Reihan yang Manis

8 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reihan

Jennie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie

Jam dinding terus berdetik. Ternyata sudah menunjukan pukul 7 malam, dan jennie masih duduk dengan memegang secangkir kopi yang masih berisi setengah penuh.

Sudah 3 jam dia duduk disana, melihat keluar jendela. Saat itu cuaca sedang tidak bersahabat, hujan membuat malam itu tidak menyenangkan. Jam pulang kerja, hujan turun, lalu litas padat, orang-orang banyak yang berteduh di depan toko, dan ada yang terpaksa menerobos dengan tas di atas kepala mereka.

Entah, mungkin itu semua yang ada di benak jennie. Mungkin juga bukan. Orang-orang sudah mulai pergi, namun tidak dengan Jennie. Dia sudah duduk termenung seperti itu sejak tadi, menatap keluar jendela cafe dengan tatapan kosong.

“Hai jen, maaf gue terlambat. Udah lama nunggu?” tiba-tiba ada seorang pria datang, membuka jaket nya yang setengah basah lalu duduk di samping Jennie.

“hei, belum.... baru jam 7.15, kita janjian jam 7 kan” Jawab jennie dengan melihat kearah pria itu.

“okey, udah makan?” Tanya pria itu, menyampingkan duduknya sambil menyibakan rambut jennie ke belakang telinganya.

Jenie menggeleng sambil tersenyum manis. Matanya memelas, ingin menjelaskan kalau dia belum makan malam. Sikep jennie yang seperti itu membuat hati Reihan meleleh dan tertawa.

“haha.. oke, tunggu ya” jawab Reihan dengan kedua tangan di pipi jennie, mengecup keningnya singkat lalu beranjak memesan makanan.

Senyum Jennie memudar, alisnya mengkerut dan air matanya menetes kecil. cepat- cepat dia memalingkan wajahnya kearah jendela dan mengusapnya. Dia pun merapikan barang-barangnya, Hp laptop dan memasukan buku kecil miliknya yang sejak tadi ada di atas meja ke dalam tote bag.

“Jen, aku pesenin nasi goreng 2 ya. Wanna ice cream for the dessert?

“Sure.. ” jawab jennie dengan senyum manisnya.

Selesai memesan makanan, Reihan pun kembali duduk di samping Jennie. Dengan lembut dia mengambil tangan Jennie dan meletakannya di atas kepalanya.

“hari ini sibuk banget, capek... Nasabah rame. Ada yang marah-marah pula minta pelayanan yang cepet. Lah tangan gue kan Cuma dua itu pun udah maksimal. Pulang juga telat, padahal udah kangen banget sama kamu... ehh malah hujan, macet. Hebat banget hari ini” keluh Reihan sambil mengusap usap  tangan jennie di rambutnya.

Jennie pun tertawa mendengar keluhan Reihan. Suasana yang tadinya tidak menyenangkan berubah menjadi ceria.

“pyak, gymana sich, saya syudah nungyu syejam loh. Saya mawu ada keperluan laiinn. Mawu ryapat sama Bos” Lah iya aku tau. Semua orang juga punya kepentingan. Yang aku layani banyak dan sesuai nomor antrian. Kalau udah tau buru-buru datang lebih awal kek, atau transaksi kemarin nya, ya nggak sayang?” keluh Reihan kepada Jennie.

Keluhan-keluhan Reihan di tempat kerja diceritakan dengan gaya bicara penuh humor membuat Jennie tertawa, akrab sekali. Hujan di luar? Mereka menikmatinya.

Suara hujan membuat suasana menjadi romantis dan menyenangkan. Karena hujan, cafe ini tidak akan terlalu ramai pengunjung. Mereka bisa bebas tertawa dan mengobrol mengenai hari yang telah mereka lalui masing-masing. Karena hujan mereka bisa mengulur waktu untuk pulang, mereka bisa menghabiskan waktu bersama lebih lama.

Jennie's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang