Sinar mentari pagi masuk melewati sela-sela ruangan Dira saat ini. Ia merasa bosan karena belum juga diperbolehkan untuk pulang. Tadi pagi-pagi sekali Bunda sudah pulang karena sudah berjaga semalaman. Bunda harus menyiapkan kelengkapan sekolah Sheilla dan juga Resta adik kecilnya.
Dira merasa bersalah karena tidak bisa membantu Bundanya dirumah. Dan lagi-lagi hari ini Dira harus kembali izin dengan Dosennya untuk tidak hadir dalam kelasnya siang ini.
Terdengar suara decitan pintu yang membuat lamunan Dira menjadi buyar. Dokter itu datang. Siapa lagi kalo bukan Mikha."Hai Ra Assalamualaikum.." sapa Mikha.
"Waalaikumussalam.. "Jawab Dira dengan suara yang hampir tak terdengar.
" Apa kabar Ra"ucap Mikha mengawali pembicaraan dengan tangan yang masih sibuk memeriksa selang infus.
"Aku baik kaak.. Udah deh cepet lepasin aku dari sini. Bosen tau!" jawab Dira kesal.
Dira memang kesal. Ia ingin segera pulang.
"Ya ampun nih anak. Kayak orang di kerangkeng aja bilangnya gitu."
"Habis.. aku tu bosen kak disini dari kemaren. Boleh yaa aku pulang. Kesian Bunda kak sendirian ngurusin rumah.." ucap Dira memohon. Berharap semoga Mikha dapat melepaskannya dari tempat ini.
"Iya Nadiraa besok kamu pulang oke."
Dira hanya mendengus kesal.
"Permisii.."
Ucap seorang suster yang terlihat membawakan sarapan pagi dan juga obat.
"Ya silahkan sus." ucap Mikha.
"Ini dok saya membawakan sarapan untuk non Nadira."
"Oh iya di taruh di nakas saja sus"
"Baik dok"
Lalu suster itu pun berlalu.
"Kamu sendiri disini Ra?" tanya Mikha sambil menengok kiri dan kanan, mencari keberadaan seseorang disana namun nyatanya nihil, Dira sendiri.
"Iya kak. Soalnya ayah harus kerja dan Bunda harus bantu ayah siap-siap dan adik-adik Dira untuk pergi kesekolah mereka." ucap Dira.
"Adik-adik??"
"Iya kak Sheilla dan Resta!"
"Ohh kamu punya adik kecil lagi ya Ra. Aku nggak tau loh"
"Iyalah kakak nggak tau. Resta ada waktu kita udah di Palembang"
"Oowh gitu."
"Dirumah nggak ada yang bantu-bantu apa Ra" tanya Mikha kepo.
"Ada kak tapi siang datengnya. Cuman untuk beres-beres aja."
Dibalas anggukan oleh Mikha.
"Jadi gimana Ra, kamu mau aku suapin atau makan sendiri nih" sindir Mikha. Karena sedari tadi Dira hanya menatap sarapan yang di antar suster tadi.
"Ihh ya makan sendiri lah. Ngapain disupain, masih punya tangan kali Dira yaa.." omel Dira pada Mikha. Ia merasa tersinggung dengan ucapan Mikha tadi. Emangnya Dira cewe apaan pakek di suapin.
Mikha hanya terkekeh melihat tingkah Dira yang langsung mengambil cepat makanannya. Karena tangan kanannya yang masih tertempel selang infus. Dira menjadi kesusahan untuk mengambil semangkuk bubur yang ada di meja nakas sebelah kanan. Dengan bantuan Mikha yang mengambil makananan membuat Dira tambah kesal. Pasalnya Mikha mengambilkan mangkuknya dengan berniat ingin mempermainkan Dira. Mikha menjauhkan makanannya sebelum ia memberikannya kepada Dira. Sungguh saat ini Dira merasa kesal. Kenapa disaat ia sudah bertemu dengan sahabat yang ia rindukan malah memunculkan sifat jail dan sombongnya itu. Namun jauh dilubuk hati Dira ia merasakan kebahagiaan. Walaupun seperti ini setidaknya ia menjadi terhibur walau dengan rasa kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Nadira
General FictionNadira namanya biasa orang memanggilnya dengan sebutan Dira. sesosok wanita yang sangat ceria, pintar, sopan, ramah. Dikesehariannya ia disibukkan dengan berbagai macam aktivitas yang ia geluti sebagai Mahasiswi Psikologi disalah satu Universitas di...