Keesokan harinya setelah Angel mulai terbiasa dengan barang - barang di sekeliling. Angel terbangun cukup siang hari ini, mengingat tempat tidur yang sangat nyaman dan empuk yang disediakan di kamarnya. Angel keluar dari kamarnya menuju meja makan, Mama Divan pernah mengatakan kepada Angel kemaren sewaktu makan malam.
"Kalau kamu lapar dan ingin makan, pergilah ke meja makan dan kau akan melihat banyak makanan disana."
Jadi Angel memutuskan untuk berjalan ke meja makan tempat dimana Ia makan kemarin. Dan benar saja, diatas meja makan sudah tampak berbagai menu makanan yang terlihat begitu lezat. Menu kali ini berbeda dengan menu saat dia makan malam kemaren. Angel berjalan menghampiri kursi dan menariknya kebelakang untuk dia duduki.
"Angel sudah bangun yah. Ini semua Mama yang masak. Cobain deh Njel." Tiba - tiba dari arah dapur datanglah Mama Divan dengan apron dan celemek yang menghiasi badan dan kepalanya sambil membawa makanan terakhir yang akan disajikan.
"Mama memasak? Angel juga sering memasak untuk nenek. Tapi karena di hutan tidak ada daging, Angel selalu masak sayur. Karena semua hewan di hutan sana adalah teman Angel. Angel tidak mau menyakiti mereka." Angel menceritakan kisahnya selama di hutan, sedangkan Mama Divan mendengarkan ceritanya dengan penuh perhatian sambil melepas apron dan celemeknya.
"Kalau begitu, Angel pasti bisa memasak kan? Bagaimana kalau setelah makan siang ini kita bikin kue." Mama Divan mengusulkan sesuatu yang akan bisa dipelajari oleh Angel.
"Kue? Apa itu?" Merasa asing dengan suatu kata, disitulah Angel akan bertanya.
"Makanan yang enak sekali. Mama yakin, Angel pasti suka."
"Benarkah? Mau mau." Angel dengan begitu semangatnya mengiyakan usulan Mama Divan.
"Yaudah mari kita makan dulu. Setelah itu baru kita makan kue." Angel mengangguk dengan antusias menanggapi perintah Mama Divan. Lalu mulai memakan makanan yang ada dihadapannya diikuti Mama Divan yang melakukan hal yang sama.
"Divan kemana Ma?" Angel bertanya kepada Mama Divan disela - sela melahap makanannya.
"Dia sudah berangkat ke kantor."
"Kantor?"
"Tempat bekerja." Mama Divan menjelaskan dengan sedikit singkat. Karena dia ingat Angel sudah mengetahui dimana letak orang - orang bekerja. Sehingga tak sulit untuk menjelaskannya.
"Ah itu namanya kantor." Angel benar - benar membayangkan semua gedung tinggi yang dilihatnya kemaren adalah kantor. Padahal ada gedung yang namanya apartemen atau hotel. Dasar Angel, masih noob.
Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menghabiskan semua menu makanan yang ada di atas meja makan. Setelah itu Angel membantu membereskan semua piring - piring bekas pakai yang ada diatas meja untuk dibawanya ke tempat cucian.
"Ini apa ma? Bentuknya seperti belalai gajah." Angel bertanya sambil mengelus - ngelus keran yang ada di tempat cuci piring.
"Itu sama seperti shower yang ada di kamar mandimu. Jika kamu putar ini, akan keluar air dari dalamnya." Mama Divan menjelaskan sambil mempraktekkan dengan cara memutar keran. Diikuti dengan suara derasnya air yang keluar dari dalam keran mengenai piring - piring kotor dibawahnya.
"Ah seperti itu." Angel mulai membersihkan piring - piring kotor dengan air yang mengalir.
"Jangan lupa pake sabunnya Angel." Mendengar apa yang dikatakan Mama Divan, Angel menutup keran cuci piring dan bersiap untuk pergi ke kamarnya mengambil sabun mandinya.
"Mau kemana Angel?" Mama Divan mencegah Angel untuk melanjutkan langkahnya.
"Mengambil sabun di kamar mandi Angel." Dengan polosnya Angel menjawab pertanyaan Mama Divan.
Aduuhhh..
Mama Divan mengeluh untuk kesekian kalinya atas semua yang telah dilakukan Angel selama disampingnya.
"Tidak Angel. Sabun yang digunakan untuk mencuci piring berbeda dengan sabun yang digunakan untuk mandi. Sini Mama kasih tunjuk." Mama Divan menarik tangan Angel untuk mengikutinya mengambil sabun yang ada tepat disamping keran cuci piring. Lalu dengan telatennya mengajari Angel cara mencuci piring dengan sabun.
"Seperti itu. Bisa kan?" Setelah mengajari Angel, Mama Divan kembali kedalam kesibukannya yang sedang menyiapkan bahan - bahan untuk membuat kue.
#####
Divan terlihat sibuk dengan berkas - berkas yang menumpuk diatas meja kerjanya, sampai seketika ketukan pintu mengintrupsinya.
"Masuk..." Divan mempersilahkan seseorang yang mengetuk pintunya untuk masuk tanpa melihat kearah orang tersebut. Sudah dapat ditebak, pastilah sekretarisnya yang akan membacakan jadwalnya hari ini.
"Permisi pak. Hari ini Anda ada jadwal meeting dengan client di Chocolate's Cafe and Bakery. Dan ini berkas yang memerlukan tanda tangan bapak." Nadia membacakan jadwal Divan dengan nada yang dibuat - buat sambil menyerahkan berkas ditangannya diatas meja Divan.
"Baik, kamu boleh pergi. Setelah ini kita akan menuju kesana." Tanpa menghiraukan sikap Nadia yang ingin menggodanya, Divan segera mengusirnya. Bukannya tergoda, Divan malah semakin jijik dengan sekretarisnya itu.
#####
"Ma, ini benda apa?" Angel kembali bertanya di sela - sela mereka membuat kue sambil menunjuk kearah oven.
"Itu namanya oven. Untuk memanggang kue kita nanti. Sudah jangan tanya terus, bantuin mama buat adonan." Angel mengangguk paham dan kembali menyibukkan diri dengan tepung - tepung dan adonan di hadapannya. Sesekali mereka bercanda dengan menoelkan adonan ke pipi masing - masing. Terlihat sangat dekat dan bahagia.
Sementara itu, Divan yang telah sampai di tempat meeting terlihat serius menanggapi pernyataan client nya sambil sesekali memberikan komentarnya. Sampai tiba - tiba matanya menangkap sosok yang dikenalnya, Larissa. Sedang menikmati secangkir cokelat panas dengan seorang pria yang sama dengan pria yang dipergoki Divan sewaktu memutuskan Larissa.
"Kemarin aja nangis - nangis minta balikan. Tetapi nyatanya dia masih berhubungan dengan lelaki itu. Dasar muka dua."
Divan menggerutu didalam hatinya melihat kemesraan Larissa dengan pacar barunya. Dia merasa bersyukur karena dijauhkan dengan gadis brengsek seperti dia. Apa jadinya jika dia masih berhubungan dengan Larissa? Pasti saat ini Divan akan mendapat rengekan Larissa yang ingin meminta barang limited edition yang dilihatnya.
"Bagaimana pak?" Ucapan clientnya membuat Divan mengalihkan tatapannya dari Larissa dan pacar barunya untuk kembali melanjutkan pembicaraan dengan clientnya tersebut.
####
"Akhirnya selesai juga. Divan pasti suka dengan kue buatan kita!" Mama Divan berseru saat kue buatan mereka telah jadi. Bahkan Angel juga merasa senang melihat bentuk kue yang ada di depannya. Kue pertama yang ia lihat, sangat cantik.
"Kita tinggal menunggu Divan pulang."
Angel mengangguk.
To Be Continue...
Gimana part ini? Komentar dong
Votenya juga....
Lia
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl of Forest
RandomAldivan Ferano Whibley, seorang CEO dengan segala kemegahan yang dimilikinya serta tampilan fisik yang begitu mampu memikat hati para gadis yang berpapasan dengannya, memimpin sebuah perusahaan besar dengan segala sifat tegas dan profesionalnya itu...