Pahit

392 46 16
                                    

Cinta akan berasa pahit tatkala sudah tiada rasa kepercayaan satu sama lain.


"KAU BERANI BERSELINGKUH SEKARANG" Jinyoung membentak Nayeon.

Hal itu tentu tak lepas dari pengamatan kedua anaknya. Hyunjin dan Yejin yang melihat kejadian itu dari dapur.

Nayeon yang semula menampakkan senyum untuk menyambut suaminya, kini luntur sudah senyuman itu. Ia terkejut karena baru pertama kali ini Jinyoung membentaknya, bahkan di depan kedua anaknya.

"Apa maksudmu? Ak.. "

"APA? KAU TAK MAU MENGAKU!" Jinyoung tak memberikan kesempatan Nayeon berbicara. Ia sudah terbawa emosinya.

"Asal kau tau, Nay. Aku rela meninggalkan pekerjaanku hanya karenamu. Aku tak habis pikir denganmu, bagaimana bisa kau tega melakukan hal itu padaku setelah apa yang aku lakukan padamu" Jinyoung mulai merendahkan nada bicaranya.

"Dengarkan penjelasanku dulu!"

"DIAM!" Jinyoung membentak Nayeon.
"aku tak butuh penjelasan palsumu. Bagiku, semua sudah jelas. Kau sudah bosan dengaku bukan? Sehingga kau mencari lelaki yang lebih tampan dan kaya dariku. Setelah itu, kau akan tinggalkan aku begitu saja dan pergi bersama selingkuhanmu itu" Jinyoung melanjutkan ucapannya sambil menatap tajam mata Nayeon.

"Tunggu dulu! Apa maksudmu? Aku tak mengerti" Nayeon bingung. Menurutnya, ia tak melakukan kesalahan.

"Jangan pura-pura tak tau, Nay. Kau tadi pergi kemana?"

"Aku banyak menghabiskan waktuku di rumah..."

"Omong kosong! Kau tadi pergi ke supermarket untuk bertemu dengan selingkuhanmu. Tebakanku benar bukan?" Jinyoung tersenyum menyeringai.

"Dia bukan selingkuhanku. Dia temanku"

"Ah, sudahlah. Lebih baik aku pergi saja dari sini" ucap Jinyoung lalu pergi entah kemana meninggalkan Nayeon yang sibuk menelaah maksud Jinyoung.

"Kenapa dia tiba-tiba seperti itu? Siapa yang memberitahunya?" batin Nayeon bertanya pada dirinya sendiri.

Setelah kejadian itu, Jinyoung tak pernah pulang ke rumah. Entah kemana Jinyoung sekarang. Bahkan, ponselnya tak aktif.

"Bun, ayah kok gak pulang-pulang sih? Aku kangen" rengek Yejin.

"Sabar, nak! Sebentar lagi ayah akan pulang" untuk yang ke sekian kalinya, kalimat itu kembali keluar saat anaknya menanyakan ayahnya. Dengan kalimat itu, Nayeon berharap anaknya tenang dan sabar menunggu.

"Sudah seminggu lebih, bun. Kemarin bunda juga bilang gitu, tapi kenyataannya ayah belum pulang-pulang juga"

"Udahlah, dek! Masih ada bunda kok. Ngapain nyari ayah segala? Jangan manja deh!" ujar Hyunjin seraya mendudukkan tubuhnya di dekat Nayeon.

"Ish, meski ada bunda juga kita tetep butuh ayah. Kalo kakak ada eskul biasanya ayah yang jemput sekarang aku harus naik ojek. Rasanya gaenak, kepanasan. Kalo kakak mah enak, pakek mobil" Yejin mengeluh sembari menyandarkan tubuhnya ke sofa.
"Udah-udah, besok bunda jemput pakek mobil deh"

"Bener, bun?" Nayeon mengangguk.

"Bunda terus manjain adek! Lama-lama dia makin males dan ngelunjak" dumel Hyunjin yang kemudian bangkit berdiri dan keluar dari kamarnya.

***

"Ngapain pulang? Aku kira udah lupa alamat rumah ini"

"Selama ditinggal ayah, kamu makin berani ya. Bunda kamu ngajari apa aja ke kamu, hah?"

"Bukan bunda yang ngajarin, tapi kau"

PLAK

Jinyoung menampar pipi kanan Hyunjin hingga meninggalkan bekas.

Hyunjin memegangi pipinya, lantas ia tersenyum mengejek.
"Aku sudah menduga kau akan menamparku. Aku takkan melupakan rasa ini," ucapnya.

"Hyunjin!" Nayeon berteriak sembari menghampiri anaknya.

Nayeon mengelus pipi Hyunjin yang memerah, "Kau sekarang berubah. Kau bukan Jinyoung yang kukenal," ucapnya seraya menatap tajam Jinyoung.

"Ehm, benarkah? Sepertinya aku memang sudah berubah sekarang. Itu semua karena kesalahanmu sendiri yang tak becus menjadi istri" sarkas Jinyoung.

"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?"

"Tentu saja bisa. Huh, sekarang aku merasa bosan denganmu"

TBC

Love Taste (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang