sama halnya dengan lelaki. Intinya Cheerleader tidak hanya untuk perempuan, namun laki-laki juga bisa.
“Iya nih, gue mau pulang.” Jawab Xalova dengan sedikit mengulas senyum.
“Gak ke kantin gor dulu gitu, kumpul sama yang lain?”
“Gue ada urusan habis ini, Kak.”
“Oh gitu, tapi pulangnya mau gue anter gak? Sekalian bareng sama gue mumpung searah.”
“Gak usah, Kak. Makasih. Gue udah dijemput kok.”
“Sama siapa?”
“Temen.”
“Shevo?”
Mendengar nama Shevo, Xalova langsung terdiam seketika. Karena sudah seminggu ia tidak berbicara ataupun melakukan kegiatan berdua dengan Shevo selepas kejadian itu. Walau Shevo terkadang masih suka mengajak Xalova ngobrol ataupun berangkat dan pulang sekolah bersama, tetap saja Xalova menolaknya. Karena Xalova masih menanam rasa kecewa.
“Bukan kok. Sama temen gue yang lain.” Jawabnya dengan sedikit tak enak hati.
“Yaudah, hati-hati ya. Titip salam buat keluarga dirumah.” Ucap Devon dan dibalas dengan anggukan Xalova.
Kemudian Xalova pun meninggalkan Devon dan berpamitan dengan pelatih dan kakak kelas seniornya.
***
Sepuluh menit sudah Alfrelo menunggu Xalova menyelesaikan kegiatan ekskulnya didepan gerbang gor, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Alfrelo yang mengenakan baju berwarna hijau army dengan skinny jeans berwarna hitam itu pun segera keluar dari mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Missing
Teen FictionIni adalah sebuah kisah tentang kehilangan. Kehilangan seseorang yang selama ini telah hadir sebagai obat pemulih luka lama. Namun, seseorang itu pun pergi. Menghilang, karena sebuah keegoisan hati. Marilah merayakan kehilangan, dengan berjuta luka...