Part 1

67 6 2
                                    

Temaram yang menghiasi malam, menyatu dalam semburat rembulan yang meredam dinginnya malam, balutan asap perapian membuat udara dingin tersamarkan oleh hangatnya sumber cahaya yang berkobar. Semua orang membuat lingkaran besar, berdiri mengelilingi api unggun yang membara di tengah-tengah para siswa baru SMA Rajawali. Mereka sedang melaksanakan rangkaian akhir dari masa orientasi peserta didik, yaitu perkemahan sabtu minggu atau yang sering disebut PERSAMI. Perkemahan yang diselenggarakan di bumi perkemahan Cibubur ini diikuti oleh semua siswa baru, juga anggota OSIS selaku panitia.

Banyak kegiatan yang telah mereka lalui, mulai dari pemberian materi pentingnya berorganisasi, tanya jawab mengenai hal-hal yang ingin mereka tahu tentang SMA Rajawali, outbound, dan terakhir yaitu malam puncak berupa api unggun dan penampilan kreasi seni dari para siswa baru.

“Apakah kalian pegal?” teriak salah satu laki-laki yang merupakan anggota OSIS menggunakan pengeras suara. Mereka dengan serempak menjawab, “Pegal, Kak!”

“Bagus pada kompak. Kalian boleh duduk, pakai alas duduk yang sudah kalian bawa,” serunya. Laki-laki bernama Yoga ini memanggil anggota yang lain agar mendekat ke sumber suara, tak lupa dengan membawa perlengkapan yang diperlukan untuk menunjang penampilan para artis dadakan dari siswa baru ini.

“Teman-teman semua, akhirnya kita sudah sampai pada acara puncak yaitu malam api unggun. Nah sekarang kita mau kalian yang katanya berani dan punya nyali untuk menampilkan kelebihan yang kalian punya. Di sini kita sudah membawakan gitar buat kalian yang pengin menyumbangkan suara emasnya.” Yoga menunjuk gitar yang di bawa temannya. Anya, perempuan yang berdiri di samping Yoga dengan lantang berteriak, “Jangan malu, jangan ragu! Siapa tahu kalian bisa dapet gebetan setelah unjuk diri di depan!” Teriakan Anya rupanya berhasil membuat suasana menjadi ramai, siswa laki-laki saling bersiul dengan antusias.

Yoga kembali membuka suara, “Tidak hanya bernyanyi, kalian yang bisa nge-dance, acting, stand up comedy, baca puisi atau mungkin yang lainnya boleh maju ya!”

Semua siswa sangat bersemangat malam hari ini, pasalnya perkemahan ini merupakan acara yang paling ditunggu-tunggu, mereka memanfaatkan momen ini untuk melepas penat setelah selama 5 hari sebelumnya disibukkan mengikuti ritual yang lumrah dilakukan siswa baru saat memasuki jenjang SMA. Termasuk oleh Nabila, perempuan yang sedari tadi sibuk menuangkan minyak kayu putih pada telapak tangannya itu mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut kakak kelasnya. Udara malam yang dingin akan membuatnya mati perlahan jika dia tak membawa senjata andalannya, minyak kayu putih.

Kegiatannya menghangatkan tubuh terusik saat seseorang di sebelahnya mencolek bahu kanannya. “Bil, maju ga?” tanyanya, Nabila menoleh ke arah Fara.

“Ogah,” jawab Nabila sembari mengoleskan cairan hangat pada leher yang tertutup rambut panjang yang sengaja ia gerai. “Kamu aja, Far,” usulnya.

“Gua ga bisa apa-apa, hehe,” jawabnya merendahkan diri. Matanya mengedarkan pandangan dan melihat seseorang dari sekumpulan siswa laki-laki hendak maju. “Eh, liat deh, ada yang mau maju tuh!” Nabila mengikuti arah pandangan Fara.

Laki-laki bertubuh gempal yang merupakan siswa baru berjalan mendekati sumber suara, sontak saja menyita perhatian seluruh siswa.

“Wah ternyata ada yang berani maju, lho! Coba kita tanya, nama kamu siapa dan dari kelas berapa?” Yoga memberikan pengeras suara kepada laki-laki itu.

“Boni , Kak, dari X IPA 3,” ujarnya dengan gugup. Yoga kembali bertanya, “Kamu mau nampilin apa?”

Boni berdehem sebentar. “Sebenarnya aku enggak bisa apa-apa, Kak. Tapi aku punya kelebihan.”

Anya yang sedari tadi menentang tas berisi gitar di punggungnya lantas bertanya dengan antusias. “Wah, apa tuh?”

Boni mengarahkan telunjuk pada perutnya. Semuanya bingung. Apa maksudnya?

DREAM : A dream from dreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang