Setelah Mama Divan dan Angel selesai dengan belanjaannya, akhirnya tibalah mereka untuk kembali kerumah Divan.
"Mama, apakah Angel terlihat cantik? Setelah masuk dari salon tadi?" Angel memegang ujung rambutnya yang melengkung - lengkung.
"Cantik sekali sayang. Tetapi sepertinya mama akan mengajarimu cara berjalan menggunakan heels." Tanggapan Mama Divan sambil memerhatikan wajah Angel yang berkali - kali lipat lebih cantik dari biasanya. Bahkan Mama Divan hampir naksir dengan Angel akibat kecantikannya.
Tak butuh lama untuk mobil yang mengantar mereka sampai di pelataran rumah Divan. Dengan segera mama Divan membantu Angel membawakan semua belanjaannya.
"Bagaimana perasaanmu saat berbelanja tadi?" Mama Divan bertanya kepada Angel sambil berjalan memasuki rumahnya diikuti Angel.
"Sangat menyenangkan Ma."
Saat telah sampai di dalam rumah, Mama Divan segera membanting semua belanjaan diatas sofa diikuti tubuhnya disebelah belanjaan tersebut. Melihat kelakuan Mama Divan, Angel melakukan tindakan yang sama dengan apa yang dilakukan Mama Divan. Kini mereka berdua terlihat rebahan bersama - sama melepas rasa lelah akibat berbelanja tadi.
"Oh iya! Ini waktu yang pas untukmu belajar berjalan menggunakan heels Angel!" Mama Divan segera terbangun dari rebahannya dan mencari - cari heels yang dibelikannya tadi. Setelah ketemu, dia mengeluarkannya dari dalam kantung belanjaan dan menaruhnya disamping kaki Angel. Angel pun bangkit dari rebahannya dan menatap heels itu.
"Pakailah!" Mama Divan menyuruh Angel untuk memakai heels tersebut. Dan diturutinya perintah itu oleh Angel. Dengan perlahan Angel memasukan satu persatu kedua kakinya.
"Sekarang cobalah berdiri." Angel mencoba berdiri dengan heelsnya yang memiliki ketinggian 10 cm. Tapi, sebelum benar - benar berdiri tegak tiba - tiba tubuh Angel sedikit limbung. Beruntunglah ada Mama Divan yang menangkap tubuhnya yang hampir terjadi keatas sofa lagi.
"Coba sekarang kamu berjalan dengan pelan - pelan." Angel mencoba untuk berjalan dengan dibantu oleh Mama Divan. Setelah beberapa langkah, Mama Divan melepas pegangannya kepada Angel dan membuat Angel berjalan sendiri menuju arah depan. Angel terus berjalan, sampai seketika matanya menangkap sosok Divan yang baru keluar dari kamarnya dengan wajah yang mengantuk. Angel yang saat itu sedang berjalan didepan pintu kamar Divan merasa kaget melihat Divan yang tiba - tiba keluar dari kamarnya, sehingga mengakibatkan Angel tidak dapat menjaga keseimbangannya dan hampir jatuh menabrak tubuh Divan. Sebelum akhirnya Divan menangkap tubuh Angel, dan terjadilah aksi tatap menatap diantara keduanya. Jantung keduanya berdetak secara cepat seolah berirama. Terlebih saat mata Divan semakin dalam menekuni setiap perubahan yang ada di wajah Angel, terlihat semakin cantik. Tapi pandangan mereka segera terputus saat mendengar deheman dari arah belakang Angel yang ternyata berasal dari mulut Mama Divan.
"Sudah tatap tatapannya?" Mama Divan menyindir anaknya dan hal itu berhasil membuat pegangan Divan terlepas dan mengakibatkan tubuh Angel jatuh kelantai dengan bunyi berdebum.
"Angel..." Mama Divan segera menghampiri Angel yang merintih kesakitan sambil memegangi pantatnya.
"Divan. Kamu kalau mau ngelepas itu bilang - bilang dulu. Kasian tau Angel." Mama Divan mengomeli anaknya sambil membantu Angel untuk berdiri.
"Salah mama ngagetin Divan." Divan tak mau kalah dipersalahkan seperti itu oleh mamanya sendiri.
"Kamu berani ngelawan mama?" Mama terlihat mulai marah dan hanya ditanggapi cengengesan oleh Divan sambil ikut membantu Angel berdiri.
"Minta maaf dulu sama Angel." Mama Divan menyuruh anaknya untuk meminta maaf kepada Angel.
"Angel, maafin Divan yah." Divan berpura - pura memasang wajah memelasnya dengan mengatakan maaf kepada Angel.
"Angel maafkan." Dengan rasa kejengkelan yang masih ada, Angel menjawab permintaan maaf Divan.
"Kamu ini kalau suka sama Angel bilang saja. Mama kan bisa bantu jodohkan kalian nantinya." Ucapan Mama Divan membuat Divan memelototkan matanya menatap matanya mengatakan bahwa dia tidak mau dijodohkan dengan siapapun.
"Dijodohkan? Apa itu?" Angel yang tidak mengerti arah pembicaraan mereka hanya menatap penuh tanda tanya kearah dua orang dihadapannya.
"Dijodohkan adalah Mama membantu kamu sama Divan bersatu." Mama Divan menjelaskan kepada Angel sambil menangkupkan kedua tangannya. Tetapi nyatanya Angel tetap tidak mengerti atas apa yang dijelaskan Mama Divan. Sehingga membuat Mama Divan menyerah.
"Nanti kau akan paham." Akhirnya Divan mengambil alih penjelasan Mamanya dengan cara menghentikan bahasan.
Ini gara - gara mama yang berbicara asal.
Divan mengumpat kesal didalam hati sambil memandang mamanya, dan dibalas mamanya dengan pelototan tajam. Membuat nyali Divan ciut seketika.
"Yaudah angel, kita lanjutkan belajarnya kita. Kaki kamu masih kuat kan?" Mama Divan berkata kepada Angel sambil menatap kearah kaki Angel.
"Sepertinya sedikit lecet ma." Ucap Angel sambil mengangkat tumitnya sedikit untuk menunjukkan letak lecet yang dimaksud. Dan benar saja, terlihat disana tengkuk kakinya sedikit memerah dan kulitnya mulai mengelupas. Mungkin lecet ini akibat dari dirinya yang hampir jatuh tadi. Padahal baru saja dia belajar memakai heels.
"Yaudah, kita lanjut kapan - kapan saja belajarnya. Kita obati dulu lecet di kakimu. Divan tolong ambil kotak P3K yang ada di kamar mama dong." Mama Divan membantu Angel melepas heelsnya dan menyuruh Divan untuk mengambilkan kotak P3K.
"Kok aku ma?" Saat Divan menyuarakan protesannya, Mama divan segera memperingati dengan tatapan tajamnya.
"Iya iya Divan ambil." Akhirnya Divan memilih mengalah dan berjalan untuk mengambil kotak P3K yang ada di kamar Mamanya. Sedangkan Mama Divan membantu Angel untuk duduk diatas sofa kembali.
Sesaat kemudian Divan datang dengan kotak P3K yang ada ditangannya. Mama Divan segera mengambilnya dan mengobati kaki Angel. Sampai tiba - tiba suara bel pintu rumahnya ditekan.
"Divan buka pintunya" Mama Divan kembali menyuruh anaknya sambil menekan luka lecet Angel dengan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol diikuti rintihan sakit dari mulut Angel. Sedangkan Divan berjalan menuju pintu utama rumahnya dan membukanya. Tetapi saat membukanya, dia terlihat kaget mendapati Larissa yang ada di depan pintu rumahnya.
"Divan..." Larissa memanggil Divan dengan raut wajah menyesal sambil mengamit tangan kiri Divan.
"Ngapain lo kesini?" Dengan ketus Divan mempertanyakan maksud kedatangan Larissa kerumahnya.
"Aku mau kamu dengerin penjelasanku."
" Gak ada yang perlu dijelasin. Semua sudah jelas. Sebaiknya kau pergi dari sini. Pintu keluar ada di sebelah sana." Divan melepas paksa tangan Larissa dipergelangan tangannya lalu menunjuk kearah gerbang rumahnya.
"Siapa Divan?" Terdengar teriakan mamanya dari dalam rumah.
"Bukan siapa siapa ma." Divan berbalik teriak untuk bisa di dengar mamanya. "Hanya orang yang gak penting." Dengan sinis Divan melanjutkan perkataannya sambil menatap tajam kearah Larissa yang sedang mengeluarkan air mata buayanya.
Hah! Air mata buaya!
Melihat air mata Larissa tak membuat hati Divan tergugah. Dia malah semakin jijik, dengan tanpa menghiraukan Larissa lagi Divan kembali masuk kedalam rumahnya sambil membanting pintunya keras tepat dihadapan wajah Larissa.
To Bo Continue...
Yahhhh si mantan dateng...
Nyesel mbaak??... Mampus!!
Gimana part ini? Komentar dong gaes.. vote dulu tapi yak...
Lope lipe
Lia
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl of Forest
RandomAldivan Ferano Whibley, seorang CEO dengan segala kemegahan yang dimilikinya serta tampilan fisik yang begitu mampu memikat hati para gadis yang berpapasan dengannya, memimpin sebuah perusahaan besar dengan segala sifat tegas dan profesionalnya itu...