Zee menaikan alisnya ia menghempas tangan Zein dan keluar dari kamar itu.
"Maaf Zein, cukup sekali dan tidak lagi." Tolak Zee. Tidak ada salahnya kan jika Zee menolak terlebih Hiqab lepas dari pegangannya hal ini membuat Zaeline takut untuk berpisah dengan sang anak lagi. "Kamu tidak sedang mengalihkanku agar bisa membawa Hiqab pergi kan." Kata Zee meyakinkan walaupun ia takut jawaban Zein benar.
Zein menggeleng duduk di sebelah kasur lalu menautkan kedua tangannya seraya menunduk.
"Tidak, tidak ada. Hiqab dan kamu akan satu pesawat khusus." Jawab Zein.
"Lalu tadi kenapa? Maksudnya semua karyawan dan pelayan sebagainya." Kata Zee. Zein menggeleng ia takut bicara jujur karena wanita itu pasti akan marah.
"Zein." Panggil Zee. "Tegakan wajahmu dan tatap aku. Apa yang sedang kamu lakukan?" Kata Zee lagi.
"Aku memberikan sebagian hartaku untuk Rahma. Rahma menginginkan harta dan ingin meracuni Hiqab, dia tau kalau Hiqab pewarisku dan ia ingin mencelakakannya secara perlahan." Ungkap Zein mengeluarkan beban yang menikam jantungnya.
"Maksudnya? Harta? Hiqab?" Kata Zee.
"Iya Zee berfikirlah hal itu makanya aku menyuruhmu datang kemari. Pernikahan Abil, undangan dan kepulangan kalian. Aku yang mengaturknya Zee, aku membiayai pernikahan Abil demi kamu. Hiqab tidak aman bersamaku." Tanpa rasa air mata Zein keluar ia menjambak rambutnya.
Zaeline mendekati Zein lalu lelaki itu bersandar di perutnya sambil memeluk pinggang sang wanita yang dicintainya.
"Jadi Rahma ingin mencelakan darah daging kita? Aku tidak masalah dengan harta yang penting anakku selamat. Ayo Zein antarkan aku ke Rahma." Kata Zaeline.
"Buat apa? Sebentar lagi pesawatmu akan berangkat." Kata Zein.
"Tidak, batalkan saja. Apa Lyen bisa di percaya untuk menjaga Hiqab?" Tanya Zee. Zein mengangguk
"Dia salah satu kerabat dari keluarga kami jadi bisa membawa Hiqab." Kata zein sambil mengusap air matanya.
"Tinggalkan beberapa karyawan, pengawal dan pelayan jangan di dipulangkan semua." Kata Zee sambil melihat hpnya.
"Mereka harus pulang dan bekerja di sana." Jawab Zein. "Besok mereka bekerja seperti biasa dirumah dan kantor." Kata Zein lagi.
"Kok bisa?" Tanya Zein.
"Bisa aku sudah mempersiapkannya." Jawab Zein.
Zee menelfon sang kakak tercinta yang akan menjemput Hiqab di bandara Soekarno.
"Aku ingin bicara dengan Rahma." Pinta Zee seraya memasukan hpnya ke dalam tas.
"Chat sama siapa?" Tanya Zein.
"Kakak aku, ayo." Ajak zee.
****
Rahma berbaring di sofa tidur dengan lingrie transparan tak lama seorang pria masuk, lelaki itu melangkah pelan mendekati Rahma.
"Hai sayang.'' Wajah itu mendekat hingga terlihat jelas siapa.
"Mas Laxan." Rahma segera membenarkan posisinnya.
"Wah gak disangka dirimu bisa mendapatkannya. Aku bangga denganmu sayang." Kata Laxan sang suami pertama.
"Kamu tau dari mana aku disini?" Tanya Rahma.
"Bukannya aku sudah tau sejak dulu." Jawab Laxan sambil duduk disamping Rahma.
"Seseorang mengutusku untuk menjemputmu dan milik kita." Kata Laxan. rahma kemudian langsung memeluk Laxan sang kekasih hati.
''Mari kita rayakan malam ini penuh cinta.'' kata Laxan sambil melepas pelukan Rahma dan membaringkannya di sofa panjang.
****
Penerbangan untuk Zee resmi ditunda hingga ia menyelesaikan permasalahannya.
"Jadi bagaimana bisa dirimu tau Zein? Dan juga aku masih bingung dengan rencanamu yang tiba- tiba begini." Kata Zee. Zein membelokan mobilnya memasuki halaman rumah.
"Langkahlah kedalam rumah dengan pelan dan liat apa yang terjadi di dalam." Kata Zein.
"Kenapa rumahmu gelap dan remang.'' Kata Zee sedikit bergedik. Zein menggeleng tak tau sambil melangkah duluan dan masuk ke dalam rumah.
mereka berdua masuk ke dalam rumah. hal yang mereka dapat adalah sebuah desahan dan siluet bersenggama. Zaeline dan Zayn melihatnya di dalam remangnya cahaya.
''well done.'' Zen berbuka suara lalu maju selangkah untuk mengageti Rahma dan Laxan
Rahma langsung tegang ia mendorong Laxan hingga jatuh lalu Rahma segera meraih lingrie untuk di kenakanannya
''Aku pikir itu kamu sayang.'' alasan Rahma sambil melangkah maju untuk mendekati Zein. zaeline masih bertahan di tempatnya dan tidak bergeming.
zein berdecih rendah lalu mengangkat tangannya untuk Rahma berhenti mendekatinya. ia merasa jijik dengan istri sirinya itu ternyata ia barusan saja di pakai oleh mantan suaminya.
''Apa yang kau lakukan dirumah ini membawa pria siang ke dalam rumahku?'' tanya Zein sambil mendekati saklar dan menyalakan semua lampu.
Zaeline lekas bersembunyi di balik kain korden yang menjuntai lalu diam sambil mendengar pembicaraan mereka.
''Aku tidak tau pria itu, aku pikir kamu pulang dan ingin bersenggama denganku.'' jawab Rahma.
zein mencari Zaeline namun tidak ada padahal wanita itu sedang bersembunyi di belakangnya.
''Masa?'' kata Zein.
laxan lalu bangun sambil memakai pakaiannya dengan lengkap.
''Hay teman lama.'' sapa Laxan setelah itu mendekati Zein yang hanya diam dan menatap datar mereka berdua.
''Tidak usah bersandiwara Rahma. kau ingin mnengincar hartaku saja kan? bukan karena aku jadi ambil dan bawalah.'' Zein meletakan tangannya dii saku celana dan tidak membalas ucapan Laxan.
Rahma menangis ia kemudian terduduk di lantai seraya melihat ke Zein.
''Kenapa, Kenapa?'' teriak Rahma.
****
bagian 17 sudah update ya...
makasih udah pada nungguin
matanya gak kuat lanjut lagi.
harusnya masih panjang cuma dibagi dua aja nantilah oke
selamat baca jangan lupa vote dan kommen minimal 1k xoxoxo.
Jangan lupa baca pengantin simpanan
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan suamiku
Romance"To love is nothing. To be loved is something. But to love and be loved, that's everything" *** Perceraian bukan akhir dari segalanya Tuhan punya cara untuk mengembalikan rumah tangga yang retak bahkan hancur bagaikan debu. Apa yang zaelin inginkan...