Aku bangun tiba-tiba dengan kepala yang berdenyut dan badan yang terasa nyeri di kamarku. Saat mengelus-elus kepalaku, aku menyadari sesuatu yang melingkar di tanganku.Gelang dari Adit, bocah yang hanyut terbawa banjir tapi main denganku seperti tidak terjadi apa-apa.
Tanpa sadar aku menangis lagi. Masih tidak percaya dengan semua yang kualami kemarin. Tiba-tiba ibuku masuk dan memelukku.
"Kamu kemaren kemana aja? Mamah sama Papah nyariin sampe malem ga ketemu, tau-tau kamu pingsan di rumah Pak Rahmadi dengan badan basah kuyup," katanya khawatir. Refleks, aku melepas pelukan ibuku.
"Mah, anterin aku ke rumah Pak Rahmadi, ada titipan yang harus aku kasihin ke mereka langsung," kataku.
***
Akhirnya aku menginjakkan kaki di rumah ini lagi. Masih banyak orang yang datang memberi ucapan belasungkawa atas meninggalnya Adit yang ternyata anak bungsu dari Pak Rahmadi dan bu Sania.
"Pak Rahmadi, ada sesuatu yang mau disampaikan anak saya ke Bapak dan Ibu, soal Adit katanya," kata ayahku pada Pak Rahmadi.
Iya, aku kesini bersama ayah dan ibuku karena mereka juga ingin mendengar kejadian yang kualami kemarin. Aku dan orang tuaku pun di persilakan masuk ke dalam rumah Pak Rahmadi. Sebelum bercerita, aku menyampaikan rasa dukacitaku atas kepergian Adit yang diterima dengan sedih oleh orang tua Adit.
Aku pun mulai bercerita. Bagaimana aku pergi untuk kerja kelompok di sekolah, bagaimana rasanya aku yang tiba-tiba dihantam banjir yang seperti tsunami, aku yang tidak bisa meraih Adit hingga ia terseret entah kemana, Adit yang tiba-tiba muncul dan mengajakku bermain, sampai dimana aku tahu kalau Adit sudah meninggal. Orang tua Adit dan orang tuaku mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Mereka semua melihatku dengan ekspresi tidak percaya. Di akhir cerita, aku memberikan sepasang gelang berwarna merah dan putih bertuliskan 'Sania' dan 'Rahmadi' kepada orang tua Adit.
"Sebelum saya pingsan kemarin, Adit nyerahin ini ke saya, minta saya buat bilang jangan nangis terus kasih gelang ini ke mamahnya. Terus dia ngasih saya gelang ini, yang ada nama 'Adit'nya, sebagai ucapan terima kasih karena mencoba buat nyelamatin dia terus main sama dia kemaren," kataku sambil tersenyum dengan air mata yang mulai mengalir lagi.
Mendengar hal itu, Bu Sania menangis lagi di pelukan suaminya. Pak Rahmadi menerima tiga gelang yang kubawa, titipan dari Adit sebelum pergi untuk selamanya. Setelah itu aku dan orang tuaku pamit undur diri karena waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang.
Sebelum pulang, aku meminta ayahku untuk mengantarkanku ke tempat pemakaman umum yang tidak jauh dari komplek rumahku dan Adit. Ya, aku mau mengunjunginya karena kemarin tidak sempat mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Setelah meminta bantuan penjaga makam untuk menunjukkan makam Adit, aku pun sampai di depan pusaranya. Aku pun berdoa untuk Adit agar ia ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi-Nya. Aku juga mengobrol sedikit dengannya, memberitahu bahwa aku baik-baik saja dan semua pesannya sudah kusampaikan pada kedua orang tuanya. Aku mulai merasa sedih lagi tapi aku berjanji agar tidak menangis lagi dan menerima kepergiannya.
Aku pun pergi meninggalkan makamnya Adit. Ketika belum terlalu jauh aku membalikkan badanku untuk melihat makamnya untuk yang terakhir kalinya. Aku melihatnya. Seorang anak laki-laki berbaju dan celana putih sedang tersenyum ke arahku. Aku membalas senyumnya dan melambaikan tanganku lalu pergi sebelum air mataku tumpah lagi untuk kesekian kalinya. Sebelum naik ke mobil ayahku, aku mendengar sebuah bisikan,
"Makasih dan selamat tinggal, Kak."
-Tamat-
Halo semwanya, ketemu lagi sama Rayn
Ceritanya aku ingin jadi lebih produktif, jadi tiap minggu mau publish cerpen di book ini :v
Tapi gatau, beneran bakal produktif apa ngga wkwkwkk
Doain bisa produktif ya gaes :"Anyway, don't forget to vote and comment karena kalian penyemangatku :)
Oh iya, teruntuk aikd03 thank you so much for the beautiful cover, aku suka banget covernya :")
Sehabis hujan, 25 November 2019
-Rayn-
KAMU SEDANG MEMBACA
Novelleja
ContoNovelleja (Finlandia) n. short stories a story with a fully developed theme but significantly shorter and less elaborate than a novel. . . . . . . Dunia ini dipenuhi berbagai macam cerita, mulai dari cerita singkat yang membekas di hati hingga cerit...