13.

1.7K 220 33
                                    

Tap

Tap

"Ibu?" Bocah dengan pakaian usang itu masuk kedalam rumahnya. Matanya seakan tak begitu peduli dengan keadaan rumahnya yang nampak tak terurus. Beberapa pecahan kaca terletak disetiap sudut ruangan, dan itu membuat dirinya harus berhati-hati untuk melangkah.

Ditangannya ada sebuah roti yang dipegangnya erat. Matanya bergetar dan tubuhnya tegang. Dengan menghela nafas sesekali, dirinya kini menahan sosok yang nyaris menyamai tinggi badannya itu.

"Apa tidak apa-apa, hyung?" Sang kakak tersenyum lembut, menggenggam tangan sang adik dengan erat, mencoba untuk menenangkannya. Masih dengan langkah tertatih, keduanya mulai berjalan kearah sebuah ruangan yang kini berada diujung tangga rumahnya.

"Kita akan memberikan roti ini pada ibu. Setelah itu, kita kembali bermain bersama yang lainnya" Si kakak tersenyum diikuti adiknya yang kini berjalan dibelakangnya.

Sesaat bunyi pintu terbuka, keduanya masuk kedalam. Si kakak buru-buru masuk diikuti adiknya dan segera menggoncang tubuh ibunya yang mungkin saja sedang tertidur pulas.

Wanita itu terlalu kurus sekarang. Bahkan tubuhnya pucat dan badannya luka-luka, seperti biasa. Pria yang disebut mereka 'ayah' yang membuat ibu mereka begini. Bahkan wanita itu harus diikat agar tidak membuat gerakan berlebih yang membuatnya terluka. Cukup membuat dua orang bocah itu meringis melihatnya.

"I-ibu. Kamu membelikanmu ro-roti untuk kau makan" suara si kakak menggema diruangan kosong tersebut.

Si adik mengernyit, tak mendapati gerakan apapun dari tubuh yang tertidur tersebut.

"B-biar aku saja" si adik maju, menarik bahu wanita tersebut, bermaksud membuat wanita itu menghadap kearah mereka.

Namun hal yang selanjutnya terjadi adalah hal yang tak seharusnya mereka lihat.

Wajah pucat itu terlihat mengerikan, dengan mata melotot dan bibir terbuka mengeluarkan cairan darah pekat. Si adik melotot, bibirnya tak bisa mengeluarkan sepatah katapun saat itu.

"I-ibu" si adik mundur beberapa langkah, melirik kembali dimana tangan wanita tersebut terlentang menyebabkan beberapa pil 'asing' yang sering dikonsumsinya berjatuhan dilantai.

Nafas si adik mulai memberat dengan jantung mencelos. Bibirnya memucat saat mendapati pemandangan didepannya.

"T-tidak. Tak se-seharusnya kau melihat ini" sang kakak menangis dengan sesegukan, mencoba untuk menghalangi pandangan adiknya dari hal mengerikan didepannya.

"H-hyung....apa yang terjadi pada ibu?" Si adik bertanya, dengan pandangan nanar dan kosong miliknya.

"Lupakan ini. J-jangan melihatnya, tolong"

Gelengan kepala dari si adik membuat kakaknya menatapnya dengan pandangan berair, sedikit terisak saat itu juga.

"Seseorang....tolong. selamatkan ibuku" si adik mulai menggumam.

"Ibu sudah tidak ada"

"IBU MASIH MEMBUKA MATANYA. IBU HANYA BERMIMPI" pekikan sang adik membuat kakaknya panik.

🅳🅾🆄🅱🆃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang