18. Menikah?

374 51 13
                                    

Vot & komen :)

Jika ada typo tolong dong kasih tau aku :)

¤×¤×¤

Jantung lizia kembali berdetak, dengan cepat dia menarik tangannya kembali dari dada bidang pria itu, membuat senyum junho surut. Dia tak sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan, perkataan itu lolos begitu saja dari bibirnya. Lizia menundukkan kepalanya tidak tau harus bagaimana menanggapinya.

Mobil yang mereka kendarai tiba-tiba berhenti. Membuat lizia menatap ke arah luar jendela lalu beralih menatap ke sebelahnya, dimana junho duduk tadi. Namun pria itu sudah tidak ada di tempat duduknya membuat lizia menghela nafasnya berat. Tak sadar pintu yang ada di sampingnya terbuka menampilkan sosok junho yang mengulurkan tangannya ke arah lizia yang terkesiap menatap tangan di hadapannya.

"Kau tak ingin keluar?" Tanya junho saat tangannya tak kunjung di sambut oleh wanita itu.

Revian yang masih ada di gendongan junho tiba-tiba menangis, membuat junho kembali menarik uluran tangannya.

"Kalau begitu aku kedalam dulu, sepertinya popok Revian sudah penuh." Ujar junho, pria tampan itu mulai membelokkan tubuhnya dan akan melangkahkan kakinya. Namun jas belakangnya di tarik oleh seseorang, membuat langkah pria itu terhenti.

"Berikan Revian padaku, aku akan mengurusnya." Ucap lizia sedikit canggung lalu keluar dari mobil.

"Kau istirahatlah! Biarkan aku memanjakan putraku dulu, dia pasti merindukanku." Balas junho tersenyum tipis menatap ibu dan anak itu secara bergantian.

"Kau baru saja tiba, kau pasti le-"

"Aku tidak mengenal kata lelah saat penyemangat ku sendiri ada di hadapanku." Potong junho cepat.

"Tap-"

"Aturannya masih sama, kau adalah pembantu pribadiku. Tidak boleh membangkang apa yang di katakan majikan. Kau mengerti?" Tanya junho berubah menatap lizia tajam.

Sedangkan lizia hanya bisa menghela nafasnya dalam, Pria pucat ini kembali berulah. Sebenarnya apa yang diingin kan pria ini. Beberapa menit yang lalu dia mengatakan hal yang membuat tubuh lizia terangkat karena senyuman tulus yang terpancar dari pahatan wajah pria itu dan hatinya berbunga-bunga saat pria itu menatapnya penuh kasih sayang, kemudian mengatakan hal yang membuatnya melayang. Lalu sekarang junho berubah lagi, dia menatap tajam dan sisi menjengkelkannya kembali hanya dalam waktu beberapa detik saja. Terkadang lizia berfikir jika pria ini memiliki dua sisi kepribadian bahkan mungkin lebih, seperti di drama yang sering dia tonton di salah satu stasiun televisi yang menayangkan drama korea. Mungkin cerita hidupnya bisa di beri judul dengan judul yang serupa dengan drama itu, kill me healp me.

Lizia menggelengkan kepalanya, Kenapa dia jadi menyama-nyamakan kehidupannya dengan drama itu, tidak masuk akal! Drama tetap saja drama, drama hidup dalam dunia ilusi sedangkan dia hidup di dunia nyata. Dasae konyol!

Junho melangkahkan kakinya masuk yang tentunya di sambut oleh kepala pelayan yaitu Riana, wanita paruhbaya yang telah di angkat oleh lizia sebagai ibunya. Riana menyambut majikannya dengan hangat yang hanya di balas anggukan dari wajah datar nya, Riana  mewajari semua sikap tuan mudanya dan tentunya dia mengerti kenapa tuan mudanya bersikap seperti itu.

Junho berjalan menuju tangga namun langkahnya terhenti di tengah jalan, sudut matanya menangkat seseorang yang pastinya sedang memperhatikannya. Junho menoleh dan penglihatannya memang benar; di sana seorang pria mudan dan tampan berdiri di dekat sofa menatapnya demgan wajah datarnya.

"Kau?" Kata junho dengan satu alis yang terangkat keatas.

Yohan tersenyum miring, "bagaimana kabarmu?" Tanyanya berbasa-basi.

I'm not a MUSLIM || Cha Junho PDX101 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang