15. bagian lima belas

315 6 0
                                    


Demikianlah malam yang semakin larut itu semakin asyik saja perbincangan yang dilakukan di halaman rumah Sancoko. Ki Dukilo setelah didesak oleh Arya Wirayuda kemudian bercerita mengenai pengalaman di masa mudanya saat menjadi prajurit dan bahkan terpilih sebagai pasukan Bhayangkara yang merupakan salah satu pasukan khusus di Kedaton Wilwatikta, satuan khusus yang dulunya sempat dipimpin oleh Gajah Mada yang di kemudian hari menjadi Mahapatih Amangkubumi di Wilwatikta.

"Sebagai seorang kerabat dekat Kedaton, Nakmas tentu lebih tahu mengenai sejarah dari Gusti Mahapatih dibandingkan prajurit rendahan seperti saya" Ujar Ki Dukilo

"Wah, tentu tidak seperti itu Ki, sebagai orang dalam Bhayangkara, Aki tentu mengenal betul sejarah Bhayangkara dan para pemimpinnya, termasuk Eyang Mahapatih Gajah Mada, dibandingkan saya yang hanya mendengar cerita dari keluarga semata" ujar Arya Wirayuda menimpali perkataan Ki Dukilo.

Demikianlah, kemudian anak-anak muda di halaman rumah Sancoko itu malam itu mendapatkan pengetahuan bukan saja tentang keprajuritan di Kedaton Wilwatikta, jenis-jenis gelar prajurit saat perang serta cerita mengenai sejarah para petinggi Wilwatikta.

"Jadi sebenarnya Gusti Mahapatih Gajah Mada adalah cucu dari Prabu Kertanegara, raja terakhir Singhasari yang gugur saat serbuan Jayakatwang dari Gelang-gelang. Ayah dari Gusti Mahapatih adalah Gajah Pagon, saudara beda ibu dengan keempat putri Prabu Kertanegara yang kemudian diperistri oleh Raden Nararya Sangramawijaya, yang juga adalah keponakan Prabu Kertanegara, anak dari Raden Dyah Lembu Tal" ujar Ki Dukilo

Panjang lebar kisah yang diceritakan oleh Ki Dukilo, hingga tiba-tiba terdengar derap langkah kaki yang mendekat ke halaman rumah itu, ternyata seorang peronda yang tadi ikut berlatih di halaman rumah itu kemudian berkeliling desa tiba-tiba kembali seorang diri sambil berlari.

"Celaka Ki, celaka, rumah - rumah di pojok timur desa saat ini sedang disatroni perampok, teman-teman saya sedang berkeliling membangunkan para pemuda lalu saya kebagian kemari untuk melapor" ujar peronda itu.

Demi mendengar kabar buruk itu, serempak yang ada di halaman rumah itu berdiri dan memegang senjata masing-masing.

"Ingat, kalian harus berkelompok, jangan sendiri-sendiri, jumlah kita jelas lebih banyak dari perampok yang datang ke desa kita, beberapa tetap di sini sambil membangunkan para pemuda yang belum terbangun, jangan pukul kentongan agar tidak mengagetkan warga, diam-diam kita serang para perampok itu" ujar Ki Dukilo

Kemudian setelah arahan dari Ki Dukilo dipahami oleh seluruh anak muda di halaman rumah itu, mereka kemudia memecah menjadi 3 kelompok, satu kelompok tetap berjaga di rumah Ki Buyut, kemudian Sancoko serta Arya Wirayuda dan Gupita bersama beberapa anak muda bergegas meninggalkan halaman rumah itu menuju pinggir desa ke arah bulak untuk nantinya menghadang kelompok perampok yang akan meninggalkan desa, sementara Ki Buyut dan Ki Dukilo beserta beberapa anak muda lainnya langsung menuju ke daerah pojok desa yang rumah-rumah penduduknya disatroni para perampok.

Dalam pada itu peronda yang tadi mengabarkan kehadiran perampok kepada Ki Buyut telah menyampaikan pesan Ki Dukilo kepada teman-temannya agar tidak gegabah bertindak, tidak boleh ada kentongan yang dibunyikan sehingga para perampok mengira bahwa kehadiran mereka di desa itu lolos dari pengetahuan warga yang lain, hal itu agar para perampok tidak membabi buta dan melukai penduduk yang rumahnya dirampok.

"Jadi tadi Ki Dukilo dan Ki Buyut berpesan agar kita semua bersiaga tapi bersembunyi, menunggu para perampok meninggalkan rumah-rumah warga yang dirampok terlebih dulu, nah, sebagian kawan-kawan kita sedang menuju ke bulak di timur desa untuk nantinya menghadang para perampok, sementara Ki Buyut dan Ki Dukilo akan membuntuti para perampok dari belakang, sehingga nantinya para perampok akan terkepung di bulak sana" ujar peronda itu.

"Wah rencana yang sangat bagus, para perampok itu akan kena batunya kali ini, mereka tidak tahu bahwa di sini ada bekas perwira prajurit Wilwatikta yang hebat" sambut temannya

Paregreg, Senjakala WilwatiktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang