Hari ini seperti biasa Dira kembali melakukan aktivitas paginya. Namun untuk hari ini Dira merasa badannya seperti kurang sehat. Mungkin ini akibat kemarin ia pulang sedikit malam hingga badannya terkena angin malam. Fikirnya.
Hari ini Dira harus pergi ke kampus untuk meminjam buku di Perpusatakaan pusat di kampusnya. Karena ada beberapa buku yang ia butuhkan ada di sana.
Dengan badan yang lemas ia paksakan untuk pergi. Sebelumnya Bunda Dira sudah menegurnya untuk tidak pergi hari ini namun Dira tetap kekeh untuk pergi hingga terjadi perdebatan diantara keduanya di pagi tadi.
" Nak, muka kamu pucet gitu masih mau tetep ke kampus?" ucap Bundanya panik.
"Iya Bun, Dira harus secepatnya pergi ke kampus untuk pinjam buku yang ada di perpus pusat kampus Bun. Karena buku yang Dira butuhkan ada di sana dan takutnya nanti itu buku di ambil orang lain duluan Bun.." ucap Dira panjang lebar.
"Tapi kamu yakin mau pergi sendiri. Nggak mau di anter sama mang maman?" sambing Bundanya.
"Nggak usah Bun, Dira masih bisa kok bawa mobil sendiri."
"Yaudah tapi kamu hati-hati ya. Oh ya obat yang Bunda kasih tadi udah di minumkan?"
"Iya udah kok Bun" ucap Dira sambil menyalimi Bundanya.
"Inget loh hati-hati Nadira" ucap Bunda sambil mengelus puncak kepala Dira.
"Siap Bun" ucap Dira sambil menghentakkan kaki dan hormat kepada bundanya ala-ala pasukan 17 bendera.
Bundanya hanya tersenyum melihat mobil Dira yang mulai menjauh kemudian menghilang tak terlihat. Melihat tingkah Dira yang hingga saat ini tidak berubah. Dia masih Dira yang dulu. Anak yang ceria. Tak pernah ia tunjukkan rasa sakit, kesedihan yang ia rasakan. Hanya rasa bahagia dan cinta yang ia tunjukkan kepada keluarganya.
Bundanya kembali mengingat ketika ia masih kecil ketika sedang bermain bersama Mikha teman kecil Dira dulu. Mereka begitu lucu. Tersirat di dalam hati Bunda Dira dan Umi Mikha untuk menyatukan mereka ketika mereka besar nanti.
Namun apa daya sejak terputusnya kontak ketika keluarga Dira pindah ke Palembang hingga saat ini keluarga Dira maupun keluarga Mikha tak bisa menghubungi satu sama lain.
Pernah sekali keluarga Dira berkunjung ke Bandung untuk liburan. Dan pergi untuk mampir ke rumah Mikha namun hasilnya nihil. Keluarga Mikha telah pindah ke Bogor dan menetap disana.
Musnah harapan Bunda Dira untuk bertemu kembali dengan sahabatnya itu.
🕙🕙🕙
Sesampainya Dira di kampus. Dira segera menuju ke Perpus dan menuju lantai tiga karena buku yang ia cari berada di sana.
Dira terus menaiki anak tangga yang cukup tinggi itu. Hingga ia rasa kakinya mulai terasa lemas. Kemudian ia duduk untuk istirahat sebentar.
Tidak seperti biasanya Dira merasa badannya sangat lemas dan tak bertenaga. Ditambah ia merasa aneh dengan menaiki anak tangga yang ukurannya hanya tiga lantai namun ia merasa tidak kuat. Biasanya Dira mampu naik hingga tujuh lantai.
Ia merasa tidak mampu saat ini.
Apa benar hari ini ia sedang sakit. Batin Dira.🌧🌧🌧
Selesai dari meminjam buku Dira melanjutkan langakahnya untuk keparkiran mengambil mobilnya.
Dalam perjalanan menuju parkiran Dira bertemu dengan sosok anak kecil yang sedang duduk di pinggiran jalan trotoar kampus.
Dira langsung menyapanya.
"Assalamualaikum dek.. Ngapain disini sendirian? Aku boleh ikut duduk disini nggak?" sapa Dira pada adik kecil yang bisa di perkirakan usianya sekitar 10 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Nadira
Fiksi UmumNadira namanya biasa orang memanggilnya dengan sebutan Dira. sesosok wanita yang sangat ceria, pintar, sopan, ramah. Dikesehariannya ia disibukkan dengan berbagai macam aktivitas yang ia geluti sebagai Mahasiswi Psikologi disalah satu Universitas di...