Ok, ini sudah cukup keterlaluan. Ah tidak, bukan cukup tapi memang sudah lebih dari keterlaluan.
Memang nya apa yang lebih dari keterlaluan ketika mendapati tunangan mu sendiri tengah bercumbu beradu lidah dengan wanita lain dipojok ruangan klub malam tengah-tengah kota?
Aku berani bertaruh bahwa kau juga ingin mencabiknya, membunuhnya, memotong tubuh nya menjadi bagian kecil kemudian membuang mayatnya ditengah jalan begitu saja membiar kan para mobil besar melindasnya tanpa ampun.
Iya aku tau aku kejam tapi memang itu yang aku pikirkan. Sepertinya itu layak untuk nya yang sudah mengulangi kesalahan yang sama untuk yang entah keberapa kali. Baik, aku mulai geram disaat dia, si bangsat ini sama sekali tak menyadari bahwa aku ada disini. Gila memang. Saking nikmatnya kah? Sampai-sampai terbawa suasana begitu.
"Anu Ji, sebaiknya kau disini saja." Seokjin yang menyadari kedatanganku mencoba menghalangi ku yang tengah berjalan dengan api membara dan kilatan tajam dalam iris mata.
"Apa? Memang kenapa? Aku tak boleh mendekati nya? Kau juga pasti tau kan? Kau terlibat dalam tindakan kriminal ini! Kau pasti bersekongkol dengan nya untuk merahasiakan ini dari ku kan?"
Ok tak perlu dijawab pun aku sadar, bahwa apa yang menjadi tebakan ku itu benar karena itu bisa terlihat dari air muka nya yang berubah dan gelagapan secara tiba-tiba.
Pemuda dengan bahu lebarnya itu nampak mengibas-ibaskan tangan nya mencoba menampik tuduhan ku yang kelewat tepat itu.
"Bukan begitu Ji, aku hanya tak ingin kau lebih sakit dari ini. Biar aku yang memanggilkannya, kau disini saja ya." Ucapnya ragu-ragu, yang ku yakini sebenarnya hanya alibi.
"Jadi oppa mau aku tetap berdiri disini menyaksikan bocah bodoh itu bercumbu dan melangkah lebih jauh?" Tanya ku sarkas, kesal sekali aku ini. Ku lipat tangan ku didepan dada sambil mendongak menantangnya, sesekali aku melirik ke direksi dimana Jimin berada, pemuda yang telah melamar ku dengan gaya sok romantis nya itu tengah bercumbu dengan tidak tahu malu.
"Ya tentu saja bukan begitu, aduh bagaimana ini." Jin nampak menggaruk belakang kepala nya yang tak gatal dan membuang pandangan asal. Mata nya yang bulat bergerak gelisah sesekali melihat ujung sepatu ku dan sesekali melihat kaki kursi di sekitar tempat ini. Gugup.
Andai saja kalau sang ibu calon mertua tak meminta ku mencari putra nya yang sulit dihubungi dan beliau takut terjadi sesuatu maka jelas, aku tak akan menginjakan kaki ke tempat jahanam ini. Ayolah, orang yang sedang di khawatirkan ibunda nya itu malah tengah bercumbu didepan wajah sang calon menantu, tragis.
"Aku tak paham apa maksud mu, lagipula aku tak ada urusan dengan mu oppa, jadi lebih baik kau saja yang diam disini dan menonton lah!" Setelah berkata begitu aku lantas berjalan maju dan menubruk tubuh nya yang berdiri menghalangi hingga ia mundur satu langkah.
"A-Jihyo!"
Persetan dengan teriakan nya dan juga alibi nya yang tak masuk akal sama sekali itu, yang jelas kini aku sudah terbakar emosi dan tengah melangkah dengan penuh amarah menuju atensi seorang pria berambut abu kegelapan yang tengah amat sangat menikmati permainan lidah dari seorang wanita yang entah lah siapa.
SRAK!
BRUGH!
Ok aku tau aku kasar karena kali ini aku telah menarik wanita dengan gaun hitam tanpa lengan itu jatuh terjerembab ke lantai dari pangkuan Jimin saking keras nya aku menariknya, tapi siapa perduli? Toh orang-orang pun tengah larut dalam rutinitas mereka masing-masing, ditambah lagi suara musik yang kelewat keras itu mampu meredam pekikan cempreng dari si wanita jalang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIHYO X BTS
FanfictionHanya sekumpulan oneshot tentang Jihyo dan member BTS. Baca aja dulu sapa tau cinta. 1 member 1 chapter. Warning! Ada beberapa chap dengan bahasa non baku dan juga kata-kata kasar, jika tidak nyaman maka silahkan lewati saja, terimakasih. #5 - hyo #...