Fathir sengaja tidak tidur di rumahnya, karena setelah ulahnya kemarin di Kerta Jaya, ia tahu Ayahnya pasti akan mengamuk dan marah-marah.
Sekarang Fathir berada di apartemen, ia mondar-mandir di dalam kamar. Ponselnya berada di telinga untuk menghubungi Rafa meminta kejelasan atas hubungan mereka yang sempat berantakan hanya karena masalah Bella. Sedari tadi malam saat Fathir meninggalkan rumah Rafa, wanita itu tidak sama sekali menghubunginya hingga pagi ini, membuat Fathir khawatir. Ia juga tidak membalas pesan-pesan yang Fathir kirimkan. Sungguh, ia takut wanita itu sangat marah dan meminta untuk memutuskan hubungan mereka. Ini adalah perkelahian pertama mereka setelah 1 bulan menjalin hubungan.
Fathir tidak ingin dua kali kehilangan wanita yang ia sayangi dalam hidupnya. Walaupun Rafa dan Fathir saling mengenal hanya dalam waktu 3 bulan, Fathir sudah menganggap wanita itu segalanya. Rafa yang membuat hidupnya menjadi lebih baik. Rafa pula yang membebaskan hidupnya dari masa lalu yang kelam.
Fathir menginginkan hidup Rafa sepenuhnya. Fathir mungkin sering bercanda meminta Rafa menikah muda dengannya. Tapi semua itu didasari karena Fathir takut hal-hal seperti ini terjadi. Jika mereka hanya pacaran, kemungkinan wanita itu untuk meninggalkannya sangat besar, wanita itu bisa pergi kapan saja dan mengembalikan hidupnya yang tersesat.
Tanpa Rafa, hidup Fathir tidak ada artinya. Jadi apapun yang terjadi, Fathir tidak akan melepaskan wanita itu. Rafa adalah miliknya sampai kapanpun.
"Fuck! Fuck! Fuck!" Umpat Fathir sangat kesal. Ia membanting ponselnya ke lantai karena Rafa tidak juga mengangkat telponnya walaupun Fathir sudah menghubunginya lebih dari 50 kali. Mengapa wanita itu menyiksanya seperti ini? Bella hanya masalah sialan yang tidak perlu untuk dibesar-besarkan!
Dengan perasaan emosi yang bergejolak di dalam dada, Fathir meraih ponsel dan jaket, juga kunci motor di atas nakas. Ia harus bertemu Rafa dan meluruskan masalah sialan ini. Tidak peduli jika wanita itu akan mengusirnya lagi. Fathir akan menciumnya di depan Mamanya kalau saja wanita itu tidak memaafkannya. Fathir bersumpah!
⭐⭐⭐
Waktu menunujukkan pukul 9 pagi. Wanda dan Bramanto baru saja sampai di rumah lama Wanda. Kalau saja tadi tidak ada rekan kerja Bramanto yang tiba-tiba datang ke Mahardika's house, mereka berdua sudah pasti datang bertemu Logan dari pukul 8 pagi.
Wanda dan Bramanto melangkah masuk ke dalam rumah yang tidak terkunci dan langsung menuju lantai dua ke kamar anaknya untuk memeriksa keadaan pria itu.
Sebelum membuka gagang pintu, Wanda menghembuskan napas berat, semoga apa yang ia bayangkan tidak terjadi.
Pintu kamar terbuka, Wanda dan Bramanto menyapu pandangan tapi tak menemui siapa-siapa.
"Logan...?" Panggil Wanda melangkah masuk ke dalam.
"Mas, gak ada siapa-siapa." Kata Wanda setelah mengecek kamar mandi.
"Dia tau, kita akan datang?" Tanya Bramanto, takut kalau anaknya kemungkinan besar lari bersembunyi di tempat lain karena tahu kalau mereka akan datang.
"Enggak. Aku belum dengar kabar dia dari 2 hari yang lalu. Jadi gak mungkin dia tau aku akan datang." Jawab Wanda.
"Yaudah, mungkin di halaman belakang."
Bramanto dan Wanda kembali turun, ia melangkah hingga ke belakang rumah tapi tak kunjung menemui siapa-siapa. Hingga Wanda melihat benda pipih persegi panjang terletak di atas meja dapur. Wanda mendekat dan meraih ponsel itu.
"Mas, ini hape Logan." Ujar Wanda mengangkat ponsel hitam dengan logo apel tergigit.
Bramanto mengernyit. Jika ponsel Logan ada di sini, mengapa pria itu tidak ada? Belum sempat pemikirannya terjawab, ponsel di saku celananya berbunyi lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
Ficção Adolescente15+ (END) ✔ (SPIN OFF BAD & GOOD) Bisa dibaca terpisah. Tapi lebih disarankan untuk baca BAD & GOOD lebih dulu. Biar ngerti alurnya. GILAA!! Gatau mau ngomong aplagi soal crita ini. Critanya tu bagus banged (pake d). Alurnya ga ketebak aseli. Pengga...