"Pokoknya, kalo gue bilang nggak ya nggak!""Hmmm, iya iya. Bawel."
Begitu jawaban Rose ketika permintaan membolos ia dengar dari laki-laki di sampingnya.
Aldewa merebut tas sandang Rose begitu mereka turun dari mobil. Laki-laki berperawakan cuek dan dingin itu kemudian menyandang tas Rose di lengan kirinya.
Seusai menggantung tas Rose, tangan kanan Aldewa bergerak menarik gadis itu ke rangkulannya.
"Gue masih ngantuk banget." ujar Aldewa lirih di puncak kepala Rose, yang ditanggapi gadis itu dengan cubitan pelan di lengan kanan Aldewa yang melingkari pundaknya.
Aldewa tetap diam, tapi terus melangkah pelan mengikuti Rose menyusuri koridor.
"Hari ini lo ada ulangan sejarah jam pertama, terus praktek basket jam ketiga, terus..."
"Seharusnya olahraga tuh jam pertama biar gue langsung melek,"
"Yaa mana gue tau! Kan guru yang nentuin,"
Sepanjang perjalanan, Rose terus membicarakan hal-hal menyangkut jadwal hidup Aldewa selama 24 jam ke depan.
Aldewa menanggapi dengan anggukan ringan, helaan nafas, sewotan tak terima, dan sesekali mencubit pipi Rose.
Mereka berhenti tepat di ambang pintu kelas Aldewa, "Loh? Kok ke kelas gue?"
Rose menghela nafas kasar, "Masa ke ruang guru!"
Aldewa mengusap wajahnya seperti manusia yang sedang pusing berat, "Ke kelas lo dulu baru ke kelas gue!"
Cowok itu nampak sudah sadar 100 persen, bersamaan tangan kanannya yang menarik Rose menjauh dari kelas 12 IPS 1.
"Gimana sih, tiap pagi gue bilang ke kelas lo dulu baru ke kelas gue. Biar gue bisa pastiin lo masuk kelas dengan aman ato kagak!"
"Astaga Bambang!"
"Siapa Bambang? Pacar baru lo?"
Rose menganga tak percaya, "Woi masa lo kagak-"
"Seribu kali gue bilangin kalo mau pacaran kasih tau gue dulu!"
"Gue kagak pacaran anjay!"
Aldewa mengernyit, "Terus Bambang siapa?"
Gadis di depannya nampak begitu frustasi. Rose menggeleng-geleng takjub, sembari celingukan menatap warga SMA yang mulai ramai dan mengamati mereka.
"Bambang itu sejenis guyonan aja! Masa lo kagak tau!"
Baru saja Aldewa berencana membantah, mulut nyinyirnya kembali tertutup rapat.
"Oh iya gue lupa."
Kemudian tanpa malu sedikitpun atau perasaan bersalah, Aldewa kembali menarik Rose menuju kelasnya.
*****
Sudah jam pelajaran ketiga, dan sudah hampir 15 menit Bu Ani tidak kunjung datang. Maklum, rapat besar sebulan sekali akan dimulai 30 menit lagi. Dan Bu Ani adalah salah satu wakil kepala sekolah.
Seisi kelas mulai wara-wiri tak keruan, ada yang makan, tiduran di pojok, ngegibah, ngerjain tugas, ngegibah, bahkan sekedar membaca buku.
"Woi bengong aja lo! Mikirin apa?"
Rose yang semula hanya duduk diam sambil mendengarkan musik lewat earphone, mendadak hampir jantungan ketika tangan kekar mencubit pipinya.
"Aawww sakit!"
"Lo mikirin Bambang lagi?"
Tak menghiraukan Aldewa yang sembarang masuk dengan pakaian olahraga dan keringat yang mengalir di dahinya, Rose mengusap-usap pipinya yang terasa nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Aldewa
Teen FictionAldewa dan Rose bagai dilahirkan seperti prangko dan amplop, gelas dan tutupnya, atau tv dan remote. Kedekatan mereka tidak asing lagi di mata warga satu SMA, bahkan SMA lain. Aldewa selalu mampu mengendalikan Rose, begitu pula Rose sebagai pemegan...