Kata orang jatuh cinta itu sesuatu yang menakjubkan. Aku tau pasti. Aku merasakannya. Aku cinta.
Kata orang cinta membuat hidupmu lebih berwarna, lebih bersemangat, lebih indah.
Aku merasakan hal itu juga...
Hidupku berwarna hanya dengan melihat wajah rupawannya.
Senyum yang selalu ia berikan membuatku selalu bersemangat untuk menyapanya di pagi hari.
Ya...
Setiap hari kami bertemu.
Dibeberapa waktu jika beruntung aku bisa melihat ia berjalan di sekitarku.Jika tak sedang fokus dengan lawan bicaranya.... Matanya selalu bersinar ke arahku.
Ahh sungguh membuatku ingin lompat saja.
Tapi tentu aku tak akan lompat haha.
Orang-orang akan menganggapku gila.Padahal aku sudah gila sejak pertama kali menerima sapu tangan darinya.
"Lala!"
Suara keras itu membuatku agak berjengit.
Ada Hana. Salah satu teman kerjaku yg sangat menyebalkan. Ia suka mengusikku saat memandang Pak Fiko. Salah seorang manager di tempat kerjaku.
Iya.
Dia tampan.
Muda.
Cerdas.
Masa depannya tak diragukan lagi.
Ahh jika mengingat hal itu aku jadi minder.
Aku hanya seorang petugas kebersihan di perusahaan fashion ini.
Menyedihkan.
Tak sanggup dengan biaya kuliah membuatku harus berhenti dan menerima perkerjaan halal apapun yang bisa mengasilkan uang.
Sedikitpun tak masalah.
Asal cukup buat makan aku dan ibu di rumah.
Oh untungnya di tengah kemalanganku ada pak Fiko. Uhh kapan dia nyapa aku lagi ya?
"Eh Lala malah bengong!'
Duhh suara Hana ini memang agak melengking. Bikin malu kalau ada yabg dengar dia memanggilku seperti itu.
"Kenapa Na? Jangan keras-keras dong. Malu didengar orang."
Kataku sembari melirik ke sekitar. Sekarang hampir jam makan makan siang tapi para karyawan sudah banyak yang keluar. Katanya ada acara makan siang bersama dalam rangka menyambut anak pemilik perusahaan ini.
"Yeee elo sih. Kalo gak mau gue teriak ya jangan bengong dong makanya ihh gila."
Sinis Hana yang tak membuatku sakit hati.
"Elo bersihin gih ruangannya pak Fiko."
"APA???"
Oh Tuhan.
Aku gak salah dengarkan. Hana tersenyum jahil padaku.
"Seneng kan lo?"
Aku mengangguk kuat-kuat.
"Sebenarnya yang disuruh itu gue..."
"Nggak apa-apa biar gue aja ya?"
Aku memelas padanya. Kapan lagi bisa melihat ruangan pria yang paling membuat moodku selalu bagus.
"Iya elo aja. Gue tau kok elo ngebet banget sama si pak ganteng. Tapi kalo ada apa-apa tanggung sendiri ya."
Nada suaranya jadi lebih serius. Ada apa ini? Apa sebuah jebakan dipersiapkan untukku?
Ahh masa sih?
Aku kan cuma petugas kebersihan yang kumal dan nggak bikin orang suka menatap lama-lama.
Mungkin Hana cuma memancing agar aku jadi mundur.
Maaf saja. Tidak akan. No way.
VVVV
Ruangan pak Fiko rapi, bersih tanpa ada kertas yang berserakan. Tak ada asbak untuk menampung puntung rokok, tanda jika dia adalah pria yang sangat peduli dengan kesehatan.
Ruangan itu cukup luas. Ada sofa yang bisa memuat sekitar lima orang. Ada banyak majalah fashion yang tertata di ruangan pak Fiko.
Meski bekerja di dunia fashion. Gaya pak Fiko sama sekali tidak feminim. Malah terkesan sangat jantan.
Aku mulai meletakkan ember yang berisi pembersih lantai lalu mulai bekerja dengan senyum yang tak pernah lepas.
Aku tak keberatan jika setiap hari harua membersihkan ruangan itu. Asalkan aku bisa melihat tempat yang selalu pak Fiko tinggali jika berada di kantor.
Aku terus mengepel lantai dan saat mundul kurasakan sebuah benda diiringi jeritan seorang gadis.
Ember yang kubawa tadi tumpah.
Kulihat sesosok wanita berhijab jatuh terduduk sambil meringis memegangi perutnya.
Aku hanya diam.
Terlalu kaget.
Siapa wanita ini? Aku tahu dia bukan orang yang bekerja di sini.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca.
Tolong vote dan komen ya untuk mendukung kelanjutan kisah Lala si ratu halu hehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me
RomanceUntuk apa berteriak jika bisikan saja sudah mampu terdengar. Untuk apa kasar jika kelembutan saja sudah mampu menghancurkan baja.