5. Ibu

7 0 0
                                    

Permintaan Denada memang aneh dan gila. Tapi itu semua demi anak anaknya. Ia percaya bahwa Ariel bisa menjaga Nathan dengan baik. Saat ini, Nathan sedang mencari penghulu untuk pernikahannya sekarang juga. Sedangkan Ariel menjelaskan kejadian tadi kepada Farrel, sang sahabat. Sebenarnya ada rasa kecewa di hati Farrel. Yah seperti yang kalian duga ia memang mencintai sahabatnya itu sejak pertama bertemu. Namun sayangnya, cinta Farrel bertepuk sebelah tangan. Dan percayalah cinta seperti itu sungguh menyakitkan namun, di situlah cinta mu di buktikan. Apakah kau memang mencintainya atau hanya obsesi belaka. Jika kau memang mencintainya kau pasti akan membiarkannya bahagia dengan pilihannya.

"Kau!" Nathan tiba tiba datang lalu menunjuk Farrel. Farrel yang di tatap tajam oleh Nathan langsung berdiri bingung.

"Kau jadi saksi pernikahanku" Kata Nathan lalu masuk kedalam ruangan ibunya di susul sang penghulu, Niken dan pengacaranya.

"Hey bahkan aku menjawab iya" protes Farrel tak terima, memang Nathan kira dirinya siapa.

"Sudahlah ayo" kata Ariel lalu masuk dan meninggalkan Farrel sendirian.

"Andai kau tau bahwa aku mencintaimu Ariel"  Farrel menghembuskan nafasnya frustasi. Ia tidak bisa berbuat apa apa. Takdirnya bukan bersama Ariel. Farrel kemudian membuka pintu lalu bergabung dengan mereka yang ada di dalam.

"Baiklah bisa kita mulai pernikahannya?" Tanya Sang penghulu. Kedua pengantin mengangguk mengiyakan permintaan penghulu.

Ini adalah pernikahan dadakan, pernikahan yang tak akan pernah bisa mereka bayangkan bahkan dalam mimpi sekalipun. Menikah tanpa adanya cinta dari sang mempelai pria, menikah tanpa adanya baju pernikahan yang mahal, menikah tanpa adanya gedung yang mewah, menikah tanpa adanya pesta yang ramai, menikah tanpa adanya para undangan. Ini adalah pernikahan aneh dan tak terduga.

"Jabat tangan saya" Kata penghulu lalu di turuti oleh Nathan. "Saya nikahkan dan kawinkan Nathan Reynald bin Samuel Reynald dengan Ariellina Reynald binti Samuel Reynald dengan mas kawin di bayar tunai"

"Saya terima nikah dan kawinnya Ariellina binti samuel Reynald dengan mas kawin di bayar tunai" Nathan lancar mengatakan ijab kabul tersebut.

"Bagaimana saksi? Sah?" Tanya penghulu dan di jawab kata "sah" oleh Farrel.

"Alhamdulillah, kalian berdua sudah suami istri. Selamat nak" Kata penghulu. Denada tersenyum melihat harapannya terwujud. Sekarang ia bisa menutup matanya dengan tenang.

"Ibu... Ibu tidak apa apa?" Tanya Ariel saat melihat ibunya sesak nafas. "Jaga Nathan yah nak" satu tarikan nafas terakhir dari Denada.

"Ibu.. Ibuu.. Dokter.. Dokterr.. Tolong ibuku" Teriak Nathan panik saat melihat ibunya menutup kedua matanya. Dokter datang dengan terburu buru lalu memeriksa denyut nadi Denada.

"Beliau sudah meninggal, suster catat. meninggal tanggal 9 juli 2019, pukul 12.43 penyebab kanker otak" kata dokter dan itu membuat semua orang di dalam ruangan tersebut terpukul terutama Nathan dan Ariel.

"Ibu!!" Nathan memanggil-manggil ibunya sambil mengguncang tubuh tanpa jiwa itu.

"Ibu bangun ibu, bangun.. Jangan tinggalkan kami" Kata Ariel sambil menangis lalu memeluk mayat ibunya.

"Ibuuu" Teriak Nathan sambil memeluk mayat ibunyan juga.

"Sabar Nath, iklaskan ibumu" Kata Niken menenangkan Nathan. "Niken ibu meninggalkanku" kata Nathan dengan Air mata.

"Sabar Nath" kata niken lagi sambil menepuk punggung Nathan. Ia juga mengeluarkan air matanya tanda ia terpukul dengan kepergian Denada.

Jenazah Denada kini sudah di makamkan. Banyak pelayat yang datang mengantarkan kepergiannya. Namun kini semua sudah pulang dan hanya tersisa Nathan dan Ariel di makam sang ibu.

"Ibu kenapa meninggalkanku?" Tanya Nathan dan pertanyaannya itu sudah pasti tak akan pernah di jawab oleh sang ibu.

"Ibu" Lirih Ariel sambil meremas tanah gundukan di depannya. "Aku ingin membenci ibu tapi aku tidak bisa bu" Ariel memeluk nisan itu sambil menangis.

"Ayo pulang dek, jangan terlalu meratapi ibu" kata Nathan lalu menarik lembut tangan sang adik ralat sang istri untuk segera pulang.

Di perjalanan, mereka sama sama tidak ada yang bersuara, mereka masih meratapi kepergian ibunya. Mata mereka juga sudah tak normal, bengkaknya terlalu menonjol dan warna hitam di bawah mata kentara banget. Mereka sudah mirip dengan po, animasi panda dalam film kungfu panda. Wacauuu..

"Ibu..." Ariel kembali menangis sambil histeris. Nathan yang mendengar adiknya menangis segera memeluk Ariel berusaha menenangkan wanita yang telah menjadi istrinya beberapa jam yang lalu.

"Berhenti menangis dek, biarkan ibu tenang" Kata Nathan berusaha tegar tapi jauh di hatinya ia lebih terpukul dari pada Ariel. Sedangkan Ariel, ia menghiraukan perkataan Nathan. Ia tdk bisa tegar seperti sang kakak, ia hanya manusia lemah yang cengeng.

Setelah tiba di rumah, Nathan langsung menuju ke kamarnya sedangkan Ariel menuju ke kamar sang ibu. Ia masih belum rela dengan kepergian ibunya, bukan berarti Nathan sudah rela. Nathan sama dengan Ariel, sama sama belum bisa merelakan sang ibu.

Nathan di kamarnya terlihat merebahkan tubuhnya di kasur king size miliknya. Ia sungguh kelelahan dengan semua yang di hadapinya hari ini. Ia masih tak percaya jika sang adik yang di cintainya selama ini telah menjadi istrinya.

"Tidak, aku tidak mencintainya. Dia adikku walaupun bukan kandung tapi aku sudah menganggapnya seperti adik kandung. Ini tidak benar. Pikiranku menolak ini semua. Ini salah" Kata Nathan memegang kepalanya yang sakit. Ia bingung harus bagaimana.

"Ahh kenapa Ariel bisa mencintaiku? Aku kakaknya, apa dia sakit?" Tanya Nathan kepada dirinya sendiri. Ia nampak frustasi.

"Ya aku tidak akan pernah bisa memandangnya sebagai istri, aku hanya bisa menganggapnya adik karena memang itulah kebenarannya. Maafkan aku adikku, kakak tidak bisa membalas cintamu" Kata Nathan lalu meremas rambutnya. Ia tak pernah berpikir bahwa akan membuat adiknya terluka karena dirinya sendiri. Selama ini dia membatasi pergaulan Ariel dengan lelaki manapun untuk menghindari rasa luka, tapi kini rasa luka itu akan di rasakan Ariel dan lebih parahnya lagi Nathanlah penyebabnya.

Di tempat lain, di kamar sang ibu, Ariel masih menangis sambil memandang foto ibunya yang tersenyum sangat manis. "Kenapa ibu melakukan itu semua?" Tanya Ariel kepada Angin. "Ibu aku takut, aku takut, aku takut pernikahan ini tidak akan berakhir bahagia. Aku takut kak Nathan nantinya tidak akan pernah mencintaiku, aku takut jika nanti aku dan kak Nathan terluka akibat pernikahan ini. Apa yang harus aku lakukan bu?" gumam Ariel sambil meneteskan air matanya.

....

My last loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang