MBH|12

409 44 0
                                    

Bintangnya jangan lupa. Iya, iya author emang fakir vote sama comment. Jangan keras keras ngucapinnya disana!😆

***

Seperti ribuan kupu-kupu diam-diam menyusup kehatinya, Chaiden senang Allura mulai membuka hati kepadanya.

Sekalipun seperti kata orang 'disetiap perjalanan pasti ada rintangannya', tidak semata-mata berjalan mulus seperti kereta api berjalan diatas rel. Chaiden ingin menikmati dan mensyukuri dulu bahwa kenyataannya sampai saat ini semua berjalan lancar.

Ia tidak melupakan fakta bahwa bisa saja rel kereta bisa saja menghadapi hambatan didepan sana. Namun, Chaiden tidak mau menyia-nyiakan waktunya dengan menduga-duga hal buruk dimasa depan hingga ia kelewatan kesempatan bagus seperti ini.

Bukan maksud dia tidak berjaga-jaga seperti kata pepatah 'sedia payung sebelum hujan', Chaiden pun senantiasa berusaha melakukan yang terbaik agar hal baik yang saat ini dirasakannya bertahan.

Misalnya saat ini Allura sedang singgah diapartemennya, apartemen yang jarang ia pakai, lantaran lebih suka tinggal diisatana mewah Adrian. Singgahnya Allura bermula saat Chaiden menjemputnya dari kantor seperti biasa, dalam perjalanan Arthur menelepon perihal rumah dalam keadaan kosong sebab Arthur masih ada urusan diluar.

Allura sempat curiga ini hanya akal-akalan ayahnya saja.

Oh sekarang udah punya kerjaan baru nih comblangin aku sama Chaiden~ Allura.

Sedangkan,

Sengaja atau tidak sengaja pun, terima kasih buat calon mertua... eh...tuan Arthur yang menyediakan kesempatan seperti ini~ Chaiden.

Allura sedang menonton sebuah serial hiburan dengan setoples kue kering diatas bantal sofa tepat dipangkuannya. Wajah serius itu tidak luput dari pandangan Chaiden sambil memasakkan makan malamnya bersama Allura. Untung saja persediaan isi kulkasnya cukup untuk membuat makan malam mereka berdua.

Bolehkah ini disebut sebagai dinner mereka?~ Chaiden.

"Wuffft, done. Makan yuk" ajak Chaiden setelah meletakkan makanan dimeja ruang tamu. Alasan mereka makan disini agar lebih santai dan asik sambil nonton kalau kata Allura.

"Berdoa bareng, boleh dong ya?" tanya Allura.

Chaiden sempat tegang mendengar itu mengingat sudah lama sekali rasanya dia meninggalkan kewajibannya yang satu itu. Menyadari itu, Allura langsung paham.

"Aku aja ya yang pimpin doanya, gimana?" tanyanya sekali lagi. Chaiden hanya mengangguk menutupi kegugupannya dan menetralisir ketegangan yang melandanya.

Ingatkan Allura nanti untuk memasukkan hal ini yakni mendekatkan Chaiden kembali kepada sang Pencipta sebagai agenda pendekatannya bersama Chaiden.

Tanpa ia sadari sebenarnya ia juga diam-diam menerima kehadiran Chaiden disampingnya. Tetapi, siotak rupanya menang dari hati, mengambil alih pikiran Allura agar tidak mudah bawa perasaan.

"Selamat makan!" Sahut Allura riang mengurangi situasi canggung yang sempat tercipta. Chaiden tersenyum tulus mengingat Allura memberi usaha terbaik agar hal-hal diantara mereka berjalan baik.

"Tau gak sih, aku tadi mikir, komentatornya tadi kan dari tamu dari kalangan artis, nah sedangkan sikontestan bertopeng tadi bagus banget suaranya,..."

Allura sedikit memberi jeda untuk menelan kunyahannya. Chaiden terkekeh melihat tingkah wanita disampingnya ini.

"Sikomentatornya ngasih pujian tuh berlebihan banget tapi sepertinya makna tersiratnya itu udah segini aja, gak usah berusaha untuk lebih bagus lagi gitu, seakan gak mau tersaingi gitu"

BEST MISTAKE "Misfortune Brings Happiness"(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang