3. Momen bersama Nathan

9 0 0
                                    

"Kau mau makan apa ril?" Tanya Farrel. Kini mereka sudah berada di sebuah restoran yang tak jauh dari toko kue milik Ariel.

"Terserah" Ariel nampaknya masih kesal dengan kakaknya.

"Baiklah" Farrel tau kalau Ariel masih marah jadi dia tidak ingin membuat mood perempuan itu tambah buruk. Ia segera memanggil pelayan lalu memesan makanan. Dan tak lama kemudian pesanan mereka pun datang.

"Wah udang? Kau masih ingat makanan kesukaanku?" Tanya Ariel senang. Seketika masalahnya dengan kakaknya ia lupakan.

"Ya tentu saja. Segala yang berkaitan denganmu tak kan pernah aku lupakan karena kau berharga" Kata Farrel dan itu berhasil membuat pipi Ariel merah. Ingat Ariel kau itu menyukai kak Nathan bukan Farrel.

"Kau lucu sekali kalau sedang blushing" Kata Farrel terkekeh dan Ariel langsung mengerucutkan bibirnya kesal.

"Yasudah makan gih" Suruh Farrel dan langsung di turuti oleh Ariel.

Mungkin aku bisa move on dari kak Nath dengan bantuan Farrel. Ku lihat dia semakin tampan saja, yah aku akan mencoba mencintai Farrel dan melupakan cinta gilaku kepada sang kakak-Ariel

"Ternyata kamu di sini, kakak mencarimu dari tadi" Kata Nathan marah setelah menemukan Ariel tengah berduan dengan Farrel. Oh ayolah kehadiran Nathan di sini mengacaukan momen mereka berdua.

"Kakak kenapa kesini?" Tanya Ariel sinis.

"Ayo pulang" perintah Nathan. Ariel membelalakkan matanya kaget. Apa kakaknya tidak lihat ia sedang makan.

"Kak biarkan Ariel menghabiskan makanannya dulu" pinta Farrel dan langsung mendapatkan tatapan dingin dari Nathan.

"Tidak" Jawab Nathan dingin dan datar. Nyali Farrel langsung menciut saat melihat tatapan dingin itu.

"Kakak, jangan mengaturku" bentak Ariel tak suka. Ia tak suka dengan kakaknya yang selalu mengatur kepada siapa ia harus bergaul.

"Kau berani melawan kakak?" Nyali Ariel langsung menciut setelah di bentak oleh Nathan. Kakaknya kalau marah pasti menyeramkan dan yang bisa Ariel lakukan hanyalah menunduk.

"Ariel pulanglah nanti kita bertemu di lain waktu lagi yah, aku tidak ingin kau di marahi" Bujuk Farrel sambil memegang tangan Ariel. Nathan yang melihat itu langsung menepis kasar tangan Farrel.

"Jangan berani berani menyentuh adikku" Tegasnya. Kenapa Nathan posesif begini kepada adiknya.

"Kakak, ayo pulang" Ariel sudah tak sanggup mendapatkan banyak tatapan dari pengunjung restoran ini. Ia menarik tangan kakaknya untuk segera pergi dari situ. "Sampai jumpa Farrel, makasih makanannya" kata Ariel melambaikan tangannya kepada Farrel lalu segera kembali menarik kakaknya keluar.

Di dalam mobil tidak ada yang berbicara baik Nathan maupu Ariel. Keduanya sibuk sendiri dengan urusannya masing masing. Nathan sibuk menyetir dan Ariel sibuk dengan marahnya.

Tiba tiba mobil Nathan berhenti di sebuah restoran megah. Ariel heran kenapa kakaknya berhenti di sini bukankah tadi ia mengatakan bahwa mereka akan pulang.

"Kenapa berhenti di sini? Bukankah kita mau pulang. Apa kakak lupa arah pulang?" Tanya Ariel masih dengan nada ngambek.

"Kau laparkan, ayo kita makan dulu sebelum pulang" Kata Nathan turun dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk sang adik.

Astaga kak Nath manis skali, aku tidak yakin bisa berpaling darinya-Ariel.

Mereka berdua masuk ke restoran mewah itu lalu menghampiri sebuah meja yang sudah di pesan Nathan. Nathan menarik kursi untuk adiknya duduk. Hari ini sikap Nathan bukan seperti sikap seorang kakak kepada adik tapi seperti sikap seorang pria kepada kekasihnya.

"Maafkan kakak karena menyuruhmu pulang saat kau sedang makan" Nathan meminta maaf sambil memegang tangan adiknya. Hati Ariel berdisko sekarang ini. Jantungnya berpacu dengan cepat seakan ingin meledak.

"Hm di.. Dimaafkan" Ariel gugup mendapati perlakuan manis dari sang kakak. Ia tak bisa marah lama lama kepada sang kakak.

"Kenapa kau gugup hah?" Tanya kakaknya aneh.

"Tidak apa apa" Ariel membuang mukanya ke samping agar kakaknya tidak melihat pipinya yang merah seperti kepiting rebus.

"Kakak yang pilihkan menunya yah?" Tanya Nathan dan di angguki oleh Ariel. Nathan segera memanggil pelayan

Setelah beberapa menit kemudian, makanan mereka pun datang. Tanpa basa basi lagi nereka langsung melahap makanan tersebut.

"Bisa tidak kalo makan tidak usah belepotan sayang" Kata Nathan sambil melap ujung bibir adiknya yang terkena saos menggunakan tissue yang tersedia di meja makan mereka. Ariel diam mematung, jantung berdetak lebih cepat lagi dan itu semua akibat ulah sang kakak.

"Kenapa diam? Lanjutkan makanmu?" Nathan mengembalikan kesadarannya. Ia salah tingkah dan segera melahap makanannya dengan cepat, saking cepatnya ia tersedak. Ariel langsung meraih air minum lalu meneguknya hingga kandas. Oh astaga Ariel mengacaukan makan malamnya bersama sang kakak.

"Makanya kalau makan pelan pelan dek" Komentar Nathan sambil menggelengkan kepalanya melihat kecerobohan sang adik.

"Iya kak" Ariel menjawab sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

....

Sebelum pulang, mereka memutuskan untuk menjenguk ibunya di rumah sakit. Mobil Nathan pun memasuki pekarangan rumah sakit. Setelah mobilnya terparkir sempurna, mereka berdua keluar dan langsung menuju ruang inap sang ibu tercinta.

"Kalian datang?!"  Denada senang dengan kehadiran anak anaknya.

"Bagaimana keadaan ibu?" Tanya Ariel khawatir. Ibunya tersenyum lalu menjawab "Tidak ada peningkatan nak, ibu begini begini saja"

"Jangan khawatir bu, aku yakin ibu pasti sembuh" Kali ini Nathan yang bersuara. Denada merasa beruntung karena mendapatkan dukungan dari keluarga tercinta.

"Ibu berharap sebelum ibu mati, ibu bisa melihat Nathan menikah" senyum Ariel luntur ketika mendengar perkataan ibunya dan juga dadanya sesak.

"Ada apa Ariel?" Tanya Denada ketika melihat raut wajah Ariel. Ia hanya ingin mengetes sang anak dan ternyata dugaannya benar. Ariel memang jatuh hati kepada kakaknya.

"Tidak apa apa" Kata Ariel lalu memaksakan senyumnya.

"Aku berjanji akan menikah secepatnya bu" Kata Nathan lalu memeluk sang ibu.

Deg

Dada Ariel semakin sakit, tenggorokannya seperti di cekik dan ia membutuhkan oksigem sekarang juga. Namun, ia harus bersikap normal, ia mengatur nafasnya kemudian tersenyum.

"Ibu senang mempunyai kalian berdua nak" Satu tetes air mata Denada jatuh. Air mata ini adalah air mata haru.

"Kami lebih senang dan kami anak paling beruntung kareba bisa di lahirkan oleh ibu" Kata Nathan sambil menghapus air mata sang ibu.

"Itu benar bu, ibu harus kuat demi kami yah?" Ariel ingin menangis tapi air mata itu tak boleh ia tunjukan. Ia harus terlihat kuat demi ibunya.

"Akan ibu coba. Tapi, jika ibu tidak sanggup lagi kalian mau kan memaafkan ibu?" Tanya Denada. Kedua anaknya terdiam. Mengapa ibu mereka mengatakan hal seperti itu? Apa ibu mereka sudah tak sanggup lagi?

"Kenapa diam? Jawab dong" tanya Denada karena tak mendapat jawaban dari sang anak.

"Iya kami maafkan" Jawab Nathan dan Ariel bersamaan. Mereka kemudian memeluk ibunya dengan erat seakan akan jika pelukan itu lepas maka sang ibu akan pergi meninggalkan mereka berdua di dunia yang kejam ini.

...

Next kawan kawan.
Vote n coment jangan lupa...

My last loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang