Bramanto membanting pintu mobilnya dan berjalan dengan langkah lebar menuju rumah. Waktu menunjukkan pukul 1 malam. Setelah lembur semalaman, Bramanto akhirnya pulang ke rumah dengan tergesa-gesa. Ia naik ke tangga menuju lantai dua, kemudian menggetok-getok pintu kamar Fathir kuat-kuat. Karena tak kunjung mendapat sahutan, Bramanto akhirnya membuka pintu dan mendapati kamar gelap dan kosong.
Bagus! Sekarang setelah membuat keributan, kedua anaknya tidak pulang ke rumah. Sial! Ingin rasanya Bramanto mengumpat dan memaki-maki diri sendiri.
Bramanto turun lagi ke lantai bawah, lalu masuk ke dalam kamar dan menyalakan lampu.
Wanda yang sudah tertidur, langsung membuka mata dan mendapati suaminya tengah duduk di tepi kasur dengan tampang gelisah. Laki-laki itu meremas kepalanya kuat-kuat.
Wanda bangun dari tidurnya, kemudian mendekat sembari memijat bahu Bramanto lembut.
"Ada masalah apa di kantor? Kamu kok pulang-pulang, langsung cemas gini? Ada apa, Mas?"
"Ini bukan masalah kantor. Ini masalah Logan dan Fathir!" Bramanto meremas rambutnya frustrasi.
"Shh, gak boleh emosi." Wanda berujar halus, sembari mengelus-elus belakang Bramanto untuk meredahkan amarah suaminya. Bramanto tidak biasanya berprilaku seperti itu, tapi kalau sudah begini, pasti tengah terjadi sesuatu. "Memangnya ada apa? Apa yang dilakukan Fathir dan Logan? Mereka berkelahi lagi di sekolah?"
Bramanto menggeleng, "Ini lebih parah dari itu." Jawabnya.
"Tadi, ketika aku sedang rapat dengan petinggi-petinggi perusahaan lain, Fattah tiba-tiba saja memberiku informasi, dia bilang Kepala Sekolah Kerta Jaya menelpon, dan meminta pertanggungjawaban Fathir karena telah menghajar empat siswa di sana."
"Apa?" Wanda membelalak dengan kedua alis menyatu. "Kenapa dia sampai melakukan itu?"
"Aku juga tidak mengerti apa yang Fathir pikirkan. Berani sekali dia membuat keributan di sekolah lain. Terlebih lagi sekolah itu milik Sanjaya. Sialan!"
"Huss, udah-udah. Kamu gak boleh ngomong kasar. Pasti ada alasan. Coba nanti kamu tanya baik-baik."
"Nomornya tidak aktiv. Dan hari ini dia tidak pulang ke rumah." Jawab Baramanto.
Tadi saat makan malam, Wanda juga menunggu kedatangan Fathir dan Logan. Biasanya kedua anaknya itu akan menyempatkan makan bersama kalau sedang tidak ada kegiatan di luar. Tapi sudah lama menunggu, Logan dan Fathir tak kunjung pulang. Terlebih Logan, anaknya itu tidak pulang dari kemarin.
"Lalu ada masalah apa dengan Logan? Dia tidak pulang dari kemarin." Tanya Wanda mulai cemas.
Bramanto terdiam sesaat, mentralkan detak jantungnya yang memburu.
"Anak itu lebih gila." Jawab Bramanto lagi-lagi dengan emosi yang mulai tersulut. "Kamu tau? Dia membawa seorang wanita di rumah kalian yang dulu. Kemudian hanya tinggal berdua di sana!"
Untuk kedua kalinya mata Wanda membelalak. Tangan kanannya terangkat untuk menutupi mulutnya yang spontan terbuka.
"Kamu serius, Mas?!" Tanya Wanda masih tidak menyangka. "Ya Tuhaaan... Apa yang sudah Logan lakukan? Kenapa dia melakukan itu?"
"Aku sudah menyuruhnya datang ke kantor, dan meminta untuk mengembalikan perempuan itu, kepada orang tuanya. Tapi Logan tetap keras kepala tidak mau mendengarkan. Dia bilang perempuan itu hampir diperkosa dan orang tuanya menjodohkannya dengan cowok lain."
"Jadi gara-gara itu, Logan menahannya di rumah sana? Tapi kenapa Logan tidak memberitahuku? Astaga! Ini hanya akan menambah masalah."
Wanda sebagai orang tua perempuan mulai gelisah, tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Logan kalau masalah ini tidak segera diselesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
Teen Fiction15+ (END) ✔ (SPIN OFF BAD & GOOD) Bisa dibaca terpisah. Tapi lebih disarankan untuk baca BAD & GOOD lebih dulu. Biar ngerti alurnya. GILAA!! Gatau mau ngomong aplagi soal crita ini. Critanya tu bagus banged (pake d). Alurnya ga ketebak aseli. Pengga...