Aku menggennggam keramik itu, melihatnya dengan perasaan antara yakin dan takut. Tanganku bergetar tak kusangka akan melakukan ini, dengan hati yang seakan menyuruhku untuk tidak melakukannya, dengan hati yang ragu ku menarik baju ku keatas, telingaku berdenyut mendengar suara kain baju yang terlepas, rasanya tidak mau melakukan ini.
Aku memegang perutku jariku bergetar, keyakinanku untuk melakukan ini seakan tidak bisa menerima ini. Aku mencubit perutku dan pelan pelan mengiris perutku. Rasa sakit luar biasa kurasakan, perih dari perut mengalir kedada, dari dada rasa sesak mulai terasa, kuteteskan air mata sambil mengiris tiap bagian dari perutku, setiap kesalahan yang kuperbuat serasa kubayar dengan 1 tetes darah ini dan 1 mm dari potongan perutku, ku berteriak sekencangnya, suaraku bergema disetiap ruangan, leherku bergetar, pembuluh darahku kaku, otakku tak dapat menerima informasi apapun lagi.
Aku berhasil memotong perutku dan menaruhnya ditimbangan itu. Timbangan itu terisi dan tiba tiba TV meledak, aku kaget dan jantungku terpompa kencangendengar itu, disitu ada sebuah kotak aku yang menahan sakit berjalan kekotak itu dengan darah yang perlahan menetes dan menguras tenaga. Aku mengambil kotak itu dikotak itu ada pistol dengan satu peluru dan kertas bertuliskan"selamat kau berhasil bermain hingga saat ini. Namun saatnya permainan terakhir, saat ini kunci itu sangat dekat denganmu kunci itu ada disalah satu pipa disekelilingmu namun didalam pipa itu ada brankas yang didalamnya ada kunci kebebasanmu dan kode brankas itu ada didalam pikiranmu saat hatimu membusuk. Ingat waktumu sisa sedikit". Aku mulai berteriak menahan rasa sakit diperutku aku mulai mencari dimana pipa yang benar sambil meneteskan air mata disertai darah, aku mengetuk satu satu pipa dan aku mendengar pipa yang padat dan solid seperti ruang yg ada dalam pipa betul betul kecil dan sedikit. Aku menembak pipa itu dan benar saja ada brankas didalamnya. Di brankas itu tertulis "rambut dan kepala merupakan suatu hal yang sangat berharga tapi apakah kamu rela berkorban sedikit demi kehidupan yang lebih besar?". Aku mulai bingung dan melihat jam yang ada didepan pintu yang menunjukkan pukul 06:15 AM. Perasaanku tercampur aduk antara sedih, takut, marah, gelisah, dan ditambah rasa sakit.
Aku menggaruk belakang kepalaku dan tanpa sadar aku merasakan seperti ada luka dibelakang kepala berbentuk seperti angka aku pun langsung mengambil potongan keramik itu lagi tanpa pikir panjang dan mulai mengiris belakang kepalaku dengan hati hati, mengiris mulai dari ujung kulit darah perlahan menetes, air mata tak bisa ditahan olehku. Aku mengambil kulit kepalaku itu dan melihat angka yang tertulis, aku kemudian memasukkan kode itu dibrankas dan benar brankas itu terbuka dan disitu ada kunci dan keluar gas yg membuat jantung dan paru paru seperti sesak. Aku tanpa mempedulikan itu langsung melepaskan kuncinya dan keluar sebelum keluar aku melihat jam yang menunjukkan waktu 06:35 aku berlari keluar dari ruangan tanpa berpikir apapun. Aku terus berlari penglihatanku mulai buram, nafasku mulai habis. Aku mulai sesak berlari dari lorong kelorong dan belum menemukan jalan keluar aku yang putus asa duduk disebuah lorong dengan sebuah pipa rusak yang runcing. Aku dengan berat hati tak mampu menahan ini semua, keputus asaan akan kematian sudah ada dalam pikiranku, tanpa pikir panjang aku mendorong diri ke pipa itu dan ada sebuah tangan yang menarikku.
*******************************
Baca terus cerita ini untuk mengetahui nasib si karakter utama! What Happened to Him?
Never waste your time. Continue reading the next part to find out the fate of the main character.
I hope you enjoy it.
Don't forget to follow me for the next story, vote as much as possible, share as much as possible, and give criticism in the comments column.
Instagram Author: @adepramoedya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho: Chapter One [END]
Mistério / SuspenseSebuah cerita drama kehidupan, tentang seorang karakter utama yang tidak mensyukuri hidupnya dibalut dengan thriller dan sedikit gore. Cerita ini mengangkat beberapa masalah kehidupan sederhana hingga rumit. Felix Ariel Tanum, seorang mahasiswa yang...