"MERE!!!" Atsushi terkejut pagi itu. Setelah menuruni tangga kayu yang sudah mulai rapuh. Ia melihat orang yang tak asing baginya sedang meletakkan koper perlahan-lahan di lantai harmonis toko. "A-atsushi...." wanita muda dengan rambut bob pendek itu memandang Atsushi penuh kasih sayang. Siapakah dia? Apakah hubungan mereka?
Ketika hendak berlari dengan tujuan memeluk sang wanita, ke-8 anak kecil yang rata-rata berumur 4-7 tahun menyergap Atsushi bersama-sama. Mereka menangis dan berteriak memanggil nama Atsushi, membuatnya terpancing suasana haru.
"Duduklah Louisa, aku akan membuatkanmu minuman untukmu dan anak-anak. Beristirahatlah dulu." itulah namanya. Wanita berumur 19 tahun dimana seharusnya dipanggil 'gadis' ini adalah pengurus anak-anak yatim yang merawat Atsushi dari kecil. Selain penerus panti asuhan di desa, Louisa juga seorang guru. Dia mengajari anak-anak panti asuhannya dan anak-anak luar lainnya.
"Mere, aku tak menyangka kau benar-benar akan sampai di kota bersama anak-anak. " ucap Atsushi, dengan tujuan lain sedikit mengejek. "Sudah kuingatkam berapa kali, jangan panggil aku mere! A-aku masih gadis tau... K-kita kan hanya beda 2 tahun." diawal sedikit keras, namun diakhir nadanya melembut.
"Hahaha, maafkan aku. Hey anak-anak, bagaimana kabar kalian?" Tanya Atsushi. "Atsushi, hiks! Kenapa lama sekali di kota!" tanya salah satu anak laki-laki bernama Yuma.
"Eh? Haha, aku kan harus belajar." balas Atsushi. " Kenapa belum selesai? Katamu kau berjanji mau pulang setelahnya." lanjut anak perempuan bernama Saku yang semakin deras dalam tangisannya.
"Aku kan bilang mau kembali 2 tahun setelahnya. Ini belum ada setengah tahun lho." jawab Atsushi memasang senyuman keraguan. "Janji ya, pulang setelah ini." gadis kecil satu ini adalah yang paling muda. Nue, namanya. Atsushi paling menyukai anak ini karena dia imut.
"Hm! Tentu. Kalian bisa bersamaku disini--" Atsushi terhenti ketika Louisa menyela. "Kami tidak bisa lama-lama."
"K-kenapa begitu?!" tanya Atsushi berdiri dan berjalan di kursi dekat ibunya tersebut. "Ada 2 kabar baik dan kabar buruk yang kami bawa. Pertama, kita kembali karena kabar baik yang Oncle berikan. Perkebunan besar di desa diserahkan kepadaku. Jadi kami kembali untuk merawatnya. Sebagaimana kami tidak akan susah lagi dalam mencari makanan." tegas Louisa."Wah! Perkebunan buah yang besar itu?! Oncle Francis sangat baik!" Senyum lepas Atsushi.
"Namun kabar buruknya... Kau tahu panti asuhan yang telah menelantarkanmu?" tanya Louisa. "Y-ya! Kenapa?!"
"Mereka memintamu kembali, setelah kau naik kelas ini." seketika keadaan hening. Louisa meneteskan air matanya deras, tak sanggup melanjutkan ceritanya.
***
"Tidak! Aku tidak mau!!" teriak Akutagawa kepada ayahnya, menolak keputusan ayahnya yang tiba-tiba mengejutkan. "Kenapa?"
"Kubilang aku tidak mau! Jika aku pergi belajar keluar negri, entah bagaimama cara aku bisa menghubungi Jinko!" batin Akutagawa cemas. "Apa alasannya?" Yukichi menambah perdebatan ini semakin sulit.
"Ayah... Aku bisa keluar negri sendiri." Gin menyela dari jauh. Tujuan Akutatawa disekolahkan diluar negri adalah belajar sambil menjaga adiknya di sekolah khusus. "Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu sendiri di negara tetangga." Yukichi melawan.
Akutagawa segera menutup telinga kemudian berjalan cepat menuju pintu keluar. "Apa karena dia?" Yukichi menghalangi dengan pertanyaan. Akutagawa berhenti, terdiam sejenak.
"Apa karena remaja silver itu kau tidak mau kuliah diluar negri?""Kenapa? Tidak boleh?! Jangan seenaknya mengaturku lagi--"
"Aku akan bicara dengannya." Akutagawa tersentak kemudian berbalik. " JANGAN!!" teriaknya mengejutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BURIED (Funfiction Bungou Stray Dogs ) [hiatus]
De TodoApa Atsushi bisa kembali kemasa ia masih segala polos? Rasa yang ia rasakan sekarang membuatnya tersiksa, sepertinya. Tak semudah itu ia bisa kembali. Mungkin takdir mengikat hatinya untuk menetap dirasa ini sekarang. Apa perasaan ini menggangunya...