"Paket~"
Wonwoo menghela nafas.
Lagi-lagi belnya berbunyi bersamaan dengan pintu yang diketuk keras. Wonwoo melepaskan kacamatanya, merenggangkan pinggangnya yang kaku kemudian berjalan ke depan pintu meninggalkan modul penelitian tebal di meja.
"Pakeeet~"
Panggilan kurir tersebut semakin keras mungkin dikarenakan Ia tidak menjawab panggilan pertama. Wonwoo berjalan malas-malasan sembari menjawab ya dan membuka pintu. Bersamaan dengan pintu dibuka, kurir tersebut hampir saja ingin memanggil kembali.
"Pa- oh! Dengan Tuan Kim Mingyu?"
Wonwoo menghela nafas, memejamkan mata sekilas sambil menggeleng pelan. "Bukan, Kim Mingyu tinggal di sebelah, 716."
Sang kurir terlihat bingung. Ia bahkan mengecek format order di paket berbentuk dus kubus besar berwarna coklat. Dengan mengangkat kepalanya, kurir tersebut berkata, "Tapi disini tulisannya 717.." ucap sang kurir ragu-ragu, matanya kembali melihat antara paket ditangannya dan nomor apartemen di pintu Wonwoo. Sang kurir pelan-pelan mengetuk pintu apartemen dengan nomor 716 disebelah kamar Wonwoo. Namun setelah beberapa kali mengetuk dan memanggil tidak ada jawaban dari dalam.
Wonwoo membuang nafas kasar. Ia mengecek jam tangannya dan semakin kesal karena jam 3 sore ini Kim Mingyu, tetangga sebelahnya tentu belum pulang.
"Sudah dibayar atau belum?" tanya Wonwoo menghentikan kegiatan Si Kurir yang tampak kebingungan. "Oh.. ini cash on delivery."
Wonwoo menghela nafas kembali. "Berapa?"
"27000 won, tuan-"
"Jeon Wonwoo. Kau bisa menulis namaku untuk penerima paketnya. Dan tolong tulis pesan singkat pada Kim Mingyu untuk segera merubah alamat rumahnya."
°°°°
Wonwoo melemparkan paket besar itu ke sofa mungil di dekat TV. Meninggalkannya tergeletak begitu saja diantara beberapa buku yang terbuka lebar dan berantakan di sekitaran sofa. Pusing sekali rasanya mengingat penelitiannya sama sekali belum mendapatkan penerimaan dari profesornya dan menyelesaikan tesis terlihat semakin sulit diraih ditambah lagi urusan paket yang terus terusan salah kirim sekitar dua bulan ini.
Beberapa kali dalam sepekan apartemen Wonwoo bisa didatangi kurir dengan paket dari berbagai online shop. Akan baik jika itu memang barang pesanannya, tetapi ini malah kebalikannya. Tetangganya, Kim Mingyu salah menuliskan alamat pada akun online shopnya.
Alih-alih menuliskan nomor 716 ia malah menuliskan alamat apartemen Wonwoo. Kesal sekali, ide untuk tesisnya yang berulang kali revisi sudah menguap entah kemana. Wonwoo, pemuda dengan sweater abu dan kacamata bulat itu mengambil ponselnya di meja dan menekan-nekannya agak keras.
"Halo?"
"Seungkwan-ah"
"Ya Hyung?"
Wonwoo mendudukkan bokongnya pada memijit pelipisnya. "Iya. Bisa kau-"
"Paket Mingyu ya? Siap laksanakan, Hyung! Hansol akan tiba dalam 10 detik, ah tidak, sekitar 5 menit sepertinya, Si Lamban itu sedang mandi ternyata."
Wonwoo menghela nafas lega. "Ya baiklah, uh Seungkwan-ah? Apa aku bisa minta tolong lagi?"
Diseberang Seungkwan dengan gaya khas mirip tentara menjawab lantang namun diakhir dengan aegyo gagalnya. "Ya Hyung! Ada yang bisa kubantu~"
"Tolong sampaikan pada Kim Mingyu untuk mengubah alamat pada akun online shopnya, aku harus mengatakan yang ke berapa kali padanya?"
Seungkwan yang mendengar hal tersebut hanya tertawa canggung. "Um.. jika aku bertemu Mingyu nanti, aku akan mengambil ponselnya dan menggantinya sendiri, Hyung! Aku janji!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Package [MEANIE] ✔
FanfictionPaket-paket salah alamat Mingyu sangat mengganggu! Bagaimana cara Wonwoo mengatasinya?