Taeyong berjalan ragu ketika matanya menangkap sosok Jaehyun di lobi hotel, ia tak memiliki cukup keberanian untuk menatap langsung kearah mata pria itu dan hanya menunduk ketika langkah kakinya membuat jarak mereka semakin dekat.
Taeyong meringis kecil ketika rasa gugup itu menyelimutinya seperti seorang gadis di kencan pertama.
Well, jikalau pun benar ini adalah kencan, ini adalah kencan pertama baginya. Taeyong belum pernah benar-benar berkomitmen tentang sebuah hubungan dengan pria maupun wanita. Taehyun melarangnya. Tubuh mereka hanya satu. Dan Taehyun mengatakan bahwa mereka hanya butuh satu pasangan. Itu adalah salah satu peraturan yang Taehyun buat di antara mereka.
Terlepas dari apa yang ia lakukan di bar milik Doyoung, itu hanyalah beberapa aksi berontak yang berhasil ia lakukan pada peraturan ketat Taehyun. Itu telah berlangsung lebih dari tiga tahun lalu dan Taeyong berterimakasih untuk itu.
Namun kenyataan tidak sesuai dengan harapan, ini bukan kencan dan Taeyong juga tidak mengharapkan itu -untuk saat ini.
Sementara Jaehyun tak tau mengapa jantungnya berdetak sekencang ini, ia berulang kali mengambil napas berat ketika melihat Taeyong yang ia lihat seperti peri malam ini.
"Terimakasih untuk ini," Taeyong menyerahkan kembali paperbag yang ia terima dari Jaehyun siang tadi.
"Hanya itu?"
"Huh?"
"Aku pikir kau akan mengatakan hal bodoh lagi tentang pembayaran," balas Jaehyun sembari berjalan pelan keluar dari hotel. Taeyong membasahi bibirnya kemudian mengikuti langkah Jaehyun.
"Aku serius tentang itu." Taeyong berkata setelah mengambil langkah lebar untuk mensejajarkan langkah mereka. "Aku akan menghitungnya dan membayarnya-"
"Terserah kau saja, okey?"
Taeyong tersenyum simpul pada jawaban Jaehyun yang terdengar seperti ia tidak ingin memperpanjang masalah.
"Kau mahir memasak." Ucap Taeyong pelan, sesekali sudut matanya melirik jalanan di sampingnya. Begitu ramai dan membuat perutnya bergejolak. Lampu-lampu jalan bahkan terlihat indah dengan seluruh gedung bernuansa Eropa kuno menampilkan seluruh keindahan yang membuat Taeyong merasa lemas.
"Benarkah?" Jaehyun menahan bibirnya agar tidak tersenyum. Itu pujian yang sering kali ia dengar bahkan sejak ia kecil. Namun untuk malam ini, bagi Jaehyun pujian itu bahkan lebih indah dari nyanyian penyanyi manapun.
"Bagaimana rasanya kuliah di Roma?"
"Biasa saja."
Taeyong tertawa kecil. "Tidak ada yang special?"
"Mmm... Bedanya..." Jaehyun terlihat berpikir dengan menggaruk kecil dagunya. "Disini bebas dan ya... bebas."
Taeyong mengangguk untuk jawaban itu. Aroma Pie mendadak menusuk hidungnya ketika mereka melewati sebuah restoran. Mata Taeyong tak berhenti menatap restoran itu dengan mata kelaparan. Hal itu tak lepas dari pandangan Jaehyun.
"Aku sedang libur semester." Lapornya tiba-tiba. "Just for your information, aku punya waktu luang selama tiga pekan."
Taeyong mengangguk pelan tanpa menoleh kepada pria tinggi itu . Kepalanya di penuhi oleh rasa manis Pie yang mendadak ingin ia cicipi. Taeyong terlalu malu untuk sekedar memberi tahu Jaehyun bahwa ia belum makan malam dan tengah dilanda kelaparan. Ia akan menunggu Jaehyun membawanya ke sebuah restoran untuk makan malam mereka.
"Waktu yang cukup untuk segera menyelesaikan tesis mu." Suara datar Taeyong membuat bibir Jaehyun menjadi kering untuk alasan yang tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL (JAEYONG)
FanfictionNot as simple as you think. BxB Story. Big thanks to @lovlana for a amazing cover❤