Seribu Malam Bersama sang Raja
BAB II
__________________Malam itu, malam sebelum Layla tiba di istana Aqmar.
Latifah menggertakan giginya dengan kesal. Ia masih menangis didalam kamarnya. Menatapi wajahnya di depan cermin. Merasakan tangannya yang gemetar ketakutan. Ia tidak akan menjadi selir raja itu. Tidak. Jika ia pergi, ia hanya akan dibunuh oleh sang raja sebagai salah satu selir yang tak berharga.
Lalu apa yang harus ia lakukan?
Gadis itu mengernyit, menatap wajahnya yang tampak kacau terpantul di cermin, beribu-ribu pikiran kalut muncul di bayangannya. Bagaimana jika ia melarikan diri sekarang? Tapi, melarikan diri hanya akan membuatnya menjadi salah satu buronan raja, jika ia melakukannya, hanya kematian yang menunggunya.
Lalu apakah ia hanya dapat pasrah dan menerima kenyataan mati menjadi selir sang raja?
Gadis itu kemudian mengalihkan pandangan, ketika pintu kamarnya diketuk beberapa kali, tampak Layla membuka pintu itu, masih mengenakan cadarnya, membungkukkan tubuhnya seraya masuk kedalam kamar Latifah.
"Tuan menyuruh saya untuk membantu anda berpakaian, Nona," Layla lalu mengangkat pandangannya, menatap Latifah yang memandangnya dengan tajam. Sisa-sisa tangisan dengan mata yang memerah, mendelik menatapi Layla.
Latifah mendelik, menatap pakaian yang dibawa oleh Layla, kain sutera merah lembut yang tampak begitu cantik. Sungguh bahkan berkali-kali lipat bagusnya daripada yang biasa ia kenakan ketika pesta. Ia mengernyit seakan jijik menatap pakaian tersebut.
Namun ia tidak akan mengenakannya. Tidak untuknya. Tidak. Karena ia tidak akan mengenakan pakaian itu. Iya, bukan dia yang akan mengenakannya, "Pakaian itu untukmu," Layla menatapinya bingung, "Aku perintahkan kau untuk memakai pakaian itu!" Ia mendelik menatap Layla yang terdiam.
"Tapi ini pakaian anda, Nona..." Layla dapat menatap mata itu memandangnya, mendelik dengan tajam. Hingga seketika kemudian gadis itu membeku, sadar akan maksud dari Latifah, "Tidak. Anda takkan bisa melakukan hal itu," ia menggelengkan kepalanya menatapi Latifah.
Dengan tak sabar, Latifah berjalan mendekati Layla, ia lalu menarik pakaian dari tangan gadis itu dan lalu menjambak rambutnya. Hingga Layla meringis menahan rasa sakit.
"Diamlah! Kau harus pakai ini. Kau harus menggantikanku! Kau harus berpura-pura menjadi aku, Layla. Raja itu tidak akan mengetahuinya, ia tidak mengetahui wajahku. Ia tidak akan mengetahui jika kau berpura-pura menjadi aku," ia kemudian tersenyum menyeringai, "Lagipula sebelum ia mengetahuinya, kau akan lebih dahulu mati ditangannya," Latifah lalu mendorong kasar Layla hingga gadis itu terjerembab jatuh diatas ambal.
Benar. Raja itu tak akan mengetahuinya, Layla hanya akan menjadi satu dari banyaknya selir yang akan di bunuh oleh sang raja pada malam pertama ia menginjakkan kakinya di istana. Dan setelah itu, Raja takkan mengetahuinya. Ia tidak akan pernah mengetahuinya. Hingga kemudian semua tentangnya akan terlupakan begitu saja.
Menyeringai, Latifah lalu melempar pakaian itu di depan Layla yang nampak bergetar, "Pakai itu atau kau ingin aku menghabisi nyawamu lebih cepat malam ini."
.
.
.
.※※※
BAB II
Raja Al Rasyid kini menatapnya, dan Layla yang mendongak tak dapat mengalihkan pandangannya, ia dapat menatap mata tajam dengan kantung mata yang menghitam itu menatapinya tajam dan menakutkan, hingga membuat gadis itu lalu menunduk takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Malam Bersama Sang Raja
RomanceRaja Al-Rasyid, raja negeri timur yang kejam, berhati dingin dan tak pernah tertidur sepanjang ia memerintah kerajaannya, Aqmar. Hampir setiap malam ia membunuh setiap orang yang berjanji namun gagal membuatnya tertidur. Tak terkecuali membunuh seti...