28. Demisioner

7.6K 1.2K 50
                                    

Kita bikin mereka demisioner dulu yaa..

Enjoy!

__

Proses berakhirnya kepengurusan jabatan periode Jaehyun-Johnny dimulai dengan pemilihan raya yang diadakan di seluruh kawasan kampus teknik. Di setiap jurusan, sudah ada panitia pemilihan raya yang berjaga dan terus memantau proses berlangsungnya pemungutan suara.

Tak lama setelahnya, nama baru pun muncul sebagai hasil demokrasi seluruh civitas fakultas. Dua orang sudah terpilih untuk mengemban amanah baru dalam kepengurusan Badan Eksekutif satu tahun kedepan.

Usai pesta pemilihan raya selesai, kepengurusan kemudian mulai disibukkan dengan agenda baru, musyawarah besar. Tempat dimana seluruh amanah yang bertengger di pundak setiap anggota akan dipertanggungjawabkan.

Musyawarah diadakan di akhir pekan, di minggu keempat bulan Februari. Jiyeon dapat merasakan betapa aura setiap anggota menjadi lebih serius beberapa hari menjelang musyawarah besar dilaksanakan.

Tidak terkecuali dengan Jaehyun.

Pagi menjelang musyawarah berlangsung, Jiyeon sudah melihat sang suami terjaga dan duduk memangku laptop di sofa ruangan. Matanya tampak sangat serius menatap layar laptop yang menyala.

"Mas?"

Jaehyun menoleh, menghela nafas lelah saat melihat Jiyeon sudah berada di depannya, menatapnya prihatin. Ia membuka kaca mata, menyingkirkan laptop ke atas meja lalu menepuk sisian sofa.

Jiyeon menurut untuk duduk disana. Untuk kemudian mendapati beban berat di bahu kanannya. Jaehyun menyandarkan kening pada bahu Jiyeon, menghela nafas sedikit lebih berat berkali-kali. Sementara Jiyeon hanya mengusap rambut belakangnya pelan, tidak tau harus berkata apa untuk sesaat.

"Mas.. takut?"

Suara Jiyeon terdengar rapuh. Karena, tidak hanya Jaehyun. Jiyeon pun kini merasa begitu takut dan sedikit tertekan. Bukan hanya perihal pertanggung jawaban yang akan mereka paparkan pada seluruh civitas teknik nanti, tapi juga perihal keduanya, dan pandangan masyarakat kampus terhadap mereka nanti yang membuat keresahan muncul dalam benak Jiyeon.

Jaehyun menggeleng. Tapi ia tidak akan pernah mampu membohongi Jiyeon dengan jawaban itu.

"Mas punya anak-anak yang bakalan selalu ada buat nge-back up, kok."

Tawa pelan Jaehyun terdengar. "That's not it, sayang. Justru, aku harus kuat buat ngelindungin kalian semua. Bahuku harus cukup lebar buat jadi tempat anak-anak berlindung. Karena bukan mereka, tapi aku yang pegang tanggung jawab paling besar kalau periode ini dianggap gagal."

perkataan Jaehyun terus menggema dalam pikiran Jiyeon bahkan hingga keduanya turun dari mobil pagi itu. Adalah sebuah aula di dekanat kampus tempat musyawarah besar akan diadakan pukul sembilan nanti.

Jaehyun berjalan dengan tegap meninggalkan Jiyeon yang mulai sibuk berdiskusi dengan anak-anak satu divisinya di belakang. Di dalam, sudah ada Johnny yang duduk memperhatikan kursi-kursi kosong dalam ruangan besar itu. Kedatangan Jaehyun membuat Johnny tersenyum. Tipis, penuh kegusaran.

"How's life?" sapa Jaehyun begitu ia duduk di samping Johnny. Keduanya terkekeh bersamaan.

"Ready for this?" balas Johnny.

"Never been this excited to be free." Jaehyun menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi. "Biar bisa fokus ngerjain skripsian terus sidang. Capek juga kuliah terus."

Johnny tertawa pelan. "Biar bisa fokus menafkahi ibu negara ya pak?"

Tawa keduanya reda bersamaan dengan rombongan lain yang masuk. Satu per satu staff mulai berdatangan, mengisi posisi mereka di depan. Ruangan mulai terisi oleh suara-suara sumbang yang tengah melatih diri untuk presentasi nanti. Memupuk tinggi keberanian untuk mempertanggung jawabkan tugas satu periode ini.

[✔] Undaunted | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang