Prolog

8.9K 228 10
                                    

"Sudah siap?"

Viona tak menjawab meskipun mendengarkan pertanyaan itu. Ia mengeratkan pegangan di seprai, tak ingin beranjak ke mana pun. Berkali-kali ia katakan dalam hati bahwa ini akan mudah jika dijalani, tetapi kaki akan selalu menolak untuk melangkah.

"Jangan khawatir, aku bersama kamu," ucap Marcell, memeluknya dari samping.

"Mama nggak apa-apa?" tanya gadis kecil yang kini menatapnya khawatir.

Namanya Queensha, buah hatinya bersama Marcell, yang kini sudah berusia lima tahun. Ditinggalkan oleh sang ayah enam tahun yang lalu, membuat ia membuka mata, betapa luasnya dunia ini tanpa ia bergerak pun, ada banyak orang yang melintas melewatinya.

Viona menarik napas pelan, menghilangkan perasaan takut untuk menghadapi dunia. Ia menjauhkan jari-jarinya dari seprai, memberanikan diri untuk keluar dari kungkungan rasa bersalah.

"Nggak perlu khawatir, aku dan Queensha tetap bersama kamu, apapun yang terjadi." Marcell terus menguatkannya.

Sudah cukup ia berlari selama bertahun-tahun, kali ini Viona akan keluar dari zona nyaman. Entah mereka menunggu atau telah melupakannya, ia hanya ingin mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya kepada mereka.

Lagi pula, ada seseorang yang juga melakukan kesalahan bersamanya saat itu, tetapi masih diterima oleh keluarga. Maka dari itu, apa salahnya Viona berharap mereka pun mau menerimanya.

"Kita pergi sekarang, Marcell," ucapnya kepada sang suami.

Viona segera bangkit, Queensha digendong oleh Marcell. Mereka melangkah keluar dari apartemen untuk menuju basement. Sebentar lagi ia akan keluar dari sangkar, menjemput kebebasan.

Malaysia, negara yang menjadi tempat persembunyiannya. Mungkin sudah ada yang tahu bahwa ia berada di sini, salah satunya sang ibu. Seperti tahu bahwa ia pergi untuk menenangkan diri, mereka yang ia tinggalkan di Indonesia tak pernah mengganggunya.

Dua tahun setelah ditinggalkan kekasih, Viona harus dihadapkan dengan rasa kehilangan lagi. Ayahnya meninggal dunia di saat ia masih tak bisa menerima kenyataan bahwa pria yang ia cintai telah bahagia bersama wanita lain.

Untuk menghilangkan sedikit beban, ia mulai membuka hati pada seorang pria yang selalu menemaninya. Menikah dan memiliki seorang putri, Viona bisa menghilangkan beban pikiran serta rasa cintanya kepada Kenan yang kini terkalahkan karena adanya Queensha.

"Kita segera ke bandara, kamu baik-baik aja, 'kan?" Marcel menggenggam lembut tangannya.

"Iya," jawabnya sembari meremas tangan itu.

Ibunya sudah menua, butuh seorang pendamping untuk menemani perjalanan hidup. Viona terpaksa melepaskan ego, meninggalkan rasa nyamannya, menuju kebahagiaan sang ibu yang masih setia menunggunya kembali ke tanah air.

"Mama kalau nggak mau pindah, nggak apa-apa. Queen juga nggak suka pindah rumah, masih mau main sama teman-teman." Putri kecilnya berkata seperti membujuk.

Ia angkat gadis itu ke pangkuannya, mengecup pipi dan kening, mencoba menghilangkan ketakutan pada keputusan ini. Viona memiliki Queensha, seorang malaikat yang membuka matanya, bahwa di dunia ini cinta pun tak bisa mengalahkan rasa sayang pada buah hati.

"Kasihan oma di Jakarta sendirian. Kita harus pindah," ungkap Viona.

Queensha langsung cemberut, di pikiran anak kecil itu pasti, tidaklah penting merawat seorang nenek tua. Viona tahu anaknya belum mengerti apa-apa, sebagai orang tua ia harus menjelaskan secara pelan agar dapat diterima oleh Queensha.

"Pa, kita jangan pindah, dong. Balik lagi, yuk." Queensha memohon.

"Nggak boleh, Sayang, oma udah nungguin kita di Jakarta," ujar Marcell.

Perjalanan dihiasi dengan ucapan permohonan putri kecilnya. Viona dan Marcell memberikan pengertian bahwa, meskipun tak akan pindah di hari ini, mereka pasti akan tetap kembali ke Jakarta. Ucapan itu pun menyadarkan Viona bahwa egonya tak dibutuhkan untuk saat ini.

----

Ini hanya cerita pendek yang terdapat 11 part, sudah termasuk prolog dan epilog.

Kalau mau baca tanpa nunggu update, silakan ke Karyakarsa ya. 😁

Dari Hati Viona (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang