01; Say Hello, For Five Troublemaker Girls

3.7K 182 39
                                    

"Kalian lagi, kalian lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian lagi, kalian lagi. Saya bosen setiap hari senin selalu saja bertemu kalian mulu. Minggu kemarin sudah janji tidak akan telat lagi. Tapi, ini apa? kalian mengulanginya lagi!"

Bu Meka, guru Bimbingan Konseling yang kebetulan mendapatkan tugas piket dihari Senin itu mendesah frustasi menghadapi kelima gadis yang selalu saja melanggar peraturan sekolah. Guru bersanggul rapih itu, sudah ingin menyerah saja. Tidak tahu lagi  harus memberi hukuman apa agar mereka jera.

Sedangkan, kelima gadis terlihat santai berdiri di tengah lapangan dengan baju yang tidak dimasukan ke dalam rok, tidak ada dasi yang melingkar di kerah baju, serta menggunakan kaos kaki hanya sebatas mata kaki. Sangat jauh dari peraturan sekolah.

"Kali ini alasannya apa lagi?" tanya Bu Meka, jengah. "Dera, kenapa bisa telat lagi hari ini?"

Adera Ratasya. Gadis cantik berkulit eksotis itu menatap santai ke arah sang guru, "Maaf Bu, tadi di jalan ban mobil saya bocor," jawab gadis itu jujur.

Satu alasan sudah diberikan. Bu Meka berganti menatap gadis yang mempunyai hobi mengunyah permen karet setiap hari.

"Kalau kamu, Ran. Kenapa bisa telat lagi?"

Gadis tomboy bercepol asal dengan banyak anting yang mengitari telinga kanannya. Ingat! Hanya telinga kanan saja yang dipakaikan anting. Ran syahquita nama lengkap gadis itu.

"Kebanyakan minum kopi, susah tidur," jawab Ran dengan alasan yang sama dengan minggu kemarin.

Bu Meka hanya menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi muridnya itu memberi alasan yang sama. Tatapan guru itu, teralih ke salah satu gadis yang tidak pernah lepas dari kaca bedaknya.

"Keisya Aurelia! minggu kemarin ibu sudah bilang ganti warna rambut kamu jadi hitam. Kenapa sekarang malah setengah hitam, setengah pink?" sepertinya teguran minggu lalu yang Bu Meka berikan tidak didengar sama sekali oleh gadis itu.

"Yang penting ada warna hitamnya, kan? lagian nih ya, Bu. Ini tuh namanya Hairstyle." Seperti tidak ada takut-takutnya  gadis yang setiap minggu mengganti warna rambutnya itu menjawab dengan kelewat santai.

"Ck, jadi hukuman buat kita kali ini apa? gak usah kebanyakan basa-basi," kesal Ran yang sudah tidak kuat lagi berdiri terlalu lama akibat sinar matahari yang sudah memancarkan sinarnya.

"Nanti dulu. Eca, ibu tau kamu anak baik-baik. Jadi, kenapa kamu hari ini bisa telat?" pertanyaan yang sama Bu Meka berikan  kepada sosok gadis mungil yang berdiri paling ujung.

Sebenarnya, ada rasa penasaran di hatinya alasan yang akan diberikan gadis itu. Setiap gadis itu telat alasan ajaib selalu dia berikan sampai semua orang yang mendenganya diam tak percaya.

Dengan bandana pink yang menghiasi rambutnya serta poni yang menjuntai indah, gadis mungil itu tersenyum manis pada sang guru. "Maafin Eca ya, ibu. Tadi pagi tuh, Eca udah bangun. Terus, pas selesai mandi Eca nyari satu barang di dalam lemari tapi gak ketemu-temu. Akhirnya, Eca tanya mami. Kata mami, semua daleman Eca belum ada yang kering. Terus, mami nyuruh Eca buat ngeringin daleman Eca dulu. Jadi, gitu Bu kronologinya," jelas gadis itu dengan sangat jujur tanpa ada unsur kebohongan sedikit pun.

Kan! Benar dugaannya. Pemilik nama lengkap Elsa Citra Arum itu memberikan alasan yang ajaib lagi. Gadis polos nan lugu itu tidak bisa berbohong sedikit pun.

Jangan tanya, bagaimana reaksi ke empat sahabatnya. Meski sudah biasa dengan sikap jujur Eca tapi, untuk alasan kali ini mereka dibuat menganga semua.

"Kalau jawabannya gak aneh, baru bukan sahabat gue," ucap Keisya yang diangguki oleh semuanya.

"Sudah cukup! bersihkan halaman belakang sekolah semuanya. Harus sampai bersih. CEPAT!"

Kepala Bu Meka berdenyut nyeri, guru itu sudah tidak sanggup lagi jika harus menghadapi kelima gadis itu kembali.

"Kenapa harus daleman, Nak? kenapa gak dasi, topi, atau kaos kaki?" lirih Bu Meka sambil terus beristighfar dalam hati.

                                      ●○●

Di halaman belakang sekolah tampak kelima gadis yang tengah memunguti sampah dengan ogah-ogahan.

"Ancur sudah semua perawatan Meni-Pedi gue," Keisya menatap nanar ke arah kuku-kuku cantiknya.

"Ayo!" hanya satu kata, tapi bisa membuat keempat gadis yang lain menoleh kepadanya.

Amara Calistha, gadis dengan raut muka kelewat datar itu yang berucap. Wajahnya sangat cantik namun sayang, tidak pernah ada sedikit senyum pun untuk melengkapi kecantikannya.

"Kemana?" sahut, Ran. Sebelas dua belas dengan Amara pemilik wajah datar. Tapi, Ran masih sering terseyum walau sesekali.

"Kantin."

"Lah, terus ini gimana?" tanya Dera memperhatikan sekelilignya yang masih banyak sampah.

"Tinggalin, males."

Lalu, gadis berambut panjang dengan warna coklat itu melenggang pergi duluan, diikuti oleh Ran di belakangnya.

"Kok gue bisa betah ya, sahabatan sama Amara selama 5 tahun," heran Keisya sambil geleng-geleng kepala.

"Kok Eca bisa betah ya, sahabatan sama Keisya yang centilnya minta ampun," kata Eca menirukan ucapan Keisya.

"Diem lu!" sewot Keisya.

Adera yang menyaksikan itu hanya terkikik geli.

Adera yang menyaksikan itu hanya terkikik geli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WASAP GESSS!!! ACU KAMBEK EGEN.

VAKUM BEBERAPA BULAN, UNPUBLISH SEMUA CERITA, DAN SEKARANG BALIK LAGI DENGAN JUDUL CERITA YANG SAMA NAMUN ALUR YANG BERBEDA.

GARA-GARA KELAMAAN DI LOCKDOWN, TIBA-TIBA IDE MUNCUL GITU.

PASTI GAK ADA YG RINDU SAMA AUTHOR YANG GC INI? IYE KAN?

GPP KOK GPP. SO, NIKMATIN CERITANYA.

UPDATE LAGI, SECEPATNYA DOAIN AJA SUPAYA GAK MALES.

ENJOYY GESSS!!!

29 April 2020

AMARA STORY [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang