Hari ini adalah hari dimana Adinata akan melaksanakan kemoterapi pertamanya, ditemani oleh saudaranya."Lu takut?" Tanya Aditya yang sudah setia disamping Adinata sejak dua jam yang lalu.
Adinata menggeleng. "Enggak, kalo lu? Lu siap nemenin gue?"
Aditya mengangguk semangat. "Siaplah, gue seneng lu minta gue buat nemenin lu kemoterapi."
Adinata tersenyum. "Makasih Dit.."
"Gue yang harus bilang makasih sama lu."
Tidak lama kemudian Dokter Adi datang bersama dua orang suster. "Gimana keadaan kamu Nat? Udah siap kemoterapi?"
Adinata mengangguk. "Siap Om, Tapi Adit boleh disini kan Om?"
Adi tersenyum lalu mengangguk. "Boleh kok." Adi mengecek semua peralatan kemoterapi yang akan digunakan oleh Adinata, setelah dirasa sudah lengkap. "Lakukan Sus, Nat kamu bakalan ngerasain sakit, mual sama sesak. Kalo kamu udah ga kuat buat nafasnya, kamu bisa minta suster Fara buat masangin kamu selang oksigen. Ini ga akan lama kok."
Adinata mengangguk.
Setelah Suster bernama Fara itu menyuntikan sebuah cairan yang tidak diketahui namanya oleh Aditya dan Adinata, tidak lama kemudian Adinata merasakan bahwa tubuhnya merasa tidak nyaman. Semua sel dan persendiannya terasa sakit, sangat sakit. Bahkan genggaman tangan Adinata kepada Aditya semakin mengerat, tubuh kurusnya bergerak tidak nyaman.
Aditya yang berada disampingnya hanya bisa menguatkan, jika boleh Aditya ingin sekali menangis melihat keadaan saudaranya seperti ini, namun ia kembali teringat perkataan sang kakak, jika dia tidak boleh menangis.
"Lu kuat, lu boleh pukul gue, lu boleh gigit tangan gue. Tapi gue mohon jangan gigit bibir lu, bibir lu udah berdarah." Ucap Adit sambil menguatkan.
Adinata semakin mengeratkan genggaman tangannya di lengan Aditya, Aditya sedikit meringis ketika genggaman tangan di lengannya semakin mengencang, tapi dia tidak memperdulikannya, ia tahu jika saudaranya lebih kesakitan dibandingkan dirinya.
"Lu kuat, Lu kuat Nat.."
Waktu terus berjalan, hingga tidak terasa sudah dua jam, Adinata bergelut dengan rasa sakit akibat pengobatannya. Kini Adinata sudah tertidur karena kelelahan, dan jangan lupakan selang oksigen yang sudah terpasang di lobang hidung Adinata.
Aditya keluar dari ruang kemoterapi Adinata, ia langsung memeluk tubuh Bundanya dan menyembunyikan kepalanya di leher Bundanya. Dapat Cantika rasakan jika baju bagian bahunya basah, Aditya menangis.
"Udah, jangan nangis. Kamu juga kuat buat nahan nangis di dalem tadi. Makasih sayang, udah mau nemenin Nata." Bisik Cantika di telinga Aditya.
Aditya mengangguk. "Dia kesakitan Bun, dia bilang pengen udahan, tapi belum waktunya, terus tadi dia sempet sesak nafas, aku kasian Bun sama Nata. Dia terus bilang sakit sama aku, tapi aku ga bisa ngapa-ngapain." Kata Aditya yang berbicara dalam pelukan ibunya.
Cantika semakin mengeratkan pelukannya. "Udah sayang, yang penting sekarang Nata udah selesai kemoterapinya, kita tunggu hasilnya ya. Makasih sayang."
Naufal yang melihat anak tengahnya memangis ikut menepuk pelan punggung anaknya. "Makasih sayang, udah mau nemenin Nata kemoterapi."
Aditya mengangguk. "Iya Yah, sama-sama."
Tidak lama kemudian Adi keluar dari ruang pengobatan Adinata.
"Gimana keadaan Nata, Di?"
Adi tersenyum. "Keadaannya udah sedikit membaik, sekarang dia masih tidur karena efek obat. Sebentar lagi Nata bakalan dipindahin ke ruang rawatnya, nanti pas dia bangun, tolong kasih air hangat ya. Sedikit-sedikit dan juga Nata bakalan ngerasain mual, kalian berdua jangan panik itu hal yang wajar kalo dia mual." Jelas Adi kepada Naufal dan Cantika.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADINATA ✔ [TERBIT]
Fanfiction[Beberapa Part Di Hapus untuk Keperluan Penerbitan] Namanya Adinata Putra Pranaja yang memiliki kekurangan. namun semua anggota keluarganya tidak mempermasalahkannya. Semua anggota keluarganya sangat menyayanginya, melebihi apapun. Namun dalam sebua...