Annyeonghaseyo!!
HAPPY READING!!!
Big fav
-Lunel-
***
Gadis dengan rambut coklat sebahu itu bersenandung sambil memejamkan mata di taman belakang sekolah. Buku tebal di tangannya dia biarkan terbuka tertiup hembusan angin yang membuat rambutnya ikut berkibar layaknya bendera.
"But I know, Yeongwonhi geureol suneun eopsneun geol, sumeoyaman haneun geol,chuhan nanikka..."
"Aira-ya!"
Gadis itu menoleh, dia melepaskan earphone yang tergantung di telinganya sejak satu jam yang lalu. Semua orang tau, Aira selalu melakukan itu hampir setiap hari, dan tidak ada yang melarangnya. Karena semua orang sudah mengerti, musik itu hidup Aira.
Gadis bertubuh gempal itu menghampiri Aira yang tersenyum manis, sangat lembut. Aira itu layaknya bunga kapas, lembut, halus, dan penuh kasih sayang. Tidak ada yang pernah menyangkalnya. Park Youra duduk di samping sahabatnya itu, gadis itu mengulum permen yang sudah seperti narkoba baginya, candu.
"Aku tidak pernah tau kenapa kau terlalu menyukai musik Aira, tapi kurasa jika kau terlalu sering menggunakan alat kecil itu pendenggaranmu akan bermasalah suatu saat nanti." Katanya dengan intonasi pelan. Dia tidak ingin Aira tersinggung, namun Youra juga mekhawatirkan kondisi sahabatnya itu.
Aira tersenyum tipis, "Musik itu siklus untuk ku Youra, irama itu bagaikan langkah, nada sebagai pijakan, dan lagu sebagai tujuan," balasnya. Gadis itu melirik Youra yang menatapnya jengah, selalu itu jawaban Aira meski disampaikan dengan alasan yang berbeda. Aira selalu punya caranya sendiri dalam bertahan, dan selama ini...musik selalu menjadi alasanya bertahan.
Kim Aira. Tidak begitu tinggi, namun tergabung di band sekolah sebagai vokalis. Aira selalu berusaha menjadi bagian di mana musik disampaikan, di mana musik diterima, dan di mana musik dapat dinikmati. Banyak yang mengaguminya, apalagi membawa marga Kim membuatnya disegani seluruh warga sekolah. Namun, sampai hari ini atau mungkin saat ini Aira tidak pernah terkukung dalam hal percintaan.
***
"Siapkan semuanya, aku tidak ingin ada yang terlewat. Kau tau reputasi perusahaanku akan tercoret jika kau membuat kesalahan sedikit saja" perintah itu diinstruksikan oleh pimpinan besar Jeon company, dikenal dengan sifat tegasnya yang terkadang membuat para bawahannya tertekan, bagi Kang Jae reputasi dan kekuasaan yang lebih utama.
Hari ini merupakan pertemuan kolega bisnis yang selalu diadakan 2 tahun sekali oleh Jeon company, semua perusahaan di korea tanpa susah payah ditawari dengan senang hati menempatkan dirinya sebagai bagian Jeon company. Hampir terkenal ke seluruh penjuru korea membuat Jeon Jae benar-benar membutuhkan pewaris yang tepat untuk perusahaannya.
"Jeon Sihyuk, aku butuh Jeon JungKook sekarang." perintahnya sambil memandang pantulannya di cermin. Jae mengambil arloji hitam yang di sodorkan oleh asistennya yang berada di samping kanannya. Hampir setiap keturunan Jeon memiliki asisten dan pengawal pribadi, mungkin semuanya kecuali Jeon JungKook. Susah sekali mengatur anak itu, bahkan sikap tegas Jae pun kadang tak pernah digubris.
Ayah JungKook-Jeon Sihyuk, membungkuk hormat di depan Ibu mertuanya. Lelaki kepala empat itu mencoba mencari alasan yang tepat, karena dia pun tidak tau keberadaan JungKook sekarang. Intrupsi dari Jae kembali membuat otaknya berputar, jika Jae tau JungKook tidak ada di rumah saat ada pertemuan kolega, mungkin...hal buruk akan terjadi.
"Aku akan mencarinya, aku rasa dia masih di sekitar sini." Katanya mencoba berteman dengan suasana. Jae mengangguk tegas, "Pertemuan 30 menit lagi, aku harap JungKook tidak membuat ulah seperti biasanya. Anak itu...ah, kapan membuatku tenang." Gerutu Jae sambil berlalu dari hadapan Sihyuk. Lelaki itu membungkuk sekali ketika Jae melewatinya. Dia juga berharap, JungKook tidak membuat masalah apapun hari ini.
Sihyuk merogoh saku celananya, dan mengeluarkan ponsel dari sana. "Byun, cari JungKook sekarang juga dan bawa dia pulang sebelum 30 menit atau kau yang akan habis" perintahnya tegas. Suara dari seberang menyahut, "baik tuan", kemudian sambungan telepon terputus. Tidak perlu repot-repot mencari JungKook, karena keluarga Jeon selalu punya caranya sendiri dalam menuntaskan masalah.
Bahkan, jangan tanya berapa banyak utusan yang disebar ke penjuru Korea hanya untuk kepentingan perusahaan. Atau mungkin, jangan lupakan pewaris tunggal mereka-Jeon JungKook yang sering menghilang entah kemana. Tidak ada masalah, semua dapat diatasi dalam sekali jetikan jari.
Seperti sekarang contohnya, "Appa?" . Kang Sihyuk memutar tubuhnya ke belakang, tampak lelaki tampan lengkap dengan jas hitam dan dasi yang sepadan, paduan yang sempurna. Sihyuk tersenyum, lelaki itu memasukkan ponselnya ke saku celana dan kembali ke posisi awal. "pergilah," katanya.
Gelengan itu merupakan penolakan klise yang selalu dia temui, Sihyuk angkat suara, repot kalo sudah seperti ini. "Ahjumma! Sekali lagi aku mendengar anakmu memanggil ku ayah, ku pecat kau tanpa pesangon!" Gertaknya pada wanita tua yang berdiri sambil menunduk di ambang pintu. Sihyuk heran, kenapa keluarganya tetap membiarkan pembantu yang sudah memiliki anak dapat tetap bekerja, merepotkan.
Lelaki itu kembali menghadap cermin, dan mengamati pantulan dirinya. "Cukup sempurna," katanya. Dan satu lagi, tidak semudah itu menemukan Jeon JungKook. Bahkan, jika seluruh pengawal Kang dikerahkan ke gang sempit sekalipun. JungKook selalu punya caranya sembunyi layaknya keluarganya yang selalu mempunyai cara yang sama dengan taktik yang selalu berbeda.
***
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YA!!!
SEBAY...
SALAM TERPANAS DARI ISTRI SATU SATUNYA MR.JEON :*
YOU ARE READING
Could I?
FanficJungKook berdiri dari duduknya, meninggalkan niatnya yang akan menemani gadis itu seharian penuh. Melepaskan genggamannya perlahan, tak ingin membuat tidur gadisnya terusik. "Maaf, Aku harus menemui calon tunanganku sekarang. Aku tak bisa menolak Ay...