Pict Story

41 8 0
                                    

#Gambar

Inikah dunia yang mereka katakan indah? Inikah hidup yang mereka selalu puja-puji?
Apa ini? Bahkan tak seorang pun yang peduli pada raga yang kian rapuh karenamu.

Rantai ini membelenggu, tapi sesuatu yang lebih berharga dari itu semakin membuatku terjerat. Apa yang bisa kulakukan, saat kau tersiksa di hadapanku.

Hanya berteriak!

Namun aku lelah, berteriak di antara ribuan orang, tapi tak satupun menoleh ke arahku. Inikah hidup? Inikah manusia yang mereka katakan meiliki hati? Lalu di mana letak keindahan dan hati yang mereka agungkan? Bahkan saat ajal hendak menjemput, mereka masih saja menyakiti tanpa belas kasih.

"Kembalilah! Jangan tinggalkan, aku!" teriakku di tengah isakan yang semakin membuat hatiku tersayat.

Namun mereka hanya tertawa menyaksikan tangis dan sakitku, sedangkan kau, kau masih saja memejamkan mata sembari menahan luka dengan genangan darah yang tak henti menetes.

Aku bisa merasakan jiwamu merengkuhku, memberikan kekuatan agar diriku segera sadar, bahwa kau takkan kembali hanya karena penyesalan dan tangisku. Tapi, aku benar-benar merasa terluka karena semua ini. Manusia yang selama ini aku bantu, justru menjadi alasan kekasihku terluka, lantas apa yang harus kulakukan, untuk membalas semuanya.

Membalas dendam mu, atau menunggu manusia itu membuatku membusuk sepertimu. Tapi aku sadar, bahwa dendam takkan membuatmu kembali padaku, jadi biarkan, aku membusuk di sini bersama ragamu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Puisi Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang