Setelah pelajaran usai Yuju tak langsung pergi begitu saja, ia cemas ingin menanyakan headset miliknya yang berada di tas Kai.
Sedangkan Kai mengeluarkan ponsel nya dari tas, kemudian menatap Yuju yang juga menatapnya. Segera Yuju mengalihkan tatapannya kearah lain.
Pikiran Yuju masih canggung, dengan tenaga yang tersisa ia mengumpulkan keberaniannya kembali manatap Kai.
“Kai sunbae. Emmh” Yuju menyapa dengan terbata-bata.
“Ya?” jawab Kai singkat.
“Aku minta maaf soal kemarin” Kai hanya mengangguk cepat.
“Tapi aku ingin bertanya, apa sunbae melihat headset saat aku menabrak kemarin”
Dengan cepat Kai membuka tasnya merogoh-rogoh isi tasnya kemudian menarik seutas kabel keluar dari tasnya.
Mata Yuju berbinar penuh harap.
“Ini punya lu kan?” tiba-tiba Kai memulai bicara menggunakan bahasa santai pada Yuju. Yuju hanya mengangguk dan menyodorkan kedua tangannya untuk meminta.
Kai menatap tangan kosong itu, bukannya menyerahkan headset itu Kai malah memegang salah satu tangan Yuju kemudian menggengamnya erat.
Yuju terkejut bukan main. Ia menatap dalam mata Kai dengan penuh ketakutan.
“Turutin syarat gue kalo lu mau headset lu balik!” ucap Kai dengan sedikit tersenyum.
‘Ya Tuhan, kenapa ada orang mukanya begini banget. Datar ngeri tapi pas senyum malah tambah ngeri’ batin Yuju.
Yuju menganga kebingungan ‘Apa-apa an ini jelas-jelas headset itukan punya gue’
Kai menunggu jawaban dengan tangan yang masih menggenggam tangan Yuju, ia merasakan telapak tangan Yuju yang makin berkeringat.
Memulai membuka mulut, Yuju ragu akan jawabannya. Ia berusaha menarik tangannya tapi genggaman itu semakin erat.
Mata Yuju panas ingin menangis.
Tapi Kai melepaskan genggaman itu seraya berjalan pergi meninggalkan Yuju yang masih menunduk kaku ditempat duduknya.
Mereka tak sadar ada banyak pasang mata yang memperhatikan mereka sejak tadi, terutama Suho dan Chen yang masih beku di tempat memperhatikan Yuju.
Yuju berdiri melangkah dengan gontai, ia teringat akan kenangan masa SMAnya dulu.
Flashback
“Yak!!! Choi Yuna!!! Lu mau mati huh?” kursi besi terlempar tepat jatuh dilantai ia berdiri sekarang.Yuju menggenggam erat kedua tangannya. Ia sekarang berada di lab belakang sekolah yang sudah tak terpakai.
Pria itu berjalan kearahnya kemudian mendorong kedua bahunya dengan kasar. Yuju terdorong kebelakang, tubuhnya terhempas ke dinding dengan kasar.
“Gue tau lu itu anak baik-baik bahkan terlalu baik untuk seorang manusia. Tapi inget na kadang kebaikan itu juga bisa bikin lu hancur sendiri” tangan Mingyu mengepal kemudian meninju tepat pada dinding disebelah wajah Yuju.
Yuju terjatuh seketika, badannya lemas. Pikirannya berputar.
‘Harusnya aku tutup mulut, harusnya aku diam saja’ batin Yuju.
Mingyu terduduk lalu mengangkat dagu Yuju, mensejajarkan wajah mereka berdua.
“Ma ma maafin gue ming-” ucapannya terpotong karena cengkraman Mingyu yang makin mengeras pada rahang Yuju.