Jalan Juanda

91 2 0
                                    

"Oiya nanti kamu berangkat sekolah bareng papah ya." ucap Pap.

"Gausah pah gapapa aku bisa berangkat sendiri kok, " balasku.

"Udah sana bareng papah kamu, nanti mah telat lagi." ucap Mom.

"Tau udah sana dibilangin nya ngeyel amattt, " ucap kakaku sambil mengambil nasi.

"Hmm iyaa bawel." jawabku kesal

"Dikasih taunya malah nyolot." ujar kakaku sambil menyodorkan centong nasi kearahku.

"Mahh liat nohh." ucapku merengek meminta pembelaan kepada mamah.

"Udah-udah masih pagi kok udah berantem." ujar Mom

"Lagian dikasih taunya malah nyolot." ucap kakaku dengan raut muka kesal.

"Bodooooo." ucapku meledek kakakku.

"Daniaa ayo sayang berangkat."

Suara papah memanggilku dari luar rumah, yang dari tadi sudah menungguku. Sebenarnya aku males dianter Pap, karena aku meerasa kalo aku udah besar.

"Iya pah sebentar." ucapku

"Mah aku berangkat dulu ya" ucapku sambil mencium tangan Mom.

"Iya sayang belajar yang bener ya" jawab Mom sambil mencium kening ku.

"Siap boss." ucapku tersenyum menatap Mom.

"Oiya untuk lo jangan marah-marah terus, cepet tua baru rasa loo...nanti ga ada yang mau lagi sama lo, " ucapku tertawa meledek kakaku sambil berlari keluar rumah.

"Daniaaaa!!!" ucap kakakku berteriak dengan suara yang melengking.

••••••

Laki-laki berpakaian seenaknya itu, lagi-lagi menatapku. Siapa lagi kalo bukan Damar siswa paling populer di sekolah.

Siswa kelas dua belas IPS satu. Siswa laki-laki yang paling disukai cewe-cewe di sekolah karena dia anak dari seorang pengusaha, membuatnya di disukai sama cewe-cewe di sekolah. Walau begitu dia tetap cuek sama semuanya dan selalu berusaha mendekatiku.

Aku masuk paling awal. Kelas masih terlihat sangat sepi. Hanya ada aku dan beberapa murid dari kelas lain. Sambil menunggu yang lain. Aku menyempatkan waktu menggambar serta membaca novel Tere Liye.

Sepuluh menit berlalu. Akhirnya murid-murid lain berdatangan. Termasuk sahabatku Sinta, Nisa dan Rama. Mereka langsung memelukku. Saat melihatku sedang membaca novel.

"Daniaaaa." ucap Nisa berteriak berlari ke arahku lalu memelukku, aku tersenyum lalu ku balas pelukannya.

Sinta, Nisa, dan Rama adalah sahabatku. Mereka lah yang sangat denganku. Kami sudah dekat dari kelas satu SMA. Awalnya sih aku tidak suka dengan Sinta, karena dilihatnya jutek dan sedikit sombong. Tapi setelah aku kenal Nisa, aku jadi tau watak Sinta memang seperti itu. Tapi katanya dia orang yang asik kalo udah kenal. Nisa dan Sinta memang sudah berteman sejak SMP. Makanya saat baru SMA, mereka sudah sangat dekat.

Nisa sahabatku yang lebih dewasa di antara kami berempat. Dia lah yang suka mengatur semuanya ketika kami main, pergi, atau kerja kelompok. Tapi ia juga orang yang paling jail jika kami bertiga mendapat masalah, atau dekat dengan seseorang.

Satu JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang