V

1.7K 168 10
                                    

*ANDREW's Point of View*

Komputerku tidak mati selama hampir 4 hari, terlalu banyak yang harus dipindai dari kartu SIM milik Dylan. Dari hasil analisis ku, kartunya sudah mati sekitar 2 tahun yang lalu dan memiliki sekitar ribuan pesan tidak terbaca dari puluhan atau ratusan nomor baru. Tidak bingung, banyak yang mengagumi Dylan sejak kami SMP dan saat Dylan berhenti sekolah ada banyak sekali yang menanyakan keberadaannya. Aku dan Rezka sampai harus mengganti nomor kami dan menonaktifkan berbagai media sosial kami dari pesan orang baru.

Layar komputerku juga sudah berwarna merah sejak malam kemarin, itu artinya Dylan juga menerima pesan berisi kata-kata kasar dan ancaman di ponselnya. Ini berkat kecanggihan programku untuk mendeteksi berbagai macam kata kunci yang ku perintahkan.

Jam 9.45 malam, komputerku menampilkan tampilan baru yang artinya proses memindai telah selesai. Sialnya, ada banyak sekali kata "Gamar" disebutkan dan tidak hanya berasal dari 1 atau 2 nomor yang berbeda. Lebih sialnya, tidak sedikit kata "Gamar" terdeteksi berada di satu pesan yang sama dengan berbagai kata kasar dan ancaman. Keningku mengkerut, ada apa?

Aku arahkan kursor ke salah satu pesan itu, lalu ku klik.

"Ngapain sih kau suka sama si Gamar itu? Dia itu murahan!"

Aku meneguk air liurku sendiri, kenapa ada pesan semacam ini masuk di nomor Dylan? Ku arahkan lagi kursorku ke pesan yang lain dan membukanya. Semakin banyak ku baca, semakin kasar kata cacian yang ditujukan pada Gamar. Semakin banyak ku baca, semakin bingung aku tak habis pikir ada manusia-manusia yang berani berkata kasar terhadap orang yang mungkin tidak mereka kenal betul. Semakin aku bingung, semakin banyak pesan yang ku baca. Semakin banyak yang ku baca, semakin goyah pikiranku. Apakah memang Gamar seburuk yang mereka katakan? Apakah selama ini Dylan termakan oleh topengnya? Apakah harusnya Dylan tidak melabuhkan perasaannya pada Gamar? Karena pasti banyak orang yang lebih baik dibanding Gamar di luar sana, dan jelas lebih pantas untuk disandingkan dengan Dylan. Karena mungkin saja orang itu sangat mencintai Dylan dan tidak akan meninggalkannya seperti Gamar yang pergi begitu saja tanpa kepastian lalu dengan sengaja membuat Dylan yang kesusahan mencarinya. Orang itu pasti ada. Contohnya aku.

Aku tidak akan pernah mengecewakan Dylan. Aku yang selalu menemaninya selama ini. Aku tidak pernah menjadikannya pilihan kedua, seperti yang dilakukan Rezka, Adiba, dan bahkan Gamar. Tidakkah Dylan menyadarinya bahwa semua orang yang dicintainya menjadikannya pilihan kedua? Tidakkah dia pernah melihat ku yang selalu mengutamakannya, menjadikannya prioritas pertamaku?

Ku usap wajahku dengan kedua tangan dan mengambil napas panjang. Wajahku terasa panas, tanganku berkeringat. Aku harus berhenti membaca semua pesan kebencian ini, sudah jelas bahwa Gamar tidak baik untuk Dylan. Aku bangkit dari dudukku, membuka bajuku yang telah basah oleh keringat. Ku ambil handukku yang tergantung di belakang pintu, berniat untuk mandi namun langkahku berhenti ketika komputerku mengeluarkan suara dan layarnya berkedip-kedip. Ku dekati kembali layarnya, sebuah pesan masuk.

"Dylana sayang, mommy tau kamu sudah di Indonesia. Jangan lupa untuk mengunjungi mommy sesering mungkin, mommy kangen banget sama kamu sayang. Kamu tau kan apa yang bisa mommy lakuin ke kakak, mbok, Rezka, dan anak tetangga kita yang sudah ngerebut kamu dari mommy kalau kamu gak nurut ke mommy?"

Napasku tertahan, apa maksud dari pesan ini? Tanganku gemetar memegang kursor, berusaha untuk melihat nomor telepon si pengirim. Nomornya baru, belum pernah mengirimkan pesan ke Dylan sebelumnya. Tapi dia menyebut dirinya sendiri, mommy, apakah ini ibunya Dylan? Aku terduduk di tempat tidurku, kepalaku ku pegang berusaha mengingat. Aku tidak ingat apa-apa, pertama dan terakhir kalinya aku bertemu dengan ibunya Dylan adalah pada hari sial itu di rumah sakit. Mr. McKenzy menamparnya, dan menceraikannya pada saat itu juga.

CHILIADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang