" Diri ini terasa rapuh disaat dirimu terlihat sedih dan putus asa. Sebenarnya aku ingin menguatkanmu, tapi apa daya. Bukan diriku yang kamu harapkan."
Haiiii. Buat yang penasaran sama siapa seseorang itu yuk baca part ini.
Semoga penasaran kalian terobati.
Enjoy the story
Happy Reading ^^
Setelah dilihat, memang tidak ada orang di kamar itu. Ya artinya sudah pulang. Saat Latisya berbalik, terlihat ada seorang laki-laki berjalan ke arahnya. Dan bertanya kepada Latisya.
"Kamu mau apa disini?" tanya laki-laki itu.
"Aku mau jenguk temen, tapi kayaknya dia udah pulang, Kak." Jawab Latisya, dia memanggil Kak, karena dia sepertinya lebih tua dari dirinya.
"Apa kamu temennya Kendra?" tanya laki-laki itu lagi.
"Eh, iya Kak." Jawab Latisya gugup.
"Kenalin, saya Eza Abangnya Kendra." Ucap Eza mengulurkan tangannya.
Latisya menaruh parsel buah itu, kemudian membalas uluran itu. "Aku Latisya kak, temen sekelasnya." Lalu melepaskan tangannya dan mengambil kembali parsel itu.
"Oh, dia pindah ke ruang VVIP. Yuk saya antar, tapi saya mau ambil barang yang ketinggalan."
Latisya hanya mengangguk.
Setelah selesai Eza mengajak Latisya menuju ruangan Kendra. Latisya berjalan di belakangnya mengekori Eza. 'Pantesan mirip, orang abangnya' ucap Latisya dalam hati. Dia memperhatikan fisik Eza yang memang sedikit mirip dengan Kendra, hanya Eza lebih terlihat kalem dibanding Kendra.
Eza berhenti di depan ruangan yang bertuliskan 'VVIP-3', mungkin itu kamarnya. Kemudian dia membuka pintu dan berjalan untuk menaruh barang yang tadi dia bawa. Namun, Latisya hanya berdiri agak jauh dari depan pintu tanpa mengikuti Eza yang masuk ke dalam.
"Ken, ada temen lo yang mau jenguk, eh malah ke tempat yang kemaren. Emang lo gak ngasih tau apa?" Ucap Eza kepada adiknya.
"Temen gue? Siapa? Enggak, gue gak kasih tau siapa-siapa." Jawab Kendra.
"Lah gue kira dia ikutin gue. Bentar ya gue panggilin."
Eza berjalan ke arah pintu untuk menghampiri Latisya.
"Kok gak ikut masuk si? Saya kira ikutin tadi. Ayo masuk." Ajak Eza.
"Kan kakak belum nyuruh masuk tadi." Jawab Latisya kikuk.
"Eh, iya lupa. Maaf ya." Kekeh Eza.
Latisya berjalan masuk ke dalam ruang inap Kendra, memang lebih luas dari yang sebelumnya. Latisya hanya menatap canggung Kendra, dan memberikan bingkisan yang ia bawa kepada Eza.
"Kak, ini buat Kendra."
"Oke, kalo saya makan boleh?" Eza melempar candaan.
"Ya bolehlah masa gak boleh si." Jawab Latisya malu-malu.
"Bercanda kali. Eh iya saya tinggal gak apa-apa ya." Ucap Eza sambil pergi.
Sekarang Latisya tak tahu harus mulai dari mana. Ini semua gara-gara Mamanya yang meninggalkan dirinya sendirian.
"Duduk Lat."
"Oke." Latisya pun menarik kursi dan kemudian duduk.
"Sendirian?"
"Iya, tapi harusnya bareng Mama."
"Terus Mama lo kemana?"
"Ada telepon dari kantor Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Mencintai Itu Salah? [Completed]
Roman pour Adolescents[SUDAH TERBIT] Kisah seorang wanita biasa yang merasakan jatuh cinta. Namun tidak ada dari satupun pria yang sadar akan kehadiran dari cinta wanita itu