28. Because I Love You

18.7K 1.4K 88
                                    


"Taraaaaaaaaa!"

Dengan semangat dan sumringah Ray menenteng paper bag yang berisi bahan-bahan sayuran setelah membelinya di minimarket terdekat.

Aifa tak menyangka bahwa Ray sebegitu niatnya sampai-sampai tak memberi kabar sebelumnya.

"Ray yang baik hati dan tidak sombong ngapain kesini bawa bahan sayuran?"

Ray tersenyum tipis. "Untuk masak. Bukankah aku pernah menagih janji dengan kakak untuk mencicipi masakan kakak?"

"Jadi Ray suruh Aifa masak?"

Ray menggeleng. "Tidak juga. Lebih tepatnya kita masak bersama."

"Masak bersama?"

"Hm. Kenapa? Apakah kakak tidak mau?"

"Bukan itu. Em Aifa.. Aifa hanya takut sama Daddy kalau ada pria lain kesini."

Ray berdiri sambil memeluk paperbag miliknya dan melenggang masuk kedalam dapur seolah-olah rumah Aifa sudah menjadi hal yang biasa baginya tanpa rasa sungkan.

"Jangan khawatir kak! Aku sudah meminta izin sama Om dan Tante Ayesha."

"Sudah izin." Aifa mengerutkan dahinya. "Kapan?"

"Waktu ketemu mereka beberapa jam yang lalu." Ray mulai mengeluarkan bahan-bahan sayuran di atas kitchen set. "Mommy dan Daddy lagi ketemuan sama Om Fandi dan Tante Ayesha diluar."

"Jadi calon mertua Aifa-" Aifa terdiam. Tiba-tiba ia baru sadar kalau Rex bukan miliknya lagi. Aifa berdeham. Meredam rasa sesak di hatinya. "Jadi Om Ronald dan Tante Luna ada di sini?"

"Iya kak."

"Bukannya mereka sedang liburan di Bali?"

Dan Ray terdiam. Ia merutuki kebodohannya karena ia baru ingat bahwa kedatangan mommy dan daddynya ke kota ini adalah untuk bertemu dengan calon besannya. Siapa lagi kalau bukan orang tua Aisyah. Sungguh ia begitu menyesalinya sampai-sampai ia tidak berani berkata yang sesungguhnya.

"Ray?"

"Ah. Iya. Maaf. Wah, bagaimana kalau kita masak sekarang?"

Dengan ragu Aifa mendekati Ray dan mulai mencuci tangan terlebih dahulu. Sepanjang masak, mereka mengobrol ringan dengan berbagai macam topik untuk menghilangkan kecanggungan diantara mereka.

Ini pertama kalinya mereka berinteraksi dalam waktu yang cukup lama jika sebelumnya hanya bertemu dan bersapa sekedarnya. Ray menatap Aifa yang sibuk memotong sayuran. Lalu mencucinya dan seketika Ray tertawa geli. Menyadari hal itu Aifa menoleh kearah Ray.

"Ada apa?"

"Kakak lucu."

"Maksudnya?"

"Kalau masak, akar sayurnya di potong dulu kak."

"Oh gitu ya? Aifa baru tahu."

"Jadi selama ini kakak masak tanpa memotong akarnya?"

Aifa mengangguk. Seketika Ray terbahak. Mendadak Aifa hanya tersenyum kikuk. Tapi Ray berusaha memahaminya karena Aifa baru belajar memasak.

"Yang benar di potong gini kak."

Aifa menatap Ray yang dengan sabar mengajarinya. Bahkan memberi contoh cara memotong sayur yang baik dan benar.

"Ray baik sekali. Ray juga akhir-akhir ini perhatian. Tapi Kenapa Rex tidak bisa baik seperti Ray? Kenapa Aifa sulit lupain Rex? Maafin Aifa. Sekarang Aifa sudah gak baik untuk Rex." lirih Aifa dalam hati.

"Kalau kakak potong sayurnya harus teliti. Jangan sampai jari kakak terluka."

Aifa tersentak ke dunia nyata bertepatan saat suara adzan Zuhur berkumandang di ponsel Ray. Ray segera menuntaskan pekerjaannya lalu menuju westafel untuk mencuci tangan.

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang