Seminggu lalu Hinata merasa diatas angin, namun sekarang perasaannya tidak menentu. Jantungnya berdetak tidak karuan. Rasanya seperti tidak siap menjalani janji suci antara dirinya dan Gaara.
Dulu Hinata memikirkannya namun sekarang rasanya tidak nyaman sekali. Sangat gugup padahal segala persiapan sudah selesai.
"Hei pengantin". Sakura dan Tenten masuk ke ruang pengantin wanita.
Tenten dan Sakura justru mengernyit heran melihat kelakuan sahabatnya. "kau kenapa?". Sakura justru semakin kelabakan melihat sahabatnya menangis berlinang air mata.
Tenten berusaha menenangkan, dan Sakura mengelus pundak Hinata.
"Aku tidak siap, bagaimana setelah menikah nanti aku harus melupakan segalanya, aku masih muda". Hinata semakin mewek .
"Hei bukankah dulu kau selalu membayangkan pernikahan ini, diusia muda bersanding dengan pangeran merahmu itu lalu sekarang kenapa justru menyesal ". Sakura sedikit menasehati.
"Ta-tapi aku sekarang masih ingin berkarir ". Hinata semakin histeris.
Hua
Hua
Hua
Tenten dan Sakura saling pandang, si pinky mengajak Tenten menjauh sejenak.
"Menurutmu Bagaimana?". Sakura bertanya pada Tenten.
"Entahlah, sebaiknya kau panggilkan saja Neji-nii,bukankah Sadako itu yang hanya menaklukannya". Tenten memberi usul.
"Sudah sebaiknya kita panggil si Sadako itu". Sakura menyeret Tenten menemui Neji. Hinata sendiri semakin keras menangis.
.
.
.Gaara sudah nampak gagah di atas altar menantikan kehadiran pengantin wanitanya. Tidak banyak undangan hanya kerabat dan para sahabat saja.
Neji, Sakura, Tenten, Sasuke , bahkan Sai berseliweran kebingungan mencari satu-satunya mempelai wanita. Pasalnya saat Sakura dan Tenten meninggalkannya, Hinata masih berada diruangnya sekarang gadis itu pergi entah kemana belangnya.
Neji mencari keseluruhan ruangan bahkan Hiasi dan Hikari nampak gelisah sendiri.
Gaara merasa heran karena satu jam menunggu dan Hinatanya belum terlihat di Jade miliknya .
Tamu undangan merasakan ada kejanggalan. Bahkan mulai berbisik-bisik lirih.
Gaara mendesah resah, tanpa menunggu lama dirinya segera pergi meninggalkan altar.
Gaara bertemu Sakura dan Tenten yang sedang cemas. Nampak keduanya berusaha menyembunyikan kebenaran tentang Hinata.
"Hei kenapa paman dan Hinata lama sekali sih". Gaara nampak tidak sabar.
Tenten dan Sakura saling melirik. Keringat dingin bercucuran,sedikit takut-takut menatap Jade tajam Gaara.
"Ada apa sebenarnya". Gaara penasaran.
"Hi-Hinata menghilang". Tenten akhirnya mengucapkan kebenaranya.
Gaara terdiam sebentar sampai dirinya berlalu pergi meninggalkan kernyitan heran kedua sahabat Hinata.
"Aneh". Ungkap Sakura dan Tenten bersamaan.
.
.
.Bukan Gaara jika tidak berhasil menemukan wanitanya. Gaara sudah menduga jika Hinata berada diatasnya gedung dengan gaun putih sedikit berantakan.
Gaara melihatnya, Hinata dengan riasan sedikit pudar dan rambut acak-acakan. Pria berambut merah marun itu berjalan pelan menghampiri gadisnya.
Hinata menunduk bersalah. "kenapa lagi hm". Gaara membenarkan rambut berantakan Hinata. Menghapus sisa air mata di wajah cantik calon pengantinnya. "masih ragu atau belum siap". Ungkap Gaara.
Hinata semakin menunduk dalam. Gadis itu berfikir bukankah ini keinginannya dari Dalu menjadi pengantin bagi Gaara. Dan sekarang semua mimpimu terwujud dan Gaara sangat mencintainya.
Hinata menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Menunduk kembali dan sedikit memanyunkan mulutnya.
"Aku tidak akan menghalanginya, Hinata". Ujar Gaara. " Aku akan memberikan kebebasan padamu ,memanjakanmu, bahkan menuruti keinginanmu". Gaara menatap kedua manik indah Hinata. " Asal jangan berlebihan, aku akan bersabar denganmu, apakah itu cukup". Gaara mengelus Surai indah wanitanya.
Hinata mengangguk diam. Gaara tersenyum dan berdiri setelahnya. "Ayo, yang lain sudah menunggu". Gaara mengulurkan tangannya, Giants tersenyum dan menerimanya bahagia.
Hari itu penuh drama namun pernikahan Gaara dan Hinata berlangsung. Keduanya bahagia dengan Hinata melupakan emosi sesatnya.
Gaara adalah dunia Hinata sedang Hinata adalah segalanya bagi pria bersurai merah itu.
TBC