Hari ini adalah upacara pengumuman kelulusan SMP 29 jakarta, yang diikuti oleh seluruh peserta didik. Terlihat pasukan paskibra yang sedang merapikan barisan, agar upacara dapat berjalan dengan baik dan hikmat. Saat barisan sedang dirapihkan oleh anggota paskibra, aura ketegangan dipancarkan oleh siswa-siswi kelas 9 yang takut tidak lulus di ujian terakhir mereka. Tetapi tidak dengan Arima Rizki, seseorang yang sangat yakin akan hasil yang ia dapatkan, karena perjuangannya sebelum UN dilaksanakan dapat dikatakan keras. Mengikuti les Matematika dan Ipa selama 6 bulan lamanya dan membuat kepalanya dibuat semraut dengan hapalan rumus-rumus yang rumit.
"Ari,,," suara wanita yang berasal dari arah belakang dengan lembut.
"Iya,?"arima pun menoleh kebelakang dengan perlahan, ternyata wanita tersebut adalah Annisa teman sebangku sekaligus teman dekatnya sewaktu dikelas 8 lalu.
"Kok lu ada disini ca?" jawab arima dengan heran.
"Hehehe mau ketemu lu lah," Annisa menjawabnya dengan senyum manis. Senyum yang tersimpulkan di bibir tipis berwarna merah muda pudar, kulit putih dan mata yang sayu serta rambut sebahu yang dibiarkan tergerai dapat meluluhkan hati banyak laki-laki disekolah kami.
"Ngapain tuh senyum-senyum? Kalo mau minjem uang gw kaga ada, tapi kalo senyuman nya minta dipeluk sama gw gapapa." Dengan wajah datar, mata yang melirik dan nada yang sedikit ketus Arima melontarkan kata-kata tersebut.
"Iya mau peluk," jawabnya "Sini-sini peluk dulu" dengan tangan terbuka seperti ingin memeluk, Annisa maju perlahan ke arah Arima.
"Apaan si!, sana-sana balik ke habitat, upacaranya mau mulai nih" Arima mendorong Annisa secara perlahan, dibalut dengan senyum tipis.
"Bawel." Annisa menjawab dengan sedikit intonasi yang naik.
Annisa pun berjalan ke barisan kelasnya dengan melirik ke Arima sambil tersenyum.
*****
Upacara dimulai, para peserta didik serta guru mengikuti acara dan mendengarkan pidato yang disampaikan oleh Kepala sekolah. Ada beberapa murid yang tidak peduli juga dengan apa yang dibicarakan, karena kebanyakan dari siswa-siswi kelas 9 menunggu kabar lulus atau tidaknya mereka saja.
Setelah beberapa saat, sampailah di waktu yang dinantikan oleh seluruh kelas 9 yaitu pengumuman kelulusan.
"Dengan berat hati saya sampaikan bahwa yang tidak lulus dari siswa SMP 29 Jakarta adalah,,," seluruh kelas 9 pun mulai komat-kamit memanjatkan doa kepada tuhan agar namanya tak disebutkan oleh Kepala sekolah.
"Masa-masa SMP kalian" mendengar ucapan tersebut seluruh peserta didik terdiam untuk beberapa saat untuk mencerna apa yang dikatakan oleh Kepala sekolah, lalu ada yang bersorak sorak dan berteriak dengan lantang "KITA LULUS!!!"
Dengan mengetahuinya kelulusan mereka banyak kelas 9 yang merayakannya dengan berfoto-foto, lalu ada yang membuat janji pada teman-temannya bahwa akan selalu bersama, dan ada juga yang tak acuh dengan hal tersebut.
Berbeda dengan Arima dan teman sekelasnya yang merayakan kelulusan mereka dengan cara yang sedikit aneh, yaitu dengan mengadakan lomba makan mie instan dikelas mereka. Selesai lomba tersebut Arima dan teman kelasnya berfoto-foto dan berpamitan semoga dipertemukan kembali.
*****
Sesaat di jalan pulang Arima sedikit mengulas cerita dimana pertama kali dirinya masuk ke SMP 29 Jakarta, dan menjadikan ia seperti sekarang, seseorang yang bahagia karna memiliki banyak teman serta keterampilan. Banyak pengalam yang ia dapatkan di sekolah tersebut yang takkan dapat dilupakan.
"Ari,," seketika Annisa menepuk pundak Arima dari arah belakang dan membuatnya kaget.
"Ngagetin aja lu ah" gumam Arima
"Lagian bengong aja," jawab Annisa "Ri, gw mau ngomong sesuatu sama lu boleh ga?" tanya nya sambil menundukan kepala dan menyamakan langkah kakinya dengan Arima.
"Kaya sama siapa aja lu pake nanya boleh apa nggak, ngomong aja kali" jawab Arima sambil tertawa kecil sambil memegang serta mengelus dengan lembut kepala Annisa.
"Gw suka sama lu ri," Annisa menghentikan jalan nya, dan Arima seketika melepaskan sentuhannya tersebut,"Gw nyaman aja sama lu, karna lu beda sama cowo yang lain. Lu bisa jujur dengan keadaan, ga suka maksain kehendak. Lu bisa buat hal receh jadi lucu, lu itu mood booster gw ri," seketika Annisa yang dikenal ceria menangis dihadapan Arima.
"Ca, lu gapap-" saat Arima ingin bertanya dan memegang tangan Annisa
"Gw gapunya waktu buat ngejelasin semua perasaan ini!" Annisa mengatakan nya Sambil Tersedu sedu
"Tenang dulu ca, jangan buru buru jelasinnya tarik nap-" arima mencoba menenangkan Annisa tetapi
"Gw mau pindah ke Yogja ri!!! Gw gapunya waktu lagi" ia menarik tangan nya dan berlari sekuat tenaga
Arima hanya mematung ditempatnya mendengar pernyataan teman dekat nya semasa SMP tersebut, tak mengerti apa yang harus dilakukan. Apa ia harus mengejar nya? Tetapi apa yang harus dilakukan jika sudah terkejar, apa selama ini di memendannya? Apa dia sedang berbohong?, terlalu banyak pertanyaan yang muncul didalam kepala nya. Arima pun berpikir "Jika diam saja ia tak akan tahu jawabannya dari yang dimaksud oleh Annisa".
Karena terlalu lama berpikir Arima baru berusaha mengejarnya, sudah jauh Annisa berlari. Arima mengejarnya dengan terengah-engah, bertanya pada orang-orang sekitar sekiranya melihat seseorang wanita yang berlari dengan cepat. Hingga Arima mencoba kerumah Annisa dan bertanya ke tetangga sekitar rumah Annisa, tetapi Annisa sekeluarga sudah pergi sedari tadi, Arima mencoba menghubungi nya pun tak juga mendapatkan jawaban, apa yang dimaksud olehnya saat diperjalanan pulang tadi.
"Hari itu adalah hari dimana Arima mengucapkan selamat tinggal pada masa SMP nya dan juga kepada Annisa."
YOU ARE READING
Dua Sisi
Non-FictionTerkadang pilihan bisa membuatmu senang ataupun bahagia. terkadang perasaan bisa membuatmu melayang ataupun sengsara. terkadang perintah bisa membuatmu tercengang ataupun hina. Seperti Dua Sisi yang berbeda tapi saling berdampingan dan selalu dises...