Pangkuan ibu

1 0 0
                                    

Dooor!

Suara itu menghentikan langkahku!

Seketika kurasakan tubuhku membeku. Beberapa detik tubuhku mati rasa. Aku tak merasakan apapun, tidak sakit dan tidak berasa. Ini hanya kebas dan basah.

Ini bermula ketika usiaku lima tahun, aku menginginkan mainan milik sepupuku. Usia kami sama, karena berebut barang yang sama, kami juga sama-sama menangis. Aku mendorong tubuhnya hingga jatuh terjengkang. Ku rampas mobil-mobilan yang terbuat dari pelepah pisang itu. Karena tak terima ia bangkit dan berusaha merebutnya kembali. Kami saling baku hantam. Ku cakar mukanya, di jambak pula rambutku.

Hingga tangis kami pecah bersamaan, ia kesakitan dan aku juga sama. Namun ibunya tidak berkata apa-apa hanya bilang kalau kami harus bermain dengan baik, tidak boleh saling rebut atau saling hantam. Tidak satupun diantara kami yang dimarahi. Kami sama-sama dinasehati seperti kebiasaan para ibu yang berusaha adil. 

Namun berbeda dengan ibuku, melihat putranya berantakan dengan baju kotor dan beberapa luka menggores kulitku membuatnya naik pitam. Ia mendatangi bulik yang juga sedang membersihkan Galih karena keributan kami tadi.

Ibu marah-marah, mengatakan bahwa tidak becus mendidik anak karena membiarkan anak kecil bertengkar hanya karena mainan murahan. Ibu bahkan membanting beberapa pot bunga yang ditata di halaman rumah bulik. Mengatakan bahwa akibat ulah Galih, badanku jadi banyak luka. Bulik yang ketakutan melihat kemarahan ibu hanya bisa diam tak bersuara, juga tak membela diri. Ibuku benar dengan segala keberaniaannya.

Ibu juga mengatakan padaku bahwa jangan takut pada siapapun, aku tidak boleh kalah dari siapapun. Hajar pukul saja yang berani macam-macam atau menggangguku. Ada ibu yang membela katanya.

Semakin besar aku tumbuh menjadi anak kecil yang nakal, ditakuti teman sekolah menjadi sebuah kebanggaan karena jika aku mengadu, ibu akan langsung menghampiri dan membelaku tiada gentar.

Ibu semakin sayang karena nilai pelajaranku di sekolah juga sangat bagus. Aku termasuk anak yang pandai berprestasi, selalu juara kelas. Memuaskan hati ibu adalah tujuan utamaku belajar. Entahlah meski aku tidak banyak belajar tapi nilai-nilai di sekolah selalu jadi yang terbaik. Ibu bilang aku anak yang cerdas dan jenius. Bangga memiliki putra sepertiku, aku yang terbaik katanya.

Suatu ketika aku melihat ibu mengambil sebagian uang milik bapak. Aku tak mengerti mengapa ibu menyimpan sebagian uang itu di saku celananya.

"Bapakmu gak tahu jadi gak papa kalau ibu ambil sebagian."

Kata-kata itu terekam dalam ingatan meski ibu tak menjelaskan namun seiring bertambahnya usia, aku mulai mengikuti apa kata ibu. Mulai menirukan perbuatannya, asal tidak ketahuan tidak apa-apa. Aku mulai mencuri makanan saat di kantin sekolah, atau mencuri mainan yang di jajakan penjual di sekolah. Bukan karena tidak diberi uang jajan tapi mempunyai teman banyak lebih menyenangkan, apalagi bisa traktir mereka, rasanya aku bos mereka. Mereka akan menuruti semua keinginanku.

Mula-mula tak ada yang tahu tapi nyatanya kenakalanku diketahui guru dan teman-temanku. Ibu kantin melaporkan kelakuan nakalku tentu saja. Sebagai hukumannya ibu di panggil ke sekolah dan  diberi penjelasan perihal kelakuan nakal anaknya. Aku sudah gemetaran, ketakutan dan merasa malu kepada teman-teman, apalagi ibu datang ke sekolah dan sedang berbicara pada kepala sekolah.

Namun nyatanya tidak, ibu tidak marah padaku, bahkan ibu yang balik menuding sekolah tidak becus mendidik murid-murid. Tidak bisa memberi pelajaran dan pengarahan yang baik sehingga anak-anak jadi nakal. Ibu juga bilang kalau aku tidak akan mencuri kalau pihak sekolah bisa mendidik dengan baik. Lagi-lagi ibu marah dan membungkam mulut para guru dan ibu kantin. Semua diam tak bersuara saat ibu berkata dengan nada suara yang menggelegar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pangkuan IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang