2: Can You Stop?

100 15 2
                                    

Hari Sabtu ini jadwal Yujin sama Junho keluar bareng. Ya nongkrong, nonton, ngobrol, atau apapun itu.

Yujin dengan outfit yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari tampak antusias menunggu Junho menjemput. Ia duduk dengan tenang di sofa teras rumahnya sambil membaca koran terbaru. Cuma baca yang seru-serunya aja, kok.

Saat sedang serius membaca, fokus Yujin teralih karena suara benda jatuh yang cukup keras. Pandangannya mengedar, sampai akhirnya ia menemukan sebuah benda dibalut kresek hitam mendarat jelek di bawah pohon mangganya.

"ISENG AJA TUKANG GORENGAN!" Yujin memaki tanpa perlu beranjak dari tempatnya. Yakin banget, pasti ini kerjaan Kang Minhee. Tetangga sebelah rumahnya yang selalu jobless.

Suara cekikikan diiringi kepala yang muncul dari balik tembok pembatas rumah membuat Yujin mendengus malas. Wajah minta ditabok Minhee terpampang di sana sambil berusaha memanjat dan duduk di tepiannya.

"Ngapain?" Minhee bersandar pada sisi tembok yang lain. "Cakep-cakep kok baca koran."

Yujin meremas ujung koran yang ia pegang dan melipatnya asal. "Maap nih, tapi gue cantik, bukan cakep."

"Oalah yang cakep kan gue, ya?"

Berisik. Minhee itu berisik banget, banyak omong tapi nggak penting.

"Serius mau ngapain?" tanya Minhee lagi.

Yujin beranjak dan menghampiri tetangganya itu, "kepo aja bang."

Tangan kiri Minhee terangkat, bersiap untuk mengacak rambut Yujin yang sudah ditata rapi. Namun tentu saja ia urungkan, karena malas lihat Yujin emosi terus.

"Alah paling mau maksiat," celetuk Minhee ngawur. Yujin langsung ngambil kanebo basah yang dijemur di atas jok sepeda dan melemparkannya ke arah Minhee.

"Mulut lo tuh elap dulu pake kanebo biar bersih," Minhee langsung ngakak. Yang ada malah makin kotor kalo pake kanebo bekas bersihin sepeda gini mah.

Selang beberapa saat, deru mesin mobil pun terdengar dan terparkirlah sebuah mobil hitam di depan. Itu Junho!

Minhee nggak berniat beranjak dari tempat nemploknya. Ia malah sibuk memukul-mukulkan kanebo basah tersebut ke tembok sampe air sisanya muncrat kemana-mana.

Tidak ada alasan bagi Junho untuk berlama-lama di sini karena kedua orang tua Yujin sedang keluar, jadi Junho nggak perlu izin lagi secara langsung.

"Pergi dulu, Mblo~"

Minhee mencipratkan air perasan kanebo itu ke arah Yujin, namun nggak kena karena Yujin keburu menghindar.

Sumpah, di sini Minhee mirip anak pengangguran banget cuma pake boxer sama kaos polosan.

Di dalam mobil, Junho tetap seperti Junho biasanya. Menjadi robot. Yujin sampe kehabisan topik buat dibahas.

"Si Minhee masih jomblo?" tanya Junho tiba-tiba. Yujin yang lagi pake seatbelt mendadak jantungan.

"Gak tau, kenapa?"

Junho mengedikan bahu, "nempelin kamu terus."

"Dia kan emang temen aku? Kamu juga udah tau kan dari dulu," Yujin menjawab sekenanya. Males kalo Junho udah posesif nggak jelas. Masalahnya ini tuh Minhee! Udah nggak mungkin banget mereka lebih dari temen.

"Kita juga dulu temen," Junho menginjak pedal gas dan mulai meninggalkan rumah bercat hijau muda itu.

Yujin jadi pusing sendiri. "Dia sama aku tuh udah temenan dari embrio. Gak ada sejarahnya aku sama dia bisa lebih dari temen."

Junho berdeham tanpa respon lebih lanjut. Hal itu cukup jelas menandakan bahwa ia sedang tidak dalam suasana hati yang bagus. Yujin juga jadi ikutan badmood.

Selama di perjalanan hanya suara radio yang menjadi pusat objek pendengaran mereka. Tidak ada obrolan atau gurauan yang sering mereka lakukan. Yujin capek, Junho kok betah banget sih?

"Jun,"

Tolong bayangin, ini Junho ngambek tapi mukanya lempeng banget. Yujin suka nggak habis pikir, dia harus bersyukur atau sedih.

"Cha Junho," Yujin menatap lekat wajah orang yang sudah tiga tahun mengisi hidupnya. "Stop cemburu sama Minhee, oke? Aku mohon, cuma Minhee aja."

Terdengar helaan napas pelan dari bibir Junho. Ia menggigit bibir atasnya tanda ia ragu akan sesuatu.

"Nggak bisa," putusnya. "Kecuali kalo kamu mau pergi."





"Hah maksudnya?"

As expected, Ahn Yujin memang jago dalam merusak suasana.

The Things What Makes You ThinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang