6

46 3 0
                                    

"Divan, mama dan Angel mau belanja baju dulu yah. Kamu kalau mau istirahat, istirahatlah dulu." Ucap Mama Divan dengan penuh perhatian. Sedangkan Angel mengikuti dibelakang Mama Divan.

"Gak perlu Divan anter ma?" Divan menawarkan jasa menyetir kepada Mamanya itu.

"Tidak perlu, mama pakai sopir saja. Yuk Angel."

Setelah mengatakan itu, Mama Divan menarik tangan Angel untuk mengikutinya keluar dari rumah dan menuju Mall yang terletak di pusat kota.

___

Setelah sampai di pelataran Mall, Mama Divan mengajak Angel untuk turun.

"Wahh besar. Apakah ini tempat bekerja?" Angel bertanya kepada Mama Divan. Mengingat Divan pernah mengatakan bahwa gedung - gedung yang dilihat Angel adalah tempat untuk bekerja.

"Ini namanya Mall sayang. Memang ada yang bekerja disini, tetapi kita disini tidak untuk bekerja. Melainkan untuk berbelanja." Mama Divan menjelaskan layaknya seorang ibu kepada anak kecilnya.

"Berbelanja?"

"Berbelanja adalah kegiatan dimana kamu bisa menukar uang dengan barang yang kamu sukai." Mama Divan menjelaskan dengan mengamit tangan Angel supaya mengikuti langkahnya memasuki Mall.

"Ahh uang! Yang didapat dari bekerja?" Angel teringat lagi ucapan Divan yang mengatakan bekerja dapat menghasilkan uang. Mama Divan tersenyum saat mendapati Angel mulai paham.

"Ayo kita ke bagian baju dulu. Kamu harus memilih baju untuk keseharianmu." Mama Divan menggeret Angel ke bagian baju - baju ber merk yang kebetulan berada di lantai satu.

"Wahh banyak sekali bajunya." Angel kembali terpengarah akan banyaknya baju dihadapan matanya.

"Sekarang kamu pilih baju yang kamu sukai." Mama Divan mempersilahkan Angel untuk memilih baju sesukanya dan diangguki Angel dengan penuh semangat sambil berlari kearah baju - baju yang menurutnya menarik mata.

Setelah selesai memilih, Mama Divan menyuruh Angel untuk mencoba semua baju - baju itu. Angel menyanggupinya dengan semangat dan memasuki bilik kamar ganti. Banyak sekali baju - baju yang telah dicoba oleh Angel. Bahkan ada beberapa baju yang cara memakainya salah, dan tentu saja Mama Divan akan mengajarinya dengan telaten seperti mengajari anak perempuannya cara memakai baju yang benar.

Setelah selesai dengan baju - baju itu, kini ditangan Angel sudah terdapat kantung - kantung belanjaan yang berisi semua baju - baju Angel. Dengan susah payah akibat kantung - kantung itu, Angel mengikuti langkah Mama Divan yang membawanya. Kali ini Mama Divan membawanya kebagian aksesoris.

"Lihat Angel. Bukankah bando ini lucu sekali?" Mama Divan mempertunjukan sebuah bando kelinci kepada Angel. Mama Divan begitu senang saat Divan membawa Angel kerumahnya. Sudah lama sekali dia menginginkan anak perempuan, tetapi nyatanya ia hanya dikaruniai 2 anak laki - laki, Divan dan kakaknya Daven yang sedang menempuh masa kuliahnya di Australia.

"Bagaimana cara memakainya ma?" Angel bertanya dengan serius.

"Begini cara memakainya," Mama Divan memakaikan bando itu ke puncak kepala Angel. "Lihatlah dicermin." Mama Divan menarik tangan Angel kearah Cermin yang disediakan disana.

Angel menatap berbinar kearah dirinya sendiri yang berada di depan cermin. Dia seperti seekor kelinci yang merupakan temannya di hutan.

"Aku seperti kelinci." Angel memegang kedua telinga buatan yang ada di bando kepalanya.

"Kamu suka?" Dan dibalas dengan anggukan bersemangat.

"Ayo kita cari aksesoris lucu yang lain." Mama Divan menarik kembali tangan Angel dengan begitu semangat. Memilih - milih berbagai macam aksesoris, lalu kemudian keluar dari bagian aksesoris tersebut untuk melanjutkan langkahnya ke lantai dua.

"Ini benda apa ma? Kenapa bisa bergerak?" Saat ingin menaiki eskalator, Angel bertanya kepada Mama Divan sambil menekan - nekan pegangan eskalator.

"Ini namanya eskalator, benda inilah yang akan membawa kita keatas." Mama Divan menuntun tangan Angel supaya dapat menaiki eskalator. Saat Angel sudah berada diatasnya, dia malah teriak dan meminta turun.

"Maa.... Tidak.... Turun... Turun..." Angel berteriak sambil berjongkok diatas eskalator. Dan teriakannya itu mampu mengundang perhatian seluruh pengunjung Mall, dan tak jarang semuanya menertawakan tingkah Angel. Sedangkan Mama Divan hanya bisa tertawa canggung sambil menutupi wajahnya malu dengan tangannya, sedangkan tangan kirinya di genggam Angel cukup erat.

"Maaa..... Angel tidak mau naik ini... Mama..." Angel masih terus berteriak sampai dia turun dari eskalator. Badannya masih gemetar karena ketakutan sambil berjongkok disamping Mama Divan.

"Sudah Angel. Kamu sudah turun, mari kita lanjutkan perjalanan kita." Mama Divan mencoba membantu Angel untuk bangkit dari acara jongkoknya.

"Aku tidak mau menaikinya lagi." Dengan dingin Angel berbicara seperti itu kepada eskalator di depannya.

"Yaudah, nanti kita naik lift saja kalau mau turun. Ayok" Mama Divan kembali memasuki bagian toko yang lain. Kali ini Mama Divan mengajak Angel ke bagian salon.

"Ini toko apa ma?" Angel mengikuti Mama Divan memasuki salon.

"Ini bukan toko sayang, tetapi salon. Disini kamu bisa menjadi cantik dalam hitungan jam." Mama Divan menjelaskan dengan menggebu - gebu karena senang saat ada teman untuk diajak kesalon.

"Kamu harus turuti semua kata mbaknya yah." Mama Divan menyuruh pegawai yang ada di salon itu untuk melayani Angel. Sedangkan Mama Divan sendiri berjalan ke ruang yang lain untuk dilayani juga.

Tak sampai beberapa menit, Mama Divan mendengar teriakan Angel dari ruang sebelah.

"Tidakk! Itu benda apa.... Tolong... Rambutkuuu...." Angel terus berteriak sehingga mengundang tawa para pengunjung yang ada di dalam salon. Sedangkan Mama Divan hanya menutupi wajahnya dengan majalah sambil rambutnya di tata.

Beberapa jam telah berlalu, akhirnya selesai juga usaha para pegawai salon dalam mempercantik Angel. Terbukti dari para pegawai yang keluar dari ruangan Angel penuh dengan keringat sebesar biji jagung. Mama Divan hanya bisa menatap kasihan kepada pegawai - pegawai tersebut.

Setelah semua pegawai yang mengurus Angel sudah keluar, kini tibalah Angel untuk keluar. Dan penampilan Angel berhasil menyihir semua pengunjung Salon. Benar - benar sangat cantik. Dimulai dari rambutnya yang dibuat keriting gantung, lalu make up tipis ala - ala orang korea mempercantik wajah Angel. Kemudian gaun berwarna putih tulang menambah kesan elegan pada tubuh Angel. Apalagi potongan gaun yang begitu simple sehingga memancarkan aura kesederhanaan pada diri Angel. Kemudian aksesoris kalung yang berwarna senada menghiasi leher jenjang Angel. Tapi tiba - tiba Mama Divan melunturkan keterpanaannya saat mendapati Angel tidak memakai heels yang tadi sempat dibeli Mama Divan sewaktu Angel memilih baju. tetapi malah ditentengnya heels itu ditangan kirinya. Seketika antara malu dan kagum, Mama Divan menghampiri Angel untuk keluar dari salon.

"Kenapa Angel tidak memakainya?" Mama Divan bertanya sambil menunjuk kearah heels yang ditenteng Angel.

"Aku sudah mencobanya Ma. Tetapi sulit sekali untuk dibuat berjalan." Angel mengatakan alasannya kenapa tidak memakai heels. Sedangkan alas kaki yang dipakainya sewaktu datang ke Mall ini entah kenapa hilang kemana. Mungkin dibuangnya oleh pegawai salon tadi karena melihat bentuknya yang sudah usang dan buluk.

"Yasudah, kita pulang saja." Akhirnya yang bisa dilakukan Mama Divan hanyalah mengajak Angel pulang kerumah.

To Be Continue...

Menurut kalian part ini gimana? Komentar yah... Ehh kalian pernah gak mengalami masa - masa seperti yang dilakukan Angel? Komentar yah pengalaman kalian.

Dan votenya jangan lupa diteken.

Lia

The Girl of Forest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang