2. Teman Baru

35 3 0
                                    

"Hai." sapa seorang laki-laki yang sukses menghentikan perbincangan Alana dan Rana.

Alana dan Rana menolehkan kepala bersamaan. Mata mereka menangkap laki-laki yang cukup menawan sedang menopang dagu menggunakan kedua tangannya. Laki-laki itu tengah tersenyum lebar memamerkan gigi putih nan rapinya. Senyumnya yang lebar membuat matanya menjadi satu garis.

Laki-laki itu menatap Alana dan Rana tanpa memudarkan senyum yang terlihat manis. Tentu, laki-laki itu lebih sering menatap Rana karena posisi mereka sekarang saling hadap-hadapan.

Alana dan Rana saling melirik satu sama lain. Lalu berganti menatap laki-laki yang tengah tersenyum manis.

Alana dan Rana mengernyitkan wajah. Melihat laki-laki yang tiba-tiba menyapa mereka. Dan mereka tidak mengenal laki-laki tersebut.

"Lo siapa?" Rana memecahkan keheningan setelah acara tatap-tatap yang mereka lakukan usai.

Alana melihat laki-laki yang ada di hadapannya dengan intens. Alis hitam tebal, mata sipit, bola mata biru, hidung mancung seperti perosotan anak TK, bibir tipis nan merah jambu, rahang tegak tepat berada di bawah kedua pipi tirusnya. Laki-laki ini terlihat menawan.

"Kenapa?" bukannya menjawab pertanyaan , laki-laki itu berbalik bertanya. Laki-laki itu bertanya kepada Alana. Sadar ada yang memerhatikannya.

"Orang nanya, malah balik nanya." kesal Rana karena diabaikan oleh laki-laki dihadapannya.

"Gak." Alana menjawab dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Oohh" laki-laki itu ber-oh ria.

"LO SIAPA?" tanya Rana dengan penekanan di setiap katanya.

"Biasa aja kali Mbak." laki-laki itu menatap males ke arah Rana.

Sedangkan Rana, memutar bola matanya, jengah dengan laki-laki dihadapannya.

Alana hanya mendengarkan pembicaraan antara Rana dan laki-laki itu. Tidak berniat untuk ikut serta dalam pertengkaran mereka.

"Gue Argin Prayudha. Temen sekelas kalian, sekaligus temen depan bangku kalian satu tahun ke depan." Argin memperkenalkan diri.

Hati Alana menjadi hangat seketika,  mendengar kata teman keluar dari mulut Argin. Ia tidak mempunyai teman semenjak sahabatnya waktu kecil menghilang tanpa pamit kepadanya.

"Temen? Gak salah denger gue? Emang kita temenan." Rana tersenyum smirk.

Skakmat, perkataan Rana sukses membuat Argin diam.

Argin menegakkan badannya. Tangan kirinya mengelus-elus dada bidangnya untuk bersabar menghadapi gadis dihadapannya ini. Air muka Argin sudah berubah. Muka laki-laki itu sudah merah padam menahan emosinya agar tidak meledak.

"Udah dong, Jangan berantem terus kayak Tom and jerry aja." Alana melerai adu mulut yang dilakukan oleh dua orang yang notbennya baru ia kenal.

"Dia kucing garongnya." Argin menunjuk ke arah Rana menggunakan jari telunjuknya yang langsung dapat pelototan gratis oleh Rana.

PLAK

Rana memukul tangan Argin yang sedang menunjuknya dengan kuat. Membuat tangan Argin memerah. Rana tersenyum smirk melihat karyanya di tangan Argin.

"Aww, sakit bego." Argin meringis. Merasakan rasa sakit bercampur panas di tangannya. Argin mengelus tangannya yang sudah berubah menjadi merah.

Alana mengernyitkan wajahnya. Seolah ikut merasakan kesakitan Argin. Hatinya tidak tega melihat Argin yang tampak kesakitan.

Prince SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang