Jimin melangkahkan kakinya keluar dari mobil audi berwarna hitam, dan lantas memperlihatkan bahwa kini dirinya tengah benar- benar merasa tertekan karena dirinya berencana untuk mendesak Nyonya Park selaku ibunya untuk mengatakan dimana sosok yang dulu meraih jemarinya dan selalu melantunkan harmoni yang begitu indah.
Ia merapikan jaket nya sekilas merasa hawa dingin benar- benar menusuk kulitnya, hingga pria bermarga Park itu bergegas melangkahkan kakinya masuk dengan clutch bag dan juga ponsel yang berada digenggaman kirinya.
Kini Korea sudah dapat dikatakan tengah malam, mungkin dini hari dan sosok itu bersihkeras untuk menemui Nyonya Park secara langsung. Namun, jika bidadarinya itu tengah tertidur mungkin Jimin akan berpikir dua kali untuk membangunkannya. Jimin melangkahkan kakinya masuk pada pintu besar yang baru saja terbuka oleh sosok maid begitu sopan.
"Dimana Nyonya Park?" ucap Jimin begitu hangat walaupun kini dirinya benar- benar merasa lelah dengan kepalanya yang pening.
"Nyonya Park berada di perpustakaan, Tuan" Sahut maid itu dengan pandangannya yang masih menunduk tak berani menatap wajah tuan nya itu.
Jimin tersenyum tipis, rasa lelahnya tak sia- sia karena Nyonya Park kini tengah terjaga dalam malam dan mungkin tengah membaca sebuah novel roman picisan didalam perpustakaan miliknya.
Jimin sangat mengetahui bahwa Nyonya Park tak menyukai politik, ekonomi ataupun bahasa yang menyulitkan walaupun gelar yang dimilikinya adalah doktor dengan nilai cumlaude, namun tidak menyukai buku adalah sesuatu yang tidak bisa terlepas dari wanita itu.
Ceklek
Nyonya Park mengalihkan atensinya pada pintu yang kini terbuka dan juga mendapati putranya yang tengah tersenyum begitu hangat walaupun tersirat lelah pada wajah tampannya. Nyonya Park merentangkan tangannya hingga pria bermarga Park itu melangkahkan kakinya dan menjatuhkan pelukannya pada Nyonya Park.
"Eomma? Kenapa kau belum tidur?" ucap Jimin yang kemudian melepaskan pelukan itu dan menekuk lututnya dihadapan Nyonya Park, hingga lengan kekarnya menangkup pada sofa.
"Kau kembali tiba- tiba dari Tromso—Dan segera kembali ke Busan, hal itu berarti ada yang ingin kau katakana padaku" ucap Nyonya Park dengan suara yang begitu lembut dan menyentuh hidung Jimin secara singkat.
Jimin tersentak hingga ia membuang pandangannya sekilas ketika merasakan perlakuan yang membuatnya mengingat masa lalu bersama dengan Noona nya itu dan kembali tersenyum hangat dengan atensi yang kembali pada Nyonya Park, merasa terharu karena Nyonya Park begitu memprioritaskan dirinya daripada kesehatannya sendiri.
Jimin menghela nafasnya dan bangkit hingga ia menjatuhkan bokongnya pada sofa single disamping Nyonya Park.
"Eomma? Kau tahu? Noona—Dia selalu menyentuh hidungku seperti itu" ucap Jimin yang kembali menundukan pandangannya dan meraih jemari Nyonya Park, mengenggamnya begitu erat agar setidaknya, ia berpikir dua kali untuk menangis.
"Ku yakin—Bahwa itu bukanlah Bae Yoonji noona yang kau maksud" ucap Nyonya Park yang sukses membuat Jimin cukup tersentak.
"Eomma—" gumam Jimin yang tak menyangka bawah Nyonya Park kini mengetahui apa yang ada didalam pikirannya, atau juga dalam hatinya. Ia semakin mengeratkan genggaman itu dan kembali menundukan pandangannya.
"Saat kau menatap Yoonji, tatapan itu memang hangat—Tapi sama seperti kau melihat orang asing Jimin-ah" ucap Nyonya Park yang tersenyum begitu hangat tanpa ada keraguan dalam pernyataan itu, hingga Jimin kembali tersentak karena lagi- lagi Nyonya Park mengetahui bagian terkecil yang dilakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horizon In Tromso [TAEKOOK]
Romance[SELESAI] [ TAEKOOK X MINYOON ] "Ketika horizon itu kelabu tanpa cahaya, ketika kristal itu terus membasahi jalanan dan toko roti persimpangan dengan aroma manisnya, dan juga ketika angin musim dingin itu berhembus layaknya deru peringatan begitu di...